Pemanfaatan Teknologi Blockchain

| dilihat 2240

n. syamsuddin ch. haesy

Sains dan teknologi sebagaimana halnya adat resam, agama, nilai, norma, tradisi, bahasa, seni, dan segala ihwal yang mempengaruhi perilaku hidup manusia adalah bagian integral kebudayaan.

Kebudayaan tak dapat dipisahkan kaitannya dengan cara hidup manusia, way of life, ad dien, yang harus menggerakkan manusia melakukan proses perubahan kualitas dari situasi kegelapan (jahil - dzulumaat) menuju kehidupan yang terang benderang, bahagia, dan selamat dunia akhirat (nuurul islam).

Perkembangan kebudayaan dari masa ke masa, sejak pra sejarah, melintasi perkembangan era (peradaban), mulai dari era perburuan, era agraris, era industri, era informasi, era konseptual - digital, dan era baru di masa depan.

Selaras dengan hal itu, perkembangan sains dan teknologi bergerak amat dinamis dan cepat. Dari era agraris ke era industri sains dan teknologi memberikan cara hidup dengan beragam ilmu yang kemudian kita kenal dengan ilmu sastra, sosial, ekonomi, hukum, kesehatan, ilmu alam, ilmu ukur, ilmu fisika, aljabar, dan pertemuan kata-kata dengan angka-angka.

Kita mengenal sejumlah nama besar para filosof, pujangga, dan saintis di bidangnya masing-masing. Sebutlah, itu Plato, Aristoteles, Socrates, Cicero, Aristopanes, Aristophanes, Galilea, dan lain-lain. Lantas kita juga mengenal Al Kindi, Al Farabi, Al Khawarizmi, Ibn Rushd, Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, seperti kita mengenal Nietszche, Machiavelli, Kierkgaard, Phythagoras, Archimides, sampai generasi Albert Einstein, Orville Wright, William Greener, Guttenberg, Thoman Newcomen, Karl Benz, Nicola Tesla, Alexander Graham Bell, Kenjiro Takayanagi, Charles Babbage dan lainnya.

Di akhir era industri dan awal era informasi, sains dan teknologi yang dimotori Babbage memperkenalkan kita dengan komputer. Babbage memumpun warisan sains dan teknologi temuan Al Khawarizmi, Tesla, Bell, dan Takayanagi.

Lantas generasi berikutnya mengembangkan komputer menjadi sesuatu yang lebih dahsyat. Sebutlah itu Steve Job, Jef Raskin, Bill Gates, Paul Allen, disusul generasi berikutnya, seperti Marc Zukenberg, Eduard Saverin, Anderw McCollum, Chris Highes, Dustin Moskovitz, Evan William, Biz Stone, Jack Dorsey, Jawed Karim, Chad Hurley, Steve Chan dan Elon Mask. Mereka memungkinkan kita mengenal dan menggunakan facebook, twitter, youtube, dan lain-lain. Mereka menghubungkan dunia nyata dengan dunia maya.

Tantangan Abad XXI

Semua itu memberikan gambaran menarik bagaimana sains dan teknologi bergerak sedemikian rupa mempengaruhi kebudayaan manusia. Teknologi masinal berubah cepat menjadi teknologi informasi, yang serta merta mengubah tidak hanya pola fikir dan sikap hidup, melainkan jauh dari itu mengubah gaya hidup.

Para saintis dan teknolog generasi kemudian terus melakukan riset dan teknologi di seluruh aspek kehidupan dan perkembangannya diprediksi, suatu saat akan bergerak tanpa kendali. Dan dapat menimbulkan masalah tersendiri dalam kehidupan manusia.   

Sejak beberapa dekade terakhir di penghujung abad ke XX, sejumlah ilmuwan gelisah menyikapi tibanya Abad XXI atas perkembangan teknologi komputer, terutama setelah meneliti secara mendalam dampak yang ditimbulkan oleh percepatan berbilang detik.

Adalah James Martin yang mewanti-wanti, tibanya tantangan luar biasa bagi generasi-generasi berikutnya untuk menjawab perkembangan cepat dan dinamis teknologi informasi. Profesor dari Oxford University, ini antara lain merunut 17 tantangan Abad XXI. Terutama, karena evolusi kehidupan manusia, sebagian besar berada di tangan manusia. Karenanya, menurut Marten, kehati-hatian dalam mengendalikan sains dan teknologi menjadi penting.

