Kisah Presiden Amerika Serikat Terburuk

Warren Harding Error

| dilihat 4122

BANG SEM

AKARPADINEWS.COM | INI cerita khas dari Amerika Serikat.  Warren Harding adalah Presiden Amerika Serikat ke 29 (1921-1923). Ia menjalani masa jabatannya hanya dua tahun, sebelum meninggal karena stroke. Jasa utama Harding adalah kematiannya.

Kematian Harding memberi pelajaran sangat dahsyat dalam memilih pemimpin. Yaitu, “popularitas, tidak menjamin kualitas kepemimpinan paripurna. Belakangan, berbagai studi politik dan intelligent (dalam konteks proxy war) menjadikan ‘virus Warren Harding Error’ untuk melemahkan berbagai negara.

Para imagineer Amerika Serikat berkolaborasi dengan penguasa media, jurnalis senior, budayawan, penggerak media sosial, peneliti sosial politik, dan researcher melakukan kajian tentang marketing politik, political campaign paradigm, dan penelitian tentang persepsi rakyat terhadap bakal calon pemimpinnya. Ujungnya adalah popularitas dan elektabilitas.

Dengan strategi semacam ini (yang kemudian diberkuat oleh lobby politik), berkembanglah political net trap bagi negara-negara yang proses demokrasinya belum matang. Warren Harding, presiden terburuk dalam sejarah Amerika.

Mengapa Warren Harding yang dielu-elukan itu mengalami nasib nahas seperti itu?

Adalah Harry Daugherty orang pertama yang pertama yang pertama kali bicara kepada Harding. Keduanya sama bersepatu mengkilat, yang kala itu menjadi simbol sebagai sosok seorang yang ‘bersih’ dan ‘berpesona.’ 

Daugherty berpikir, Amerika perlu seorang Presiden yang tampak hebat. Machiavellian dari Ohio, itu melihat, Harding sosok yang mudah dicitrakan sebagai pemimpin ideal Amerika Serikat. Usianya, wajah, sosok, dan tampilannya dipandang proporsional untuk menarik perhatian rakyat.

Harding memiliki pesona persona yang mudah membuat rakyat Amerika kala itu terpikat: sopan, senang menampakkan diri sebagai sosok manusia yang ‘melayani.’ Kalem. Murah hati. Tulus. Baik hati, dan jujur. Namun, Harding bukan sosok yang cerdas. Ia sosok pedagang yang memanfaatkan senyum dan ‘keapa-adaannya’ untuk membuat para pembeli dagangannya sukacita. Harding bukan seorang pemikir. Tidak juga seorang yang gemar membaca. Tapi, dia punya ambisi untuk menjadi sosok utama di lingkungannya.

Tapi, yang lebih penting adalah: Harding mudah menerima beragam pemikiran dan menyediakan dirinya untuk dikemas, dan punya ambisi untuk mencapai puncak karir. Sosok Harding memenuhi hasrat siapa saja memenuhi ukuran ideal sebagian kalangan masyarakat yang sedang dipermainkan intuitive reason. Terutama bagi mereka yang berfantasi tentang seorang pemimpin yang bisa menjadi simbol perubahan.

Daugherty mempromosikan Harding melalui berbagai perkumpulan sosial, kemudian memperkenalkan sosok Harding di lingkungan Partai Republik. Mulanya, gagasan Daugherty diragukan banyak kalangan. Kegigihan Daugherty melakukan penetrasi hipodermis citra diri Harding, membuat ‘lelaki berambut klimis’ itu berhasil melewati tahap-tahap konvensi internal .

Sejumlah pengusaha memberikan dukungan sebagai representasi ambisi mereka untuk berkuasa, Harding menjadi begitu populer. Terutama ketika Daugherty dan para pengusaha yang menentukan arah dukungan suara di Partai Republik berhasil menciptakan keterpukauan khalayak. Harding pun terpilih sebagai kandidat Presiden Amerika Serikat.

Dengan strategi image engineering intensif dan ‘performa packaging,’ serta strategi komunikasi sosial yang kokoh, sekaligus konsep perjuangan partai yang disiapkan para pakar di Partai Republik, jadilah Harding sosok kandidat yang sungguh mengundang simpati dan empati. Ia segera menjadi simbol perjuangan kolektif, seperti yang dikehendaki kelompok fanatik kalangan presbyrian  dan lobby Yahudi yang berpengaruh.

Lalu terpilihlah Warren Harding sebagai Presiden Amerika Serikat, Maret 1921. Harding menjadi sosok pemimpin yang terpilih karena begitu dominannya instink dan sense dalam memilih figur.

Tapi, sejak awal menjalani pemerintahan, Harding lebih syor dengan kekuasaan, lantas kewalahan menghadapi aneka tekanan berat dari berbagai penjuru. Terutama dari lingkungan partai, senat, dan para pendukungnya. Di juga menghadapi tekanan berat lain yang menuntut kematangan intelektual, emosional, dan spiritual.

Harding tidak kuat, dia depresi berat, sehingga vessel neck-nya terganggu. Harding mengatasi kecemasan di dalam dirinya dengan alkohol dan dan beragam cara lain untuk keluar dari kerumitan yang terus menghadangnya. Ia pun terserang stroke..., lalu meninggal.   Malcolm Gladwell lewat Blink, sekian tahun kemudian, mengabadikannya dengan kalimat singkat, “Warren Harding Error”! |

 

Editor : N Syamsuddin Ch. Haesy | Sumber : berbagai sumber
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 218
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 430
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 429
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 399
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Polhukam
19 Apr 24, 19:54 WIB | Dilihat : 31
Iran Anggap Remeh Serangan Israel
16 Apr 24, 09:08 WIB | Dilihat : 228
Cara Iran Menempeleng Israel
14 Apr 24, 21:23 WIB | Dilihat : 244
Serangan Balasan Iran Cemaskan Warga Israel
Selanjutnya