Senandung Lung

| dilihat 2170

PERCERAIAN Ling dan Lung tak bisa dihindar.  Ling tak mau kembali lagi ke rumahnya, meskipun sudah dibujuk oleh Kong Gow Hok. Sikap dan kata-kata kasar Lung, sudah berubah menjadi sembilu yang menghunjam ke jantung Ling, kemudian mematikan rasa cinta dia.

Lung yang berusaha meminta maaf kepada Ling dan keluarga besar mertuanya, tak lagi mendapat kesempatan untuk melanjutkan hubungan cintanya. Lung baru merasakan, betapa sikap kasar yang dilakukannya terhadap Ling, telah berbuah petaka.

“Owe menyesal,” kata Lung kepada Manoj, tukang kain yang kiosnya tak jauh dari kios Lung.

“Ai bisa maklum. You pasti sedih. Tapi sudahlah, sekarang you fokus saja urus you punya bisnis,” ujar Manoj. 

Lung mengangguk.

Manoj tak tega melihat Lung sejak sepekan terakhir bersedih akibat perceraian itu. Bagi Manoj, meski terkesan kasar dan berangasan, pada dasarnya Lung seorang teman yang baik. Karenanya, ketika mendengar kabar Lung bercerai dengan Ling, Manoj spontan mengungkapkan simpati dan empatinya.

Manoj mengunjungi kios Lung. Ketika itu Lung sedang berbincang dengan Abud dan Bang Tagor.

“Ini pelajaran berat. Oe kapok ngomong dan bertindak kasar lagi, apa siapapun,” ungkap Lung.

“Bener tuh. Kite kudu sabar ngehadepin idup, Lung,” ujar Abud.

“Dalam hidup, kesabaran itu memang sesuatu yang gampang tapi susah dilakukan. Tapi, bagaimanapun juga kita harus melakukannya,” sambung Tagor.

“Apalagi sekarang, di jaman yang makin confuse. Politik berisik, ekonomi terusik, dan semuanya menjadi tidak mudah,” seru Manoj.

Lung tak mau hanyut dengan kesedihan ditinggal cerai oleh Ling. Kepada para sobatnya, dia berjanji untuk tegar. Tapi, ada persoalan yang sekarang membuat Lung rada was-was, kios yang dia pakai jualan di pasar, atas nama Ling. Cepat atau lambat, Ling akan mengambil kios itu.

You gak usah bingung.  Sementara waktu, you bisa pake kios ai yang di pojok, dekat warung sotomie Bang Jali,” ujar Manoj.

“Kamsiah, Manoj.”

“You are welcome,” tanggap Manoj.

Wajah Lung berseri. Abud dan Bang Tagor pun tersenyum.  Lung sungguh tak menyangka masih banyak juga teman-teman yang bersimpati dengannya.

“Tapi kau musti benar-benar tak mengulang perangai buruk kau, Lung. Jagalah omongan kau.”

Lung mengangguk.

“Dalam keadaan apapun kite, Lung. Kite kudu mampu ngendaliin diri. Pengendalian diri, banyak manpaatnye,” ujar Abud. Pedagang kopiah, itu pamitan meninggalkan kios Lung.

“Ane tinggal dulu ye.. Ude azan Ashar, ane kudu ngadep ame yang punya gudang rejeki,” ungkap Abud. Tagor dan Manoj juga meninggalkan  Lung, kembali ke kiosnya masing-masing.

Tinggallah kini Lung sendiri. Ia merapikan beberapa barang dagangan di kios-nya, sambil mencatat inventori stock barang. Perlahan, Lung bersenandung. “Wǒ ài de nǐ *ya wǒ ài de nǐ . Nǐ zài nǎlǐ ya zài nǎlǐ Wǎngrì de tiánmì huàwéi yīsīsī. Dīdī chóngfù zài shuìmèng lǐ.

Lung tak menyembunyikan suasana hatinya lewat syair lagu itu. Liriknya memang menyentuh. “ Setiap detail masa lalu terulangi dalam mimpi. Aku suka dan mencintaimu. Manisnya masa lalu, kini berubah menjadi kerapuhan...”

Lung terus bersenandung. Senja merambat turun. Kios-kios di pasar itu mulai tutup satu-satu. Lung pun menutup tokonya.  Sambil menutup pintu tokonya, Lung bergumam: “Terima kasih, lu udah jadi tempat oe ngejalin ho peng buat nguber hoki. Hopeng oe sekarang banyak, tapi hopeng sejati, bini oe, si Ling ude pergi.. Ntar lu juga bakal diambil ama Ling...”

Lung mengunci kios itu.. Ia berjalan gontai di remang senja pasar tempat dulu pertama kali dia bertemu Ling.. |

Editor : Web Administrator
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1187
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 524
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1616
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1396
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya