Gempa Bumi Dinihari Guncang Ternate Goyang Manado

| dilihat 1518

Ahad (7 Juli 2019) lewat pukul 22.00 waktu Indonesia Barat, atau dinihari di wilayah waktu Indonesia Timur, gempa bumi mengguncang Ternate - Maluku Utara yang juga menggoyang Sulawesi Utara.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan, gempa bumi itu masuk dalam kategori jenis gempa bumi dangkal akibat deformasi kerak bumi pada Lempeng Laut Maluku.

Dalam keterangan pers, Senin (8719) dinihari, dia menjelaskan, "Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat deformasi kerak bumi pada Lempeng Laut Maluku."

Dia mengatakan, gempa tersebut memiliki mekanisme sesar naik atau thrust fault,  akibat adanya tekanan atau kompresi lempeng mikro Halmahera ke arah barat, dan tekanan lempeng mikro Sangihe ke arah timur.

Akibatnya menurut dia, lempeng laut Maluku terjepit hingga membentuk double subduction ke bawah Halmahera dan ke bawah Sangihe.

Dia pun mengemukakan, berdasarkan laporan masyarakat, gempa menunjukkan guncangan yang dirasakan di Bitung dan Manado dengan intensitas IV-V MMI atau dirasakan hampir semua penduduk, sehingga orang banyak terbangun. Di Ternate, III-IV MMI atau dirasakan oleh orang banyak dalam rumah.

Hingga dia menjelaskan kepada pers, belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut.

Dikemukakannya, hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi berpotensi tsunami dengan level waspada untuk wilayah Minahasa Selatan dan Minahasa Utara bagian Selatan.

"Hingga Senin pukul 00.54 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 19 aktivitas gempa bumi susulan atau aftershock," jelas Dwikorita lagi.

Sebelumnya BMKG mengumumkan gempa bumi di Maluku Utara tersebut berkekuatan M=7,1 setelah pemutakhiran, kekuatannya adalah M=7,0. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 0,53 LU dan 126,18 BT, atau tepatnya berlokasi di dasar laut pada kedalaman 49 km pada jarak 133 km arah barat Kota Ternate, Propinsi Maluku Utara.

Sejumlah media memberitakan gempa itu terjadi karena deformasi lempengan kerak bumi.

Dari sejumlah rujukan tentang gempa, khasnya terkait dengan analisis kuantitatif proses geologis yang telah membentuk Bumi, deformasi itu berupa tegangan geser yang memang dialami oleh setiap elemen kerak bumi yang mengalami migrasi melintasi garis lintang: kompresi di bawah khatulistiwa ke migrasi kutub. Ketegangan di arah yang berlawanan. Hasil ini berlaku baik ketika peneliti mematuhi model tektonik lempeng seluler atau konsep pengelana kutub (geografis).

Tekanan yang terlibat dalam ekuator penuh ke pergeseran kutub, atau sebaliknya, diprediksi memiliki urutan akurasi pertama, disebut "tegangan geoid maksimum."

Deformasi itu juga terjadi karena tegangan geoid maksimum, tidak memadai - baik tekan atau tarik - di kerak benua tebal (atau perisai). Akanhalnya kerak samudera yang asli harus mampu menahan tekanan maksimum. Kegagalan dalam tegangan diindikasikan mungkin terjadi pada tekanan jauh di bawah tingkat maksimum.

Untuk kerak bi-modal yang sederhana, kegagalan kerak samudera diperburuk pada antarmuka dengan kerak benua, yang menghasilkan keretakan memanjang dan patahan patahan terhadap slip. Kerak samudera yang mereda - geosynclines - menjadi fokus sedimentasi dari massa kontinental yang berdekatan.

Kekuatan sedimen pengisian, jika terdiri dari sedimen argillaceous, dapat diprediksi. Terutama, ketika tekanan berikutnya terjadi saat kondisi khatulistiwa bergerak menjauh. Inilah yang menyebabkan deformasi, pelipatan dan penusukan patahan dari tumpukan sedimen penuh - profil gunung lipat.

Asal usul khatulistiwa dari urutan geosyncline / lipat gunung dikonfirmasi dari data palaeo-climatic dan magnetic-pale seperti yang berlaku di Rocky Mountain Cordillera, Appalachian, dan Mobile Belt PNG.

Deformasi kerak mengacu pada perubahan permukaan bumi yang disebabkan oleh gaya tektonik yang terakumulasi dalam kerak bumi, lalu menyebabkan gempa bumi.