Marten mengingatkan tentang pemanfaatan sains dan teknologi - teknologi informasi. Khasnya untuk kepentingan menghidupkan kesadaran manusia atas tanggung jawab: Menyelamatkan Bumi, Membalik Kemiskinan, Mengendalikan Stabilitas Demografi, Mencapai Gaya Hidup Berkelanjutan, Mencegah Perang Total, Menghadapi Globalisme secara Efektif, Melindungi Biosfer, Menolak Terorisme, Mengembangkan Budaya Kreatif berbasis Teknologi, Menaklukan Penyakit, Memperluas Potensi Manusia, Singularitas (reaksi berantai kecerdasan komputer atas manusia) dalam menggerakan perubahan, Menghadapi Risiko Eksistensial, Menjelajahi Transhumanisma (yang memungkinkan manusia hidup lebih lama), Merencanakan Peradaban Lanjutan, Memodelkan Sistem Planet, Menjembatani Kesenjangan Keterampilan dengan Kearifan (akibat terburu-buru membangun industri gadget lebih cepat dan lebih murah).

Marten mewanti-wanti semua fenomena kehidupan dan orientasi baru kebudayaan manusia bukan tanpa sebab. Ia melihat sisi positif dan negatif perkembangan sains dan teknologi informasi tersebut, antara lain dengan mencermati transformasi tenang (quiet transformation) yang dilakukan Stuart Haber dan W. Scott Stornetta (1991), yang kemudian kita kenal dengan teknologi blockchain. Suatu sistem manajemen berbasis data khusus yang memiliki lebih banyak fitur dibandingkan basis data biasa.

Semula, sistem ini dipergunakan untuk kepentingan sederhana: menjamin keamanan dan kenyamanan bertransaksi. Terutama, ketika lembaga keuangan berbasis kepercayaan dan kerahasiaan hanya sibuk mengurusi intermediasi.

Melawan Kapitalisme Global

Haber dan Stornetta menempatkan teknologi blockchain untuk menghadapi kapitalisme global (ditawarkan George Soros sejak dekade 1980-an) yang kian liar. Ketika transaksi diatur oleh pihak ketiga, padahal pihak ketiga tidak sepenuhnya dapat dipercaya. Antara lain mengambil keuntungan berlebihan dan menyengsarakan pihak yang bertransaksi (mendulang riba). Memiskinkan. Curang. Tamak. Menguasai.

Dengan melibatkan sejumlah koleganya mengerjakan rantai blok informasi data - dokumen yang mesti diamankan secara kriptografis 'berstempel' waktu, dan tak bisa dirusak oleh siapapun. Mereka merumuskan basis filosofi blockchain dengan karakter sistem desentralisasi. Yakni: kejujuran, kepercayaan, kecerdasan, keamanan, kenyamanan, efektivitas, dan efisiensi.

Tahun 2008 teknologi blockchain mendapat relevansi berkat karya Satoshi Nakamoto cum suis. Nakamoto adalah salah seorang yang berada di balik Bitcoin, aplikasi pertama teknologi buku besar digital. Di sini, teknologi blockchain menemukan jalannya lebih luas ke banyak aplikasi di dlam dan diluar fenomena 'mata uang baru' - cryptocurrency.

Setahun kemudian (2009) Nakamoto memberikan rincian tentang bagaimana teknologi blockchain disempurnakan dengan baik untuk meningkatkan kepercayaan digital, mengingat aspek desentralisasi yang menjadi karakter blockchain, berarti tidak ada yang akan mengendalikan apa pun. Pencapaian ini menandai, teknologi blockchain merupakan inovasi besar Abad XXI. Sebagai inovasi baru, para kreator blockchain juga mengantisipasi berbagai dampak yang timbul, terutama, ketika beragam aplikasi muncul dan memanaskan kompetisi ekonomi digital.

Apalagi, ketika Kevin Ashton melansir pemikiran dan hasil penelitiannya tentang 'Internet of Things' pada tahun 1999, saat dia bekerja di P&G (Procter & Gamble). Ashton merancang pemasangan chip identifikasi frekuensi radio (RFID) pada produk untuk melacaknya melalui rantai pasokan.

