N. Syamsuddin Ch. Haesy
AIR dari Selatan merangsek dan ‘menenggelamkan’ pantai utara Jawa Barat, termasuk Ibukota Negara Jakarta. Memang terdapat aliran 13 sungai dari Jawa Barat yang melintasi Jakarta. Gubernur Jakarta Joko Widodo (Jokowi) sudah ‘lempar kambing.’ Melontarkan sebagian masalah ke Jawa Barat dan Pemerintah Pusat.
Semua kabar tentang banjir yang selalu berulang setiap tahun, bukanlah berita. Dan, banjir bukan lagi musibah. Banjir sudah merupakan petaka, yang bila tak disadari, kelak akan menjadi petaka sosial lebih dahsyat, sebagaimana diisyaratkan Jaard Daimond, yang mengisyaratkan tentang human failure dalam mengelola alam dan lingkungan.
Dalam dimensi kekinian, lirik itu mengisyaratkan, setiap kita harus bergerak melakukan aksi bersama pemerintah menegakkan best practice mining, reforestasi, untuk menghindari terjadinya banjir bandang dan luap kemarahan bumi. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan sudah memfasilitasi dengan berbagai regulasi dan aturan.
Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar sudah bergerak, memaknai regulasi dan aturan itu dengan aksi. Mulai dari gerakan penghutanan kembali beberapa wilayah perbukitan dan gunung yang botak, dan gencar menggeuruduk para penambang bangor yang mengabaikan prinsip penambangan yang baik dan benar. Ia juga sudah menyampaikan berbagai pemikiran tentang penyelamatan lingkungan kepada berbagai kalangan aktivis lingkungan. Antara lain, menyambangi mantan Gubernur Jabar Solichin GP yang sejak dulu beken dengan Rakgantang (Gerakan Gandrung Tatangkalan).
Pekan lalu (Kamis, 16/1) Abah Iwan (Iwan Abdurrachman) sambil menyampaikan beberapa pesan lagu ciptaannya di hadapan direksi dan karyawan Angkasa Pura Airports yang sedang memperingati hari jadi ke 50 tahun, mewanti-wanti ribuan karyawan BUMN itu untuk beraksi menyelamatkan alam lingkungan. Untuk itu, Abah menghadiahkan bibit pinus untuk mereka tanam.
Seniman Bandung asal Bali, Nyoman Nuarta mengatakan kepada saya, perlu sikap konsisten dalam menghutankan kembali berbagai wilayah Jawa Barat. Termasuk Kawasan Bandung Utara (KBU) yang sebagian menjadi ‘hutan beton.’ Siapa saja yang mengubah fungsi KBU kudu berani memberi teladan, mengembalikan kawasan itu menjadi hutan. Pemerintah bisa bertindak, misalnya membongkar bangunan di kawasan reservoir, seperti yang dilakukan Bupati Bogor Rachmat Yasin, di wilayahnya.
Menyelamatkan alam dan lingkungan dengan sikap jelas dan tegas, memang tak bisa dipungkiri. Bila tidak, bencana sosial akan menimpa. Korban utamanya, pastilah rakyat. Banjir yang kini melanda, bahkan tak hanya akan merampas dinamika kehidupan rakyat sehari-hari. Bahkan, bisa menghambat proses konstitusional lima tahunan, Pemilihan Umum 2014.
Suatu malam, di saung rumah dinasnya di Jalan Dago, hingga larut malam saya berbincang dengan Deddy Mizwar. Dia ingatkan, bulan Maret dan April (pada masa kampanye dan pemungutan suara) hujan belum lagi surut. “Mungkin banjir masih akan melanda,” katanya.
Maka, tak ada pilihan: jangan tunda lagi, selamatkan lingkungan ! |