BNI dalam Kilas Cerita Berita

Mencetak Orida Untuk Pertahankan Kedaulatan RI

| dilihat 2238

AGRESI Belanda I (21 Juli 1947) dan II (19 Desember 1945) berhasil menaklukan Yogyakarta. Akibatnya kegiatan BNI terganggu. Selain BNI Cabang Garut yang masih eksis dan aktif adalah BNI Cabang Kutaraja – Aceh. Bahkan, BNI Cabang Kutaraja ini juga yang masih bertahan ketika BNI Cabang Garut tak lagi bisa melakukan operasi sehari-hari. BNI Cabang Kutaraja terus memainkan perannya sebagai bank sentral/bank sirkulasi, selain sebagai bank umum. M. Adam dan Potan Arif Harahap, keduanya mempertahankan eksistensi BNI Cabang Kutaraja, dan tunduk kepada Sjafroedin Prawiranegara, selaku Presiden Pemerinrah Persatuan Republik Indonesia yang dikenal sebagai Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Atas perintah khusus PDRI, BNI Cabang Kutaraja mencetak dan mengedarkan oeang repoeblik Indonesia daerah Aceh (ORIDA) kepada rakyat Indonesia di kawasan Sumatera. BNI Cabang Kutaraja mencetak pecahan Rp2,50,- selama satu bulan. Selanjutnya, dicetak oleh Atjeh Drukkerij atas persetujuan Sjafroedin, ditanda-tangani oleh M. Adam dan Moeid, Kepala Kantor Berndahara Negara. Sejalan dengan itu, Presiden Direktur BNI RM Margono Djojohadikoesoemo juga sibuk mencari dana bagi keberangkatan Perdana Menteri Sjahrir dan Menteri Luar Negeri Agus Salim ke Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, untuk menjelaskan kemerdekaan RI dalam forum PBB. Untuk itu Margono meminta bantuan Soemitro Djojohadikoesoemo, kakaknya dengan memborong vanili berkualitas di Temanggung dan Magelang. Vanili itu diangkut ke Singapura dengan pesawat yang membawa Sjahrir dan Agus Salim.

RM Margono Djojo Hadikoesoemo juga menyelamatkan persediaan emas batangan yang tersimpan di lemari besi BNI Yogyakarta, yang berasal daro Cikotok. Emas-emas itu atas persetujuan Wakil Presiden Mohammad Hatta dan Menteri Keuangan Max Maramis, juga diungsikan dengan pesawat Skymaster yang dipiloti John Coast ke Macao. Untuk mengangkut ke lapangan terbang Maguwo, emas batangan itu diangkut dengan cikar dan truk, ditutupi blarak (sabut kelapa kering).

BNI tak pernah luput berperan di setiap momen perjuangan. Khususnya untuk kepentingan pertahanan negara, operasi militer mempertahankan republik Indonesia, dan menhidupkan usaha ekonomi pertanian. Terutama ketika Bank Rakyat tidak mampu membiayai petani pada waktu tanam.

Peristiwa yang dialami BNI Cabang Kutaraja, bukanlah peristiwa biasa. Ketika Sjafroedin Prawiranegara menyerahkan kembali pemerintahan kepada Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta selepas mereka keluar dari penjara, dicatat dengan tinta emas, bahwa BNI merupakan satu-satunya bank yang berhasil menjamin eksistensi Republik Indonesia. Kedaulatan RI di bidang moneter, tak pernah mati karena BNI mempertahankannya, meski hanya dengan satu cabang aktif. Peran BNI juga diharapkan kini, ketika krisis ekonomi masih melanda dunia, dan sewaktu-waktu bisa menerjang perekonomian Indonesia. | N. Syamsuddin Ch. Haesy, 

Editor : Web Administrator | Sumber : Berbagai Sumber
 
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 821
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1088
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1341
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1481
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya
Polhukam
05 Mar 24, 04:23 WIB | Dilihat : 242
Tak Perlu Risau dengan Penggunaan Hak Angket DPR
05 Mar 24, 08:18 WIB | Dilihat : 421
Anak Anak Abah Menghalau AI Generatif
22 Feb 24, 11:50 WIB | Dilihat : 316
Jalan Terjal Perubahan
18 Feb 24, 05:52 WIB | Dilihat : 271
Melayari Dinamika Kebangsaan dan Demokrasi
Selanjutnya