Apresiasi Seniman itu Perlu

| dilihat 2049

Bang Sem

JIKA kita ingin membaca peta perkembangan kesenian Indonesia, agaknya teramat banyak nama yang harus dibubuhkan di atasnya. Namun, ketika kita memusatkan perhatian pada sejumlah nama yang berhasil menghadirkan seni untuk kehidupan manusia Indonesia, tentu kita bisa menyebut sejumlah nama.

Indonesia dikaruniai seorang figur yang eksis sepanjang sejarah eksistensi negara Indonesia, bernama Soekarno, yang biasa juga disebut sebagai Bung Karno. Jemarinya dengan lincah menuliskan puisi monumental bertajuk Proklamasi.

Saya sebut begitu, lantaran format proklamasi kemerdekaan Indonesia, memang menggunakan format puisi modern. Selain menulis dan menyutradarai beberapa naskah drama semasa pembuangannya, baik di Ende maupun di Bengkulu, Presiden pertama Indonesia ini juga karib dengan cabang kesenian lain.

Hampir seluruh perjalanan hidupnya sebagai aktivis kaum pergerakan hingga Presiden Republik Indonesia, ia termasuk kolektor karya seni lukis dan seni rupa yang luar biasa. Seluruh Istana Kenegeraan, Istana Kepresidenan, dan istana lainnya, menyimpan koleksi karya seni lukis dan seni rupa yang hebat. Dari istana itulah kita mengenal begitu banyak karya senirupa Indonesia.

Ars longa vita brevis alias art is long live is short, berlaku bagi Bung Karno. Selebihnya sejak Presiden Suharto sampai Presiden Megawati, yang kemudian menambah koleksi istana hanyalah seni kriya, karena tak ada yang memberikan kontribusi secara signifikan.

Sesudah itu, baru Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang memberikan  kontribusi melalui karya-karya puisi dan lagu sendiri.

Nah, bila kita ingin menggunakan sudut pandang lain, tentu kita bisa mencatat banyak sekali nama yang secara historis terekam dalam sejarah panjang bangsa ini. Kita bisa mencatat Raden Saleh, Soedjojono, Affandi, Abdullah, Nasar, Amri Yahya, sampai Dede Eri Supria dan Hardi, serta lainnya dalam seni lukis. 

Kita juga mencatat sosok Sutan Takdir Alisjahbana, Sanusi Pane, Armijn Pane, Nur St Iskandar, Hamka, Amir Hamzah, Chairil Anwar, Rendra, HB Jassin, Taufik Ismail, Sutardji Calzoum Bachri, Hamid Jabbar, Remy Silado, Putu Wijaya, Arifin C. Noer dan lainnya dalam seni sastra dan drama.

ADA juga sejumlah nama yang tak bisa diabaikan peran kontribusinya dalam dunia seni musik. Mulai dari Wage Rudolf Supratman, Achmad Husein Mutahhar, Ismail Marzukio, Gesang, Simandjuntak, Sudjasmin, Iskandar,  Said Effendy, Mang Udjo, Waldjinah,  dan lainnya yang dikenal di dunia internasional. Di dunia film kita bisa mencatat Usmar Ismail, H. Djamaluddin Malik, Sjumandjaja, Teguh Karya, dan Christine Hakim, selain nama-nama kondang lainnya yang monumental dan dikenal di dunia internasional.

Lingkungan seni lainnya, seperti seni lawak atau komedi, boleh jadi bisa mencatat nama Tan Tjeng Bok, Wolly Sutinah, Fifi Young,  Bing Slamet, H. Benyamin Suaeb (yang mempunyai multi talenta) dan lainnya.  Lingkungan seni lain, seperti Tari, bisa mencatat Sri Sultan Hamengku Buwono IX (yang memberi kontribusi terhadap beberapa kreasi tari Keraton Yogyakarta), Bagong Kussudiardjo (meskipun beliau juga pelukis), Sardono W Kusumo, Farida, Retno Maruti, Huriah Adam, Asnelly Luthan, Nungki Kusumastuti, dan lainnya yang sangat tak pernah henti mewarnai pentas seni tari Indonesia.

Alhasil, pada masanya begitu banyak figur manusia Indonesia yang sangat besar perannya dalam memperkaya hasanah kesenian Indonesia. Bagi saya, pada masanya mereka perlu beroleh penghargaan dari negara. 

Bila di Malaysia, setiap tahun selalu dinobatkan para seniman dan budawayan negara, dengan memberikan gelar amat terhormat: Tan Sri. Kita mencatat sejumlah nama yang telah dinobatkan dengan gelar semacam itu. Mulai dari P. Ramlee, M. Salim, Saloma, Syarifah Aini, Datuk Samad, dan lainnya.  Gelar yang merupakan ekspresi negara menghormati senimannya.

Ya,... akhirnya, kesadaran politik akan sangat menentukan, seberapa besar insan-insan terbaik bangsa di sektor kesenian ini beroleh apresiasi yang semestinya dari negara dan bangsa. Bila di negeri jiran kita melihat apresiasi yang besar melalui Museum P. Ramlee yang dikelola dan dirawat dengan baik, selain Istana Kebudayaan.

Agaknya di Indonesia, selain Taman Ismail Marzuki dan monumentasi melalui Patung Chairil Anwar di sisi utara Lapangan Monas, dan pengabadian nama H. Benyamin S sebagai nama jalan di Kemayoran, tak ada salahnya bila Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, dan Museum Affandi,  juga diurus oleh negara.

Semestinyalah kita mulai mengekspresikan apresiasi terhadap para seniman dan budayawan kita, dengan cara yang paling relevan.  Antara lain, mengabadikan karya dan kontribusi yang abadi.  |

Editor : Web Administrator
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1181
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 518
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1605
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1391
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya