Catatan Perjalanan

Memacu Keunggulan di Kota Kecil

| dilihat 2129

Catatan N. Syamsuddin Ch. Haesy

KAMI berkeliling Maranello, kota dan komune di wilayah Emilia Romagna di Italia Utara, yang terletak 18 kilo meter dari Modena. Usai mengunjungi Muse Ferrari di pusat kota, Hendra mengajak kami minum kopi di Piazza Liberta – Maranello. Persis di seberang kantor administrasi kota.

Dari kantor administrasi kota itu, kami ketahui perkembangan penduduk kota Maranello relatif rendah, tak sampai satu persen. Populasi penduduknya sekitar 17 ribu orang. Hampir seluruh sudut kota ini tak bisa melepaskan dirinya dengan atribut Ferrari dan lambangnya: kuda jingkrak.

Beberapa orang pensiunan, menghabiskan waktu di halaman kafe, minum kopi sambil ngobrol. Dari mereka, diperoleh informasi, Maranello adalah ‘rumah Ferrari.’ Di kota ini juga Ferrari Formula 1 dan tim balap Scuderia bermarkas. Ferrari memang membangun sirkuit balap ukuran kecil, Fiorano. Nama persis sirkuit ini adalah Ferrari 599 GTB Fiorano Mulanya, sirkuit itu adalah ranch dan pacuan kuda pribadi milik Enzo Ferrari di Fiorano Modenese.

Ferrari membangunnya pada 1972. Mulanya hanya sepanjang 1,86 mil dengan lebar track 8,4 meter. Kemudian diperpanjang hingga 1,88 mil, dan direnovasi lagi pada 1996 dengan menambah tikungan cepat untuk mengganti sudut tajam  berdiameter 370 meter dan 13,71 meter. Inovasi itu disesuaikan untuk melakukan test kecepatan standar rata-rata putaran F1 lebih dari 160 km/jam atau 99 Mph sampai 290 km/jam atau 180 mph. Dengan inovasi itu, Ferrari bisa mensimulasikan sudut dan yang biasa ditemukan di berbagai jenis sirkuit untuk Grand Prix.

Di sirkuit inilah, setiap kali Ferrari menguji produknya, orang bisa menyaksikan bagaimana Tifosi menunjukkan kemamampuannya, dari pinggir jalan, di luar pagar sirkuit. Di sirkuit ini juga para calon pelanggan Ferrari, boleh menuji kendara (test drive) produk Ferrari, selain di sepanjang jalur jalan kota Maranello.

Enzo Ferrari membangun pabrik Ferrari di Maranello pada awal dekade 1940-an, saat ia memutuskan untuk memindahkan pabriknya dari Modena. Apalagi di kota ini sudah berdiri Carrozzeria Scaglietti, yang kini menjadi milik Ferrari. Kala itu, Enzo Ferrari yang keluar dari Alfa Romeo, menjadikan pabriknya sebagai kepanjangan tangan Alfa Romeo. Maklum, pabrik mobil tempatnya pernah bekerja, itu terkena pemboman saat Perang Dunia II. Ferrari membangun pabriknya, bersinergi dengan Auto Avio Costruzioni, yang menjadi manufaktur peralatan mesin.

Pada masa itu, Enzo Ferrari setuju untuk tidak menggunakan namanya berkaitan dengan balap mobil selama empat tahun. Apalagi, perang dunia memang membuat ajang balap mobil tidak kondusif. Meskipun demikian, ia bertekad, menjadikan pabrik Ferrari sebagai ajang kreatif dan inovasi memacu keunggulan di kota sepi.

Selama masa itu, Enzo Ferrari memusatkan perhatian pada pembuatan mesin 12 silinder. Hasilnya, Enzo meluncurkan produk pertamanya Ferrari 125 S pada 1947. Peluncuran itu diikuti dengan turun gelanggang ajang balap pasca perang. Adalah Luigi Chinneti, pembalap pertama yang menikmati keandalan teknologi Ferrari ini. Ferrari 125 S pun diekspor ke Amerika untuk pertama kalinya, untuk membuka jalan bagi ekspor produk Ferrari 166 Inter.

Dari petugas humas pabrik Ferrari Mateo, saya mendapat penjelasan, dekade 1950-an, Ferrari melakukan inovasi teknologi yang menghasilkan auto-engine lebih maju. Ketika itu, Ferrari diperkuat oleh Lampredi dan Jano, yang legendaris sebagai engineer bergaji paling tinggi di Itali. Body mobil Ferrari, saat itu dirancang oleh desainer mobil legendaris Pinin Farina.

Ferrari 375 yang menjadi produk unggulan masa itu, meraih kemenangan pertama mengungguli Alfa Romeo. Produk Ferrari pun menjadi populer. Terutama ketika Amerika menekan pasar mobil jenis 250 GTS pada 1953. Pertumbuhan produksi meningkat antara 70 persen sampai 80 persen dari produksi tahun 1950, dan mencapai puncaknya pada 1960 dengan memproduksi 300 unit. Pencapaian itu mengobati duka Enzo, yang kehilangan puteranya Dino, pada 1956 dalam usia 24 tahun. Dino banyak membantu ayahnya mengembangkan mesin V6 Ferrari.

Untuk mengenang puteranya, Enzo mengabadikan nama Dino pada produknya 250 Testa Rossa, yang memenangkan kejuaraan Formula 1 yang menggunakan mesin V6. Mobil ini juga yang dibawa Carrol Shelby Cobra ke ajang trek balap di Eropa pada tahun 1961. Mobil ini seolah hendak menunjukkan keuanggulan teknologi Itali, yang di era sebelumnya, terkalahkan oleh teknologi Texas. Prestasi itu membuka komunikasi dan peluang kerjasama Ferrari dengan Ford, meskipun akhirnya Enzo memilih jalan memperkuat basis domestik. Ia pun tidak melanjutkan kerjasamanya dengan Ford. Pada 1969 Enzo menjual saham Ferrari kepada Fiat.

Sambil minum kopi, ingataan saya tentang perkembangan Ferrari terusik, seperti yang dijelaskan Ellen saat berkunjung ke Museo Ferrari. Juga penjelasan Matteo di pabrik Ferrari. “Jangan lupa, mesin V6 itu menjadi basis bagi Ferrari sampai ke produk unggulan baru, Dino 246 di awal tujuh-puluhan,” ungkap Hendra, sambil menikmati es krim Maranello.

Dia tersenyum, ketika saya mengulang cerita Matteo, tentang kreativitas dan inovasi yang terus digelorakan Enzo Ferrari. Terutama ketika produk Ferrari bernama Berlinetta Boxer dengan mesin 12 silinder, dipertontonkan pada Turin Motor Show, 1971. Mobil itu mengundang decak untuk produk di kelas 365 GT. Bahkan produk ini masih unggul, saat dipamerkan pada pameran mobil Turin, 1976. Apalagi Ferrari mulai memperkenalkan transmisi otomatis untuk mobil jenis V12-400i.

Usai minum kopi, Hendra mengajak kami bergegas ke pabrik Ferrari, sambil mampir dulu di Ferrari Shop, yang terletak di depan pabrik. Pabrik inilah yang menjadi ikon kota Maranello yang berkarib sepi itu... |

Editor : Web Administrator
 
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 502
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1584
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1373
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 219
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 433
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 432
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 401
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya