Kunjungan Bill Clinton Tidak Pas

| dilihat 1756

Rencana bekas Presiden Amerika Serikat Bill Clinton mampir di Jakarta dalam agenda perjalanannya ke Asia Pasifik, pekan ini, ditanggapi negatif banyak khalayak di Indonesia. Berbagai media mengekspresikan keraguan mereka atas maksud baik kunjungan  anggota Partai Demokrat, itu ke sini.

Paling tidak waktu kunjungannya dianggap tidak pas. Tidak tepat waktu.

Tak sedikit pihak yang berpandangan, kunjungan itu bagian dari cara AS ‘menekan’ Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan merupakan bagian dari campur tangan urusan dalam negeri Indonesia.

Seperti diketahui, kalangan dekat dengan bekas Presiden AS, itu seperti James T Ryadi dan Jos Sutoyo merupakan para pendukung kuat Calon Presiden Jokowi dan Cawapres Jusuf Kalla. James T Ryadi memperkuat lobi AS dan Jos memperkuat lobi sekutu AS, termasuk Israel (via Singapura) dan Vatikan.

Australia News Network mewartakan, kunjungan itu tidak tepat waktu. Terutama karena di Indonesia sedang berlangsung perhitungan nyata (the real count) hasil pemungutan suara Pemilihan Presiden – Wakil Presiden (Pilpres), 9 Juli 2014. Pemilihan itu sendiri menjadi gaduh, karena penyelenggara quick count (hitung cepat) yang disiarkan langsung Metro TV dan TV One tidak terjamin akurasi dan kejujurannya.  Metro TV bersumber lembaga riset pendukung Jokowi – JK dan TV One bersumber lembaga survey yang pro Prabowo – Hatta.

Megawati Soekarnoputri mengumumkan kemenangan Jokowi – JK ketika quick count di Metro TV baru memasukkan 60 persen dari 4000 sampel hitung cepat itu. Sore harinya, klaim kemenangan dilakukan oleh Prabowo-Hatta sesudah hitung data cepat masuk sekitar 90 persen sampel.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) segera mengambil sikap. Ketika dikunjungi Jokowi – JK dan Prabowo – Hatta, Presiden SBY meminta semua kalangan menunggu hasil real count KPU. Sejak itu semua kalangan menunggu hasil hitung nyata KPU.

Kunjungan Bill Clinto pada momen ketika masyarakat sedang menunggu hasil akhir KPU dapat mengundang curiga dan menimbulkan situasi yang tidak bagus, baik bagi dirinya dan bagi Indonesia.

Presiden SBY sendiri sudah tegas menyatakan, bila ada persoalan dalam proses Pilpres 2014, Indonesia bisa menyelesaikan sendiri, tidak perlu campur tangan asing.

Rabu (16/7) Clinton dijadualkan tiba di India. Sesudah itu ia akan berkunjung ke Vietnam, Indonesia, Papua New Guinea, dan Ausrtralia. Clinton berkunjung untuk dan atas nama Clinton Foundation, suatu organisasi sosial yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan, perubahan iklim, dan isu-isu ekonomi. Clinton mengikuti jejak pendahulunya, Jimmy Carter.

Duta Besar Amerika Serikat Robert Blake, seolah ingin menepis resistensi keterlibatan Amerika Serikat dalam Pilpres 2014. Ia mengatakan, Amerika Serikat tidak dalam posisi berpihak kepada salah satu calon Presiden Indonesia. Meskipun demikian, faktanya, jauh sebelum deklarasi Capres-Cawapres, dia bertemu dengan Jokowi dan Megawati di kediaman Jos Sutoyo. Pengusaha ini salah seorang pendukung Jokowi – JK.

Apalagi, ketika para pendukung Jokowi (Hendropriyono, Luhut Binsar Panjaitan, Sutiyoso, dan Wiranto) menyerang Prabowo dalam seputar kasus pelanggaran HAM yang tahun 1998, Duta Besar Amerika Serikat itu menegaskan Amerika sangat peduli terhadap itu.

Dalam emailnya Kepada The Wall Street Journal, Blake menulis, "Kami, menganggap serius tuduhan pelanggaran hak asasi manusia, dan mendesak pemerintah Indonesia untuk sepenuhnya menyelidiki klaim itu." AS, katanya mendukung penyelidikan dan resolusi semua tuduhan hak asasi manusia.

Tim Clinton mengatakan bekas Presiden Amerika Serikat itu akan berkunjung ke Aceh. Dia memang pernah menjadi utusan PBB untuk menggalang bantuan internasional ketika Aceh diterjang tsunami. "Sebagai Utusan Khusus PBB, Presiden Clinton membantu mengkoordinasikan respon bantuan internasional,"  ungkap rilis dari Clinton Foundation.

Istana dan Kantor Kepresiden RI serta Kementerian Luar Negeri tidak tahu menahu kunjungan Clinton itu. Pihak Jokowi-JK pun tak merasa mengundang mantan Presiden yang sempat dihebohkan terkena skandal asmara dengan salah seorang staf perempuannya. "Saya tidak bisa berkomentar karena saya belum mendengar tentang hal ini," kata juru bicara kepresidenan Teuku Faizasyah, Senin. | bang sem

Editor : Web Administrator | Sumber : The Wall Street Jurnal, Australia News Network
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 166
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 337
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 364
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 333
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1095
Rumput Tetangga
Selanjutnya