Lalu, Stephen Thaler menemukan sistem kecerdasan buatan, yang kita kenal sebagai Artificial Intelligent (AI) melalui riset mendalam ketika bekerja di McDonnel Douglas.  Perangkat tersebut disebut DABUS (Device for the Autonomous Bootstrapping of Unified Sentience) atau Perangkat untuk Autonomous Bootstrapping of Unified Sentience. Pertama kali, AI diterapkan pada adegan film A recent Entrance to Paradise. Thaler mamatenkan temuannya pada 2012.

Potensi Teknologi Blockchain

Bila pengelolaan teknologi blockchain yang meluaskan manfaatnya ke segala aspek di luar cryptocurrency merujuk pada wanti-wanti Martin, teknologi blockchain, akan sekaligus memperbarui gagasan tentang universe prosperity (kesejahteraan semesta - sebagai manifestasi tugas manusia sebagai rahmat bagi semesta). Khususnya setelah kapitalisme global dan sosialisme mondial dirontokkan oleh pandemi nanomonster Covid 19 beberapa tahun lalu.

Tak bisa disangkal kenyataan, bahwa gerak dinamis teknologi blockchain yang menghadirkan Bitcoin (2008) sebagai alternatif kuat dalam transaksi digital, telah menjadi tantangan berat bagi sistem perbankan yang ada. Terutama karena kurangnya transparansi mereka telah menyebabkan krisis keuangan hingga saat itu.

Hari ini, mata uang kripto berdiri untuk perubahan abadi di luar pasar keuangan. Pembayaran aman dengan aset kripto digunakan dari perdagangan online hingga investasi jangka panjang, dan dari transfer pribadi (rekan) ke berbagai aksi donasi kemanusiaan. Antara lain untuk perjuangan kemerdekaan Palestina dari penjajahan Israel. Tindakan Rusia menggempur 'tambang' blockchain di Ukraina, adalah salah satu isyarat, bagaimana cryptocurrency telah menjadi sumber kekuatan baru.

Cryptocurrency telah menunjukkan potensi luar biasa dari teknologi blockchain untuk meningkatkan keuangan global. Telah hadir selama lebih dari satu dekade, aset digital juga telah merevolusi sektor lain, mulai dari keamanan industri hingga manajemen data publik. Itu sebabnya, Bank Indonesia pun mulai ambil peduli tentang mata uang digital, dengan program Garuda.

Pendek kata, bila dikelola secara benar, dengan landasan cara hidup mencapai keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat dan menguatkan prinsip transaksi anti riba, teknologi blockchain bukan lagi sekadar gelombang transformasi digital. Melainkan gelombang transformasi budaya. Karena teknologi komputer sebagai pilar teknogi informasi membawa perubahan besar dalam produksi industri dan komunikasi massa.

Apalagi, teknologi blockchain adaptable - kompatibel diimplementasikan tak hanya dalam konteks industri keuangan. Dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan penelitian dan penyegaran tanpa henti gagasan-gagasan keadilan dan kesejahteraan untuk semua. Termasuk di dunia akademik dan organisasi kemasyarakatan yang sadar mengembangkan syiar dan dakwah ekonomi.

Karenanya proses pengembangan literasi dan pendidikan berbasis cerdas dan tangkas digital mesti kian intens dilakukan dengan manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh khalayak. |

 

Disampaikan pada Webinar "Melek Literasi Blockchain & Soft-launcing SI JARI" - Syarikat Islam, UICI, AAG - Selasa (13.10.23)

Editor : Web Administrator | Sumber : berbagai sumber
 
Energi & Tambang
Ekonomi & Bisnis
27 Okt 24, 17:53 WIB | Dilihat : 665
Pencapaian Industri Halal Malaysia
12 Okt 24, 12:51 WIB | Dilihat : 1015
Dialog dengan Karyawan di Penghujung Operasi Perusahaan
03 Apr 24, 04:18 WIB | Dilihat : 1934
Pertamina Siap Layani Masyarakat Hadapi Lebaran 2024
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 2126
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
Selanjutnya