Puisi Bang Sem

Lorong Gelap Bangsaku

| dilihat 782

N. Syamsuddin Ch. Haesy

Lorong Gelap Bangsaku

Lorong gelap ini masih sangat panjang, mungkin teramat panjang. Kita tidak tahu, entah sampai bila akan tiba di ujungnya dan mendapatkan cahaya.

Dalam gelap, terlalu banyak di antara kita yang lupa cara menyalakan suluh, agar lorong gelap ini bisa berubah remang dan kita bisa meniti jalan. Tanpa seorangpun yang terpijak.

Duh.. di lorong gelap ini, tak seluruh bahu bisa dipadukan, sehingga sulit bahu membahu. Kita tak duduk sama rendah, tak berdiri sama tinggi. Kita terlalu sering bekerja bersama-sama dan sulit bekerjasama. Karena terlalu sering disubsidi, kita lupa saling berkontribusi. Karena terlalu sering memanjakan emosi, kita lupa cara bersatu 'tuk menemukan solusi. Sebagian kita senang bergaduh menebar riuh. Menggunakan tangan dan lengan untuk sorong-sorongan, sehingga kita selalu abai memelihara simpati dan empati, abai menggetarkan dawai apresiasi dan respek. Di lorong gelap itu kita tak lagi paham memaknai cinta.

Ohoiii... Kita senang mengubah lidah jadi belati yang senantiasa terhunus. Sebagian kita selalu senang saling tikam dengan lidah. Lalu bingung kala terkepung sansai berkepanjang.  

Lorong gelap ini masih sangat panjang dan kita belum mendekat ke ujungnya. Sebagian kita masih berdiri canggung, sibuk mengemas alasan dan tak mampu menyediakan cara keluar dari gelap. Sebagian lainnya terus saling bertikam dengan lidah.

Dalam gaduh, telinga dan mata kehilangan makna, hingga tak terdengar suara mengaduh orang-orang miskin yang kian bertambah bilangannya.

Lorong gelap bangsaku, lorong panjang tak berujung. Di situ akal sehat dan nurani terkapar. Menunggu ajalnya !

(Jakarta, 8 November 2020)

 

Ironi Senja

Senja singgah lagi. Gelombang laut mengirimkan buih ke sela-sela karang di pantai peradaban yang lusuh. Aku melihat mentari meninggalkan punggungnya di bawah hujan.

Lobster kehilangan benurnya. Dikemas orang-orang ke dalam kotak angka-angka bilangan kurensi.  Bermain silap mata menjanjikan asa di senyum nelayan, hiburan senja. Karena kemiskinan masih sahabat setia yang menemani.

Lobster kehilangan benurnya. Migrasi jauh ke negeri entah. Lewat persekutuan dan persekongkolan. Politisi dan petinggi negeri suap-suapan, mengikuti syahwat kuasa dan perut-perut kenyang yang senantiasa lapar.

He he.. Senja terkekeh. Gelombang laut mengirimkan isyarat compang negeri yang camping, lewat kebijakan yang kehilangan kebajikan. Gerimis rasuah memercik di atas gelombang kelicikan !

(Jakarta, 27 November 2020)

Di Kaki Gunung Aseupan

 

hujan turun malas-malasan. ikan-ikan di kolam ini pun malas-malasan

enggan melahap umpan. di ujung kail pencitraan

aku goler-goleran di lantai papan gazebo

depan kamar penuh kenangan. tempat kusimpan embun gunung aseupan

selendang gadis desa. terlepas dari perangkap kemiskinan

terlepas dari jerat kaki tangan kemaksiatan

pencuri para gadis. pedagang kehormatan di bawah lapak kebiadaban

transaksi kemanusiaan bertukar dolar

 

seekor ikan melahap umpan di ujung kain tipuan. membungkus durjana dengan janji

pembebasan atas kemiskinan

 

gadis tetangga berlari. terjatuh di bibir beranda

bibi mengangkat tubuhnya. mendekapnya. membelainya

mengerjapkan matanya kepadaku

aku merapat. ikut nelisik kerikil di telapak kakinya

 

oo... cerita lara terurai. tergerai bersama pedih

kaki tangan kemaksiatan. teramat panjang hingga ke tepian desa

kaki gunung aseupan

kemiskinan adalah kabut. turun bersama malam

membekap gadis-gadis. tameng utang emak bapak mereka

tameng hadapi ketamakan dan riba. sebelum sawah puso

 

hujan turun malas-malasan. orang-orang miskin. menganga mulutnya. menjulurkan lidahnya

tak setetes pun rintik hujan. jatuh mengusir dahaga

dan para gadis mengalunkan ayat-ayat Qur'an.

melawan penindasan para para beruang.

Jiput | Januari 15, 1999 )

 

Editor : Web Administrator
 
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 497
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1580
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1371
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1156
Rumput Tetangga
Selanjutnya