Kompetisi Menjadi Tuan Rumah MotoGP 2017

Indonesia Hadapi Kendala Sirkuit

| dilihat 2574

AKARPADINEWS.COM | WACANA Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan MotoGP musim 2017 semakin lantang terdengar. Pasalnya, Indonesia secara resmi menjadi kandidiat negara tuan rumah ajang balap kuda besi level dunia itu. Indonesia bersaing dengan Kazakhstan, Thailand, dan Finlandia. Jika nantinya terpilih, gelaran balap itu akan berlangsung di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat.

Pihak internasional, dalam hal ini penyelenggara MotoGP, Dorna, mengatakan Indonesia adalah magnet besar pasar MotoGP ke depan. Bahkan, CEO Dorna, Carmelo Ezpelata, pada bulan Mei lalu juga sudah berkunjung ke Sirkuit Sentul dan bertemu dengan Menteri Pariwisata, Arief yahya, untuk membicarakan kemungkinan Indonesia jadi tuan rumah balapan tersebut.

Melihat angin segar ini, Indonesia diuntungkan sisi historis yang menjanjikan. Karena, Indonesia pernah dua kali menggelar kejuaraan Grand Prix motor pada tahun 1996 dan 1997. Ketika itu pebalap kelas 500cc yang menjadi penguasa Sentul adalah Mick Doohan (1996) dan Tadayuki Okada (1997). Valentino Rossi dan Max Biaggi yang saat itu masih di kelas 125 cc dan 250cc juga pernah menjajal aspal di Sirkuit Sentul ini.

Atas catatan historis itu, Ezpelata yakin Indonesia dapat mengulang kesuksesan sebagai tuan rumah setelah hampir dua puluh tahun lamanya absen. "Buat kami, ini sesuatu yang luar biasa bisa berada di sini. Kami sangat bangga menawarkan sejumlah negara untuk MotoGP. Terlebih Indonesia yang pernah menjadi tuan rumah kejuaraan balap motor Internasional,” ujar Ezpelata.

Bagi Indonesia, ajang balap MotoGP adalah tontonan favorit masyarakat setelah sepakbola. MotoGP sukses meyedot animo masyarakat Indonesia sebagai salah satu negara yang punya banyak pencinta balapan motor paling bergengsi di dunia itu. Ditambah lagi, beberapa pabrikan terbesar motor dunia punya market yang luar biasa di Indonesia.

Akankah wacana yang hampir menjadi kenyataan itu terwujud atau sekadar harap-harap cemas saja? Pasalnya, sarana dan prasarana hingga infrastruktur pendukung masih jauh dari layak. Misalnya kondisi Sirkuit Sentul yang sudah uzur hingga infrastruktur dan fasilitas mewah bagi para pebalap akan menjadi pekerjaan rumah besar bagi Indonesia.

Kendala sirkuit adalah hal terbesar bagi Indonesia. Ditambah lagi, masih sedikitnya sirkuit bertaraf internasional yang terdapat di indonesia. Satu-satunya yang sering digunakan untuk acara balapan bertaraf nasional adalah Sirkuit Internasional Sentul. Beberapa tahun lalu Sentul pernah menggelar ajang balapan A1 GP. Namun, kritik kerap muncul ketika melihat kondisi lintasan yang tidak bagus.

Jika melihat Sirkuit Sentul untuk digunakan sebagai arena kebut pebalap internasional, rasanya hal ini yang perlu dijadikan perhatian utama. Sentul dianggap kurang menantang bagi para pebalap, mengingat terlalu banyak lintasan lurus di sana. Dengan panjang 4,12 kilometer, lintasan Sentul dinilai sudah ketinggalan zaman untuk menggelar balapan sekelas MotoGP.

Fisik sirkuit terlalu sederhana, bahkan permukaan aspalnya bergelombang. Apalagi, Sentul saat ini hanya bisa digunakan untuk kejuaraan kelas 250cc racing dan kelas 600cc standar. Sentul juga tidak punya tikungan panjang yang bisa dilibas dengan kecepatan tinggi. Hampir semua tikungan Sentul dikenal dengan istilah ”rem kuat-gas pol.” Pebalap dipaksa mengerem sekuatnya lalu buka gas sekuatnya lagi.

Kemudian, Sentul tidak punya lintasan run-off (sisi aspal pada tikungan sebelum menyentuh gravel). Hal ini penting jika pebalap suatu waktu kehilangan kendali, mereka bisa punya kesempatan untuk recovery. Jadi, pebalap bisa menontrol kemampuannya untuk melanjutkan race yang tersisa. Di luar fisik lintasan, kapasitas teknologi dan infrastuktur pendukung masih jauh dari kandidat kuat negara-negara tuan rumah MotoGP.

Menilik persiapan kandidat tuan rumah lainnya, Thailand adalah pesaing kuat. Status negara Gajah Putih itu sudah terlebih dahulu diakui pihak internasional. Pasalnya, Chang International Circuit dipercaya untuk menjadi tuan rumah balapan bergengsi Superbike Wolrd Championship. Fasilitas yang lengkap, fans, dan status Thailand sebagai salah satu pasar terbesar bagi para produsen motor asal Jepang, juga menjadi salah satu alasan kuat Thailand unggul dari Indonesia.

Kemudian Kazakhstan. Pemerintah setempat sengaja meminta MotoGP digelar di negaranya agar Kazakhstan bisa dikenal masyakarat dunia. Mereka bahkan menawarkan arena pacuan kuda sebagai tambahan hiburan bagi para penonton yang berkunjung. Apalagi, perwakilan dari Dorna, Alfonso Tome yang juga merupakan orang kepercayaan Carmelo Ezpeleta telah diutus ke Kazakhstan untuk menemukan ide perkembangan MotoGP di sana.

SIRKUIT SEPANG - MALAYSIA

Bukan perkara sirkuit semata, tapi infrastruktur dan sarana menjadi faktor penting. Pengelola nantinya harus menambah dan mempermudah akses seluruh penonton agar dengan mudah masuk dan keluar arena sirkuit. Masyarakat pencinta MotoGP di negeri ini tentu akan berbondong-bondong ke Sirkuit Sentul jika Indonesia terpilih menjadi tuan rumah MotoGP musim depan. Maka, antisipasi kemacetan juga perlu diperhatikan.

Bagi Indonesia, akan dibutuhkan biaya besar untuk merevitalisasi lintasan, menambah, atau memperbaiki fasilitas pendukung lainnya. Direktur Sirkuit Internasional Sentul, Tinton Soeprapto, mengatakan Indonesia hanya membutuhkan renovasi dan penambahan fasilitas bertaraf internasional untuk mendukung persiapan tuan rumah MotoGP tahun depan.

"Kalau melihat kondisi Sirkuit Sentul saat ini, hanya butuh renovasi 40 persen. Anggaran sekitar Rp150 miliar. Renovasi akan memakan waktu setahun yang harus dimulai Desember ini. Kami hanya butuh pengakuan, dalam hal ini Presiden,” ungkap Tinton.

Beberapa bagian yang harus direnovasi itu, lanjut Tinton, termasuk lintasan sirkuit. Juga penambahan tribun penonton. Saat ini baru ada dua blok tribun penonton dan paddock yang harus diubah desainnya. Tinton juga optimistis bakal muncul pebalap-pebalap yang kompetitif jika Indonesia menjadi salah satu lokasi balap MotoGP. Dia menargetkan pada tahun kedua bakal ada pebalap yang bersaing di ajang balap motor paling bergengsi itu.  

Atas perkiraan uang itu, sempat muncul alternatif lain membuat sirkuit baru. Uang sebesar itu sebenarnya bisa dialihkan ke pembangunan sejumlah sirkuit kelas internasional di berbagai daerah demi perkembangan pebalap Indonesia. Namun, melihat persiapan yang hanya menyisakan waktu setahun saja, Indonesia hanya bisa mempersiapkan pemugaran Sirkuit Sentul sebagai satu-satunya lintasan untuk MotoGP musim 2017 nanti.

Di sisi lain, Indonesia saat ini masih berkutat dengan negosiasi uang jaminan yang diminta Dorna sebagai bentuk wujud komitmen Indonesia. Pemerintah hanya sanggup menyediakan 3 juta euro. Sementara Dorna meminta sekurang-kurangnya 7 juta euro atau setara Rp110 Miliar. Kisaran uang itu juga diperkuat oleh komitmen Kementerian Olahraga dan Pemuda (Kemenpora) melalui Menteri Imam Nahrawi.

"Sekitar 7 juta euro itu permintaan mereka (Dorna). Kami akan negosiasi lagi karena jumlah tersebut terlalu besar. Paling kami punya sekitar 2-3 juta euro," ucap Menpora ketika membuka acara Hari Olahraga Nasional di Istora Senayan, Jakarta, awal September ini.

Namun, pemerintah perlu meninjau kembali perencanaan uang sebesar itu. Kiranya dana tersebut tidak diberatkan kepada pemerintah melalui APBN negara. Seharusnya, sponsor atau promotor, dan Dorna sekalipun perlu memberikan biaya kerja sama ketimbang menyerap dana APBN. Dengan demikian, tidak menimbulkan riuh dari kalangan lain yang bisa saja memrotes rencana besar ini.

VALENTINO ROSSI

Di luar kendala fisik dan dana, sebenarnya potensi dan kemungkinan Indonesia menjadi tuan rumah MotoGP akan selalu terbuka lebar. Karena, ada satu jenis balapan yang rutin diadakan di Sirkuit Sentul, yakni International Sentul Series of Motorsports (ISSOM), besutan ABM Enterprise, yang sudah digelar lima tahun belakangan ini.

Ajang balapan ISSOM ini dapat dikatakan mengundang antusiasme cukup besar, dengan ditandai banyaknya sponsor yang hadir di sana. Hal ini bisa jadi isyarat bahwa Indonesia layak menggelar hajatan MotoGP 2017 dengan baik. Ditambah lagi, animo masyarakat yang begitu tinggi pada olahraga tersebut.

Karena, MotoGP adalah salah satu cabang olahraga yang cukup bergengsi di dunia. Tak sedikit wisatawan mancanegara mendatangi sebuah negara hanya untuk menyaksikan Marc Marquez, Jorge Lorenzo, dan kawan-kawan saling adu kebut di trek aspal. Hanya tinggal bagaimana keseriusan dan komitmen pihak Indonesia untuk saling padu mewujudkan angan-angan ini.

Jika benar-benar terwujud, maka Indonesia akan mendatangkan banyak wisatawan mancanegara itu ke negara ini. Tentunya, akan berdampak pula pada pendapatan kas negara. Antusiasme sperti itu ditunjukan oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar) beberapa waktu lalu. Kemenpar memperkirakan jika perhelatan MotoGP benar-benar dihelat Indonesia, maka negara akan mendatangkan pendapatan sekitar US$91,73 juta atau setara Rp1,4 triliun.

Melihat kemungkinan Indonesia menjadi tuan rumah MotoGP 2017, adalah melihat bagaimana keberadaan sirkuit bukan sekadar untuk menggelar kejuaraan balap semata. Juga, mendatangkan keuntungan-keuntungan lain di luar cabang olahraga balap. Seperti Malaysia dengan Sirkuit Sepang untuk MotoGP dan Sirkuit Singapura untuk F1.

Dapat dilihat bagaimana pemerintah dari dua negara tersebut tidak hanya berambisi mendatangkan pentas seri balap dunia ke negara mereka. Namun, bagaimana ajang balap kelas dunia tersebut menjadi potensi besar industri wisata yang dapat meraup keuntungan lebih bagi negaranya. Padahal, dua negara itu nyaris tidak memiliki wakil pebalap di cabang MotoGP dan F1.

Sudah seharusnya, status Indonesia sebagai kandidat tuan rumah MotoGP 2017 nanti perlu dibarengi komitmen dan keseriusan para pemangku kepentingan. Tidak hanya pemugaran Sirkuit Sentul semata, namun perlu ada penambahan jumlah sirkuit bertaraf internasional untuk ajang MotoGP bahkan F1. Semata-mata untuk mengangkat nama Indonesia di hadapan dunia karena memberikan suguhan olahraga bertaraf internasional dan berkelas. (Adhimas Faisal)

Editor : administrator
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 220
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 435
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 432
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 403
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Energi & Tambang