Foodini, Peracik Makanan Estetik

| dilihat 2699

AKARPADINEWS.COM| TEKNOLOGI cetak tiga dimensi berkembang dengan pesat. Selain untuk memproduksi mobil dan replika organ tubuh manusia, teknologi itu kini mulai diterapkan pada bisnis kuliner.

Adalah Natural Machines, perusahaan yang berhasil membuat mesin cetak tiga dimensi untuk membuat makanan. Mesin itu diberi nama Foodini. Dengan model open capsule, mesin ini dapat memproses bahan makanan yang kemudian dicetak sesuai keinginan penggunanya, lalu langsung memasaknya.

Foodini memiliki banyak varian bentuk cetak sehingga penggunanya dapat bereksplorasi dan bereksperimen dalam penciptaan bentuk makanan. Bahkan, mesin ini dapat mencetak makanan dengan ukuran tinggi, hingga beberapa sentimeter.

Mesin ini juga dapat tersambung ke komputer dan dapat menerima data dari internet. Kemampuan itu memungkinkan mesin ini untuk membuat makanan berdasarkan resep yang ada dalam dunia maya.

Lynette Kucsma, Co-founder Natural Machines, mengatakan, alasan dia dan timnya mengembangkan mesin cetak tiga dimensi makanan ialah keinginan untuk membantu koki dalam menciptakan makanan dengan estetika yang tinggi. Karena, dengan menggunakan Foodini, seorang koki dapat menciptakan karya masakannya dengan kebebasan membuat bentuk makanan yang tidak dapat dibuat oleh tangannya secara manual.

Selain itu, menurut Kucsma, Foodini akan memberikan waktu yang lebih cepat dalam memproses makanan karena sistemnya yang sudah otomatis. “Bayangkan jika seorang koki harus menyiapkan roti dengan bentuk ranting pohon untuk ratusan orang maka dia akan dapat dengan mudah menyiapkannya dengan mencetaknya secara otomatis,” ujarnya.

Kemunculan mesin cetak makanan tiga dimensi ini akan memiliki masa depan yang cerah. Pasalnya, penciptaan makanan akan lebih cepat sehingga memungkinkan untuk produksi dalam skala besar. Kehadiran mesin ini jelas akan berbeda dengan mesin industri makanan yang sudah ada.

Karena, mesin dengan teknologi cetak tiga dimensi ini mampu memproduksi sebuah produk makanan dengan bahan baku alami, tanpa kimia, dan dapat memberikan kebebasan koki untuk bereksplorasi. Meski demikian, memang perlu waktu untuk pembiasaan bagi para koki yang terbiasa memproses makanannya secara manual.

Setidaknya, kehadiran mesin ini disambut baik oleh beberapa koki yang sudah mencobanya. Salah satunya ialah Paco Perez, koki yang restorannya telah menyabet predikat bintang lima. Dalam ujicoba yang dilakukannya, Perez terkesan dengan kemampuan Foodini.

Ketika menciptakan masakan buah kreasinya yang diberi nama Sea Coral, Foodini mampu menjawab ekspektasinya, terutama saat menata makanannya untuk menampilkan estetika dalam presentasi makanan. Mesin tersebut, menurut Perez, mampu menghadirkan presentasi makanan yang diinginkannya.

Meski terkesan dengan Foodini, Peres menilai, kehadiran mesin tersebut perlu pembiasaan di kalangan koki-koki lainnya. Karena, mayoritas koki masih menganggap makanan dengan nilai estetik tinggi merupakan makanan yang dibuat dengan tangan.

“Untuk sekarang, makanan yang diproses secara tradisional masih merupakan avant garde. Koki yang membuatnya masih menggunakan cara tradisional, seperti menggunakan blender, mikrowave, oven, dan lain sebagainya. Bagi saya, tradisi (memasak) merupakan bagian dari sebuah inovasi. Akan tetapi, ke depannya, teknologi akan menjadi bagian darinya,” ungkapnya.

Secara tak langsung, kehadiran Foodini menjadi petanda bahwa teknologi yang terus berkembang akan membantu segala kebutuhan dan keinginan manusia. Teknologi cetak tiga dimensi yang awalnya hanya dapat memproduksi barang-barang biasa, kini telah berkembang dan dapat diaplikasikan untuk menciptakan sesuatu untuk dimakan.

Bila pengembangan teknologi ini terus terjadi, bukan tidak mungkin segala aspek industri akan bergantung pada teknologi ini. Apalagi, dengan tuntutan waktu dan kualitas yang sama pada setiap produknya, kehadiran teknologi cetak tiga dimensi akan sangat membantu sektor industri, mulai dari infrastruktur hingga makanan seperti yang bisa dilakukan Foodini.

Meski demikian, hal yang perlu menjadi perhatian ialah kehadiran teknologi cetak tiga dimensi jangan sampai mereduksi pemaknaan proses penciptaan. Dengan kemampuan mempermudah menciptakan sesuatu, ada kemungkinan pemaknaan proses penciptaan akan tereduksi dan legitimasi seseorang dalam menciptakan sesuatu pun akan tereduksi pula.

Untuk masa kini, mungkin teknologi yang ditawarkan Foodini akan sangat tepat untuk diterapkan oleh para patissiere atau koki yang bidangnya pada pembuatan kue dan roti. Karena, untuk makanan seperti itu, kehadiran Foodini akan memberikan kebebasan untuk bereksplorasi penciptaan, baik dari segi bentuk maupun teknik dekorasinya, agar memiliki presentasi bernilai estetika tinggi.

Muhammad Khairil

Editor : M. Yamin Panca Setia | Sumber : BBC
 
Ekonomi & Bisnis
03 Apr 24, 04:18 WIB | Dilihat : 242
Pertamina Siap Layani Masyarakat Hadapi Lebaran 2024
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 412
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 260
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 241
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 466
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 458
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 429
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya