Menghampiri Kemerdekaan Manusia

| dilihat 365

Bang Sém

Ketika sedang rebah istirah, seorang sahabat yang baru kembali dari perjalanan spiritual ibadah umrah, menelpon saya. Kami berbincang, setelah ia berbicara tentang banyak hal pengalaman spiritualnya. Lantas memantik dialog perihal kemerdekaan manusia.

Kami, mempertemukan pandangan ihwal beragam hakikat kemerdekaan yang disediakan Allah untuk manusia. Kami sampai ke titik temu pandangan, bahwa Allah menyediakan pemahaman, bahwa kemerdekaan manusia bukan kemerdekaan tanpa batas.

Karenanya, setiap kali manusia memahami kemerdekaan, dalam satu tarikan nafas, ia pun harus memahami hakikat keterbatasan. Pada independensi, dependensi ada di dalamnya.

Di situlah hakikat manusia sebagai makhluk terpahami. Di situlah perkakas nalar, naluri, nurani, rasa dan dria, jasmani dan ruhani ruhani, raga dan sukma, materialisma dan spiritualisma jalan beriringan, sebagaimana sanding dan tanding juga tersedia untuk dipahami oleh manusia.

Kemerdekaan (seperti kemerdekaan berfikir, bersikap, dan bertindak) menemukan aktualitasnya yang sangat beragam dan menjadi wilayah manusia. Sebutlah itu, kemerdekaan berilusi, berfantasi, berimajinasi, berekspresi, bersuara, memilih, sesuai dengan zamannya.

Beragam Jalan Kemerdekaan

Pada perkembangan zaman, kemerdekaan yang disediakan Allah kepada manusia juga memiliki beragam jalan, meski kelak hanya dikenali dua jalan akhir, yakni jalan kederhakaan dan jalan kesalihan.

Itu sebabnya, Allah memberi hak interpelasi kepada iblis untuk mempertanyakan, mengapa manusia yang diprediksi membuat kerusakan di atas semesta, diciptakan-Nya. Dan iblis, yang menyadari, bahwa Allah menciptakan manusia sebagai sesempurna makhluk (ahsanit taqwim) dan berpotensi sebagai makhluk utama - insan kamil, memohon otoritas kemerdekaan untuk mempengaruhi manusia menjadi taklukannya.

Sebagai Maha Pencipta yang menyediakan kemerdekaan, Allah menggunakan otoritas-Nya yang absolut, distinc dan unik memilih malaikat untuk menjalankan fungsi-fungsi khas : monitoring, evaluasi, dan pendampingan bagi manusia.

Dalam konteks keadilan-Nya, Allah memilih pula manusia utama yang memandu umat manusia memberi manfaat atas kemerdekaannya untuk mencapai kesalihan paripurna, yang lantas kita kenal sebagai para nabi dan rasul.

Setidaknya Allah memilih Musa as untuk memandu manusia mengenali prinsip-prinsip dasar pemahaman tentang order dan regulasi sebagai panduan jalan hidup dalam seluruh konteks penegakan hukum (law enforcement).

Lantas, memilih Daud as untuk memandu manusia mengenali prinsip-prinsip dasar artistika, estetika, dan etika. Memilih Isa as untuk mengenali dan memahami hakikat cinta sebagai muara dari dari simpati, empati, apresiasi, dan respek.

Kemudian memilih Rasulullah Muhammad SAW sebagai penyempurna aktualisasi penegakan hukum menjadi penegakan keadilan; aktualisasi dan manifestasi artistika, estetika, dan etika menjadi peradaban (tamaddun); serta, penyempurna cinta dimensional menjadi kemanusiaan.

Kemerdekaan yang Utuh

Dengan keteladanan dan panduan yang diemban para insan mulia yang dipilih-Nya itu, Allah menyediakan ruang kompetisi luas (antara lain fastabiqul khairaat - kompetisi dalam kebajikan), dalam mengaktualisasikan dan memanifestasikan kemerdekaan sesuai dengan lini masa - periodenya. Termasuk mengabarkan ruang akhir pilihan: petaka - derita - siksa di satu sisi dan sentosa - bahagia - pahala di sisi yang lain, melalui gerbang su'ul khatimah dan husnul khatimah.

Allah memberikan manusia kemerdekaan yang utuh. Merdeka dalam memilih ketaatan dan kederhakaan (keinkaran) dengan segala dampaknya dalam hidup nan baka, kelak.

Allah yang absolut, distinc, dan unik sebagai sumber segala sumber nilai dan kuasa kebaikan (minimal sebagaimana tercermin dalam Al Asma'ul Husna), 99 nama-Nya menyediakan berbagai fasilitas khas: kema'afan, ampunan, menerima taubat, dan tak pernah bosan mengabulkan do'a manusia.

Tanpa kecuali memberikan imbalan atas ikhtiar kebaikan dalam mengubah nasib dan mengabulkan do'a manusia untuk mendapat takdir terbaik. Soalnya tinggal, bagaimana manusia menyadari dan mempelajari dengan antusias petunjuk-Nya, sebagaimana diteladani oleh para insan mulia pilihan-Nya.

Manusia sangat merdeka memaknai dan menjalankan kemerdekaan-Nya, sehingga mampu mencapai hidup bahagia di dunia dan akhirat, seraya terbebas dari petaka. Tanpa kecuali kemerdekaan menabung kebajikan, mendulang kesalihan.. |

Editor : delanova | Sumber : foto-foto ilustrasi khas YT
 
Humaniora
Sainstek
19 Feb 25, 19:05 WIB | Dilihat : 1201
Presiden Prabowo Lantik Brian Yuliarto Mendiktisaintek
25 Okt 24, 10:37 WIB | Dilihat : 1267
Maung Garuda Limousine yang Membanggakan
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 3060
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 3276
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
Selanjutnya