Pembunuhan Angeline

Skenario Jahat Si Psikopat

| dilihat 4944

AKARPADINEWS.COM | MASYARAKAT tentu masih ingat kisah kematian Arie Hanggara. Bocah berusia delapan tahun itu tewas akibat dianiaya orang tuanya. Kematian Arie yang memicu kemarahan publik, akhirnya menyeret orang tuanya ke penjara.

Kisah Arie yang memicu simpati masyarakat itu kemudian dijadikan film berjudul Arie Hanggara tahun 1985 yang disutradarai Frank Rorimpadey. Film itu menebar pesan jika kekerasan mengintai anak-anak. Dan, pelaku umumnya adalah orang-orang terdekat.

Namun, pesan itu sepertinya diabaikan. Sudah begitu banyak anak-anak yang menjadi korban kekerasan. Ada yang ditelantarkan, mengalami kekerasan fisik dan seksual, diperkerjakan secara paksa, hingga dibunuh dengan sadis. Dan, pelakunya adalah orang-orang terdekat, yang berpura-pura mencintai dan menyayangi si anak.

Kematian Angeline mengingatkan masyarakat akan kematian Arie Hanggara. Betapa miris saat diketahui Angeline tak bernyawa pada Rabu, 10 Juni 2015. Jasadnya dikubur dalam sebuah lubang dengan kedalaman 60 sentimeter di dekat kandang ayam. Jasad mungil yang membusuk itu meringkuk, sambil memeluk boneka.

Kematian Angeline masih menyisahkan misteri. Publik tentu mengharap, episode pembunuhan sadis terhadap bocah perempuan berusia delapan tahun itu tak hanya berakhir dengan ditetapkannya Margereth Christina Megawe sebagai tersangka.

Polisi dituntut mampu membongkar motif pembunuhan dan dugaan adanya persekongkolan jahat terhadap Angeline. Penyidikan dan penyelidikan yang tengah dilakukan polisi diharap dapat memastikan ada atau tidaknya aktor lain yang terlibat dalam skenario pembunuhan terhadap Angeline.

Kematian Angeline mengambarkan betapa keji orang-orang dekatnya, yang berperan seolah-olah menjadi malaikat. Ibu Angkatnya, Margareth diketahui sering memperlakukannya dengan kasar. Angeline sering dipukul, dibentak, dan dipaksa bekerja layaknya orang dewasa. Hak-hak Angeline untuk mendapatkan pengasuhan, pengajaran, pendidikan, layaknya anak-anak yang lain, tidak dipenuhi.

Di tahun 2007, Angeline, yang lahir dari rahim Hamidah, diadopsi Douglas Scarborough, warga negara Amerika Serikat, suami Margereth. Hamidah bersama suaminya, Rosidi, merelakan anaknya yang baru tiga hari lahir untuk diadopsi Scarborough dan Margereth. Hamidah dan Rosidi menyakini Dauglas dan Margereth akan serius membesarkan Angeline. Hamidah dan Rosidi yang merupakan keluarga miskin kala itu juga kesulitan membiayai melahirkan. Scarborough dan Margereth yang hidup berkecukupan bersedia menanggung biaya melahirkan.

Scarborough yang merupakan warga Amerika Serikat memang dikenal kaya. Dia pernah menduduki jabatan tinggi di sejumlah perusahaan tambang minyak dan gas bumi yang beroperasi di Kalimantan Timur maupun daerah lain di Indonesia. Hartanya tersebar di Kalimantan, Jawa, Sumatera, Bali, dan sebagainya.

Scarborough juga dinilai orang-orang yang mengenalnya sangat menyayangi Angeline. Sayang, kasih sayang Scarborough dengan Angeline terputus. 17 September 2008, Scarborough meninggal dunia lantaran serangan jantung.