Jadi memahami rincian deformasi dan pengaruhnya sehingga terjadi gempa bumi berikutnya, sangat penting. Apalagi, sebelumnya terjadi gempa dahsyat, pergerakan lumpur bawah tanah, dan tsunami di Palu - Sulawesi Utara.

BMKG dengan peralatan yang dimilikinya, dapat mendeteksi musabab gempa. Termasuk memberikan informasi penting tentang gerakan tektonik 'latar belakang' yang lambat di antara lempeng bumi, dengan demikian membatasi penumpukan stres pada kesalahan.

Juga tentang offset pada penyimpangan merayap seperti penyimpangan Hayward, yang menghasilkan gerakan mantap (biasanya beberapa milimeter per tahun) dari blok kerak bergerak melewati satu sama lain di sepanjang batas patahan umum.

Tentu, termasuk offset melintasi penyimpangan selama gempa besar (pemindahan koseismik). Dan, gerakan yang memungkinkan akan terjadinya sebaran gempa setelah gempa besar terjadi.

Kerak Bumi selalu bergerak dalam masa yang lama dalam dimensi waktu 'manusia,' seperti kerak artritis, yang biasanya bergerak beberapa milimeter ke sentimeter per tahun.

Di daerah benua yang secara deformasi aktif, kerak bumi sering berperilaku seperti seperangkat balok yang hampir kaku yang dipisahkan oleh patahan. Kecepatan dalam sebuah blok hampir konstan, tetapi kecepatannya mungkin berbeda secara substansial dari satu blok ke blok yang berdekatan.

Secara spiritual pengamatan saintifik ini, dalam pemahaman Islam disebut sebagai pengamatan eksternal yang penting dilakukan untuk mencari sebab musabab internal tentang bagaimana kekuatan dan materi berasal sebenarnya dikendalikan oleh mahadaya.

Pencarian untuk penyebab internal membuat sains dan manusia berkembang dengan banyak jawaban atau teori yang terbukti, sering tak mampu menjawab banyak pertanyaan terkait dengan mahadaya di luar empirisma manusia. Pencarian sains itu penting dan perlu dilakukan untuk beroleh teori, isyarat, dan keyakinan tentang sebab musabab gempa bumi terjadi.

Dalam dimensi teologis dan dimensi religius - spiritual, Islam mengandaikan gempa bumi yang terjadi kini, sebagai pembuktian Ilahiah yang diberikan kepada umat manusia karena berkemul dengan keraguan atas risalah kerasulan. Umpamanya yang dibawa oleh Nabi Saleh. Tuhan membuktikan kebenaran risalah Nabi Saleh melalui gempa, yang sangat halus digambarkan dengan kalimat: Gempa bumi menguasai mereka dan mereka tertelungkup di rumah-rumah mereka. (QS 7: 77-78)

Peristiwa sama terjadi ketika terjadi penolakan atas Nabi Shuaib. "Gempa bumi menguasai mereka, sehingga berlutut di rumah mereka. Mereka yang menolak Shuaib (alayhis 'salam) tampak seolah-olah tidak pernah tinggal di rumah-rumah itu dan mereka yang menolak Shuaib (alayhis' salam) mereka adalah yang kalah (Surat 7: 91-92).

Gempa bumi tak harus melulu dipahami sebagai musibah, karena sesungguhnya, gempa bumi merupakan rakhmat karena mengandung isyarat bagi insan beriman, untuk segera berbenah diri dari segala perbuatan yang dilarang Allah.

Terutama, ketika kecenderungan terjadinya zina yang merobek selubung perempuan dengan Allah, kian meluas koyaknya. Pun, ketika orang-orang melakukan perzinahan, mengkonsumsi alkohol dan hura-hura yang menentang larangan Ilahi. Semua itu perbuatan menuju penginkaran atas kasih sayang dan cinta Allah kepada umat manusia, termasuk makar kepada Allah dengan kezaliman, penzaliman, dan pengabaian atas eksistensi dan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Alhasil, gempa bumi adalah pergerakan yang terjadi di dalam lapisan bumi yang di luar empirisma manusia merupakan rahmat untuk membangunkan kesadaran kepada manusia untuk berhenti melakukan maksiat dalam makna yang luas.. | Delanova

Editor : Web Administrator | Sumber : berbagai sumber
 
Polhukam
19 Apr 24, 19:54 WIB | Dilihat : 231
Iran Anggap Remeh Serangan Israel
16 Apr 24, 09:08 WIB | Dilihat : 330
Cara Iran Menempeleng Israel
Selanjutnya
Ekonomi & Bisnis
03 Apr 24, 04:18 WIB | Dilihat : 242
Pertamina Siap Layani Masyarakat Hadapi Lebaran 2024
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 412
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 259
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya