Perjuangkan Kesetaraan Gender Lewat Musik

| dilihat 2032

AKARPADINEWS.COM | DISKURSUS tentang kesetaraan gender dan kekerasan yang dialami perempuan muncul karena desakan pentingnya memahami kondisi dan kedudukan perempuan yang umumnya termarginal.

Wacana gender itu menggelinding ke ranah publik agar muncul pemahaman agar ada kesetaraan status antara laki-laki dan perempuan sebagai wujud dari tatanan masyarakat yang lebih egaliter. Orientasi inilah yang senantiasa diperjuangkan kaum perempuan. Mereka mengkritisi isu-isu kesenjangan dan ketidakadilan gender, mengkaji faktor-faktor penyebab kekerasan, dan upaya menghalau dampak negatif dari persepsi masyarakat umumya yang bias gender.

Pada dasarnya, distribusi peran dan fungsi antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi oleh kebudayaan masyarakat Indonesia, bukan hanya ditujukan kepada perempuan. Namun, juga kepada laki-laki. Hanya saja, fakta mengurai jika posisi perempuan umumnya mengalami marginalisasi.

Tak sedikit perempuan yang mengalami diskriminasi, bahkan tindakan kekerasan dalam lingkup ruang dan lingkungan. Perempuan mengalami diskriminasi dan kekerasan di ruang-ruang domestik, lingkungan kerja, ruang publik, sekolah, bahkan dalam tubuhnya sendiri.

Dengan latar belakang menuntut ketidakadilan gender dan kekerasan yang dialami perempuan, sejumlah perempuan seniman, musisi, akademisi, dan aktivis, didukung lembaga nirlaba internasional, Search for Common Ground, meluncurkan Bersama Project pada Kamis, (2/7) di Jakarta. “Bersama project yang baru, kita mulai intervensi kreatif untuk solusi kesetaraan gender dan kampanye antikekerasan,” jelas Rebekah E Moore, project manajer Bersama Project.

Acara tersebut diisi dengan diskusi dan menampilkan serangkaian video musik live yang disutradarai Flo Hadjon dan  dibawakan empat musisi perempuan dengan tema #1Voice4Women. Empat group dan musisi itu antara lain: Bonita & the husBAND, Tika and the Dissidents, Wonderbra, dan Yacko. Dalam kesempatan itu, mereka juga berbagi pengalaman sebagai seniman dan perempuan yang juga tidak luput dengan pelecehan di industri musik.

Kartika Jahja, vokalis Tika and the Dissidents dalam video musiknya menceritakan pengalaman pelecehan fisik secara simbolik yang dialaminya dengan sebuah label rekaman. “Mereka bilang berat badan loe tanggung, kalau gemuk yah gemuk sekalian, biar kita gampang menjualnya,” tutur Tika yang pada malam peluncuran membawakan lagu ciptaannya berjudul: Tubuhku Otoritasku. Dia sangat menyayangkan stigma tentang perempuan yang bekerja di bidang seni yang kerap kali diremehkan.

Tera, vokalis dari kelompok Wonderbra mengkritisi peraturan perundang-undangan yang mengatur tubuh perempuan, dari mulai cara berpakaian hingga larangan perempuan untuk keluar malam. “Tubuh perempuan bukan milik negara,”  tegas Tera.

Vokalis Bonita & the husBAND juga turut mendapatkan stigma dan perlakuan tidak menyenangkan. Namun, Bonita menegaskan, upaya menyelamatkan diri, termasuk eksistensi seniman perempuan, tiada lain adalah melalui karyanya.

Bagi Yacko yang fokus pada musik genre hip hop, seharusnya tidak ada diskriminasi antara musisi perempuan dengan laki-laki. Perempuan dapat menjadi apapun yang diinginkannya, tanpa harus mendapatkan sterotip. Karenanya, di Indonesia, perempuan tidak hanya berani meraih mimpi, tetapi harus berani mendobrak kebudayaan, yang dimulai dari ruang domestik. Acara itu juga dihadiri Jemima dengan genre musik R&B dan Nadya Fatira, turut meramaikan peluncuran Bersama Project.

Misi Bersama Project, tidak hanya sekedar mengangkat profil para artis. Sasaran sebenarnya adalah mencapai hasil akhir yang terukur dalam membangun perspektif kesetaraan di antara para seniman, musisi, maupun penikmatnya hingga tercipta kesadaran akan pentingnya kesetaraan antara perempuan dan laki-laki.

Ketidakseteraan gender selama ini meliputi pembedaan tempat, waktu, alat, tugas, bentuk pembicaraan, tingkah laku, dan persepsi yang dikaitkan dengan perempuan dalam budaya sosial. Karenanya, intervensi kreatif dalam program ini dilakukan di ranah sosial, ekonomi, politik, edukasi dan lingkungan kerja yang menjangkau semua kalangan agar dapat membangkitkan perubahan paradigma kolektif. Bersama Project diharapkan dapat bergerak secara berkesinambungan untuk memperjuangkan kesetaraan dan gerakan antikekerasan terhadap perempuan melalui media musik dan seni.

Ratu Selvi Agnesia

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1187
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 739
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 897
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 848
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya