Introspeksi Kematian
Berpayung hitam sendirian
Dalam curah air mata dimana-mana
Kuziarahi batu-batu nisan
Kucari pusaraku sendiri
Gerimis tangis melinggis nafasku
Kesiur doa meronta
Di lembah mana akan kutanam rindu
Agar tumbuh cinta hingga di Alam Baka
Dalam badai Pandemi
Kujemput kefanaan raga
Kusucikan lahir batin imanku
Siap dan tidak siap bukan jawaban bibirku
Hamparan pusara
Requiem dan doa merayakan orkestra
Gugur bunga dalam kuburku melangitkan cinta
Setinggi-tinggi tahta
Seluas-luas ilmu
Berderet gelar dan tumpukan harta
Usai sudah saat ajal tiba
Kususuri jejak kuburku
Kusyukuri manis madu imanku
Inikah tabungan amal itu?
Ataukah hanya dosa yang tersisa
Merenda usia dengan sia-sia?
Kepada siapa aku mengemis kata maaf
Saat nafas terakhir sudah terpisah dari paru-paru
Dan detak jantung sudah menggantang?
Tuhanku
Beri aku sepenggal waktu
Untuk mencatat taubat
Untuk berikrar istighfar
Dan mengubur prasangka buruk pada sesama manusia
Bersujud padaMu selama-lamanya
Gus Nas Jogja, 28 Juli 2021
Belajar Pada Luka
Belajar pada luka
Carilah ikhlas tanpa batas pada kedalaman jiwamu
Hari ini sudah tak dilahirkan seorang nabi
Tapi di rahim ibulah semua cahaya bisa ditimba
Maka biarkan jiwamu terbebas
Melukiskan cinta yang tak sempurna
Bertanyalah pada lubuk hatimu
Apakah maina makrifat luka?
Ketika kata dan warna telah dibutakan oleh senja
Apakah jawabnya rasa syukur?
Ataukah kesabaran?
Hari ini Pandemi telah mengharu-biru
Para terkasih di sekeliling kita telah terbujur kaku
Pekik doa dan raung sirine kian mengiris hati
Hanya kepada ibu kuucapkan pamit untuk hijrah ke langit
Berbekal cinta akan kuziarahi kitab-kitab tua para pujangga
Mendaki bait-bait Kalam Suci agar hening dan bening mengendap di dalam diri
Pintaku padamu, Ibu!
Ajari aku makrifat sekarat
Agar debu dalam hatiku jelas kulihat
Agar siasat dalam filsafat tak tumbuh jadi rimba jerawat
Masihkah kita akan tersesat pada senja yang semakin hari kian semburat?
Ibu,
Hari ini kuhijrahkan air mataku ke laut rindu
Catatlah segala luka dan rasa sakit ini dengan pena berdarah bertulis kelu
Gus Nas Jogja, 29 Juli 2020
Munajat Jum'at #1
Tuhanku
Bumi tanah basah
Telah melahirkan jejak langkahku
Di sana kutimba Sumur Keabadian
Mata Air tanpa dasar dari Air MataMu
Jum'at ini kupanjat munajat
Mengintip Langit
Melihat para malaikat mencatat
Tuhanku
Tumbuhkan aku di Taman Surga itu
Sebagai melati atau mawar
Sebagai kemuning atau cempaka
Menjadi gaharu sekaligus cendana
Amin
Gus Nas Jogja, 30 Juli 2021
Munajat Jum'at #2
Kepak sayap rinduku
Telah patah oleh badai cintaMu
Aku pasrah di kegirangan ini
Gairah marwah memetik berkah
Kupetik putik puisi
Dengan panah sejarah
Dalam indah sedekah
Jum'at ini kulumat taubat
Sebelum keruh menyumbat
Saat kiamat mendekat
Gus Nas Jogja, 30 Juli 2021
Mata Maut
Mata maut menatap
dukaku!
Tuhanku
Kuketuk pintuMu
dengan peluk lapuk
Jalan panjang keabadian
Telah tiba di pelupuk mata
Siap tak siap
kusapa senyap
Menggigil jiwaku
meratapi lorong gelap
masa lalu
Sendiri dan yatim-piatu
Tuhanku
Hanya istighfar
yang menjadi tikar
terakhirku
Bahkan dalam kubur
Terus kugelar istighfar itu
Semoga jalan berjelaga
di masa lalu itu
hanya fatamorgana
Semoga tabungan cinta
dan amal rindu ini
tak hanya sia-sia
Tuhanku
Berbekal akal
Ternyata tak mampu menajamkan pikirku
Membaca Kekal
Dengan peta takwa ini
kujalani tegak lurus
akhir hayatku
Pada Kun firmanMu
Kuterima dengan tunai
fayakun cinta ini
Gus Nas Jogja, 31 Juli 2021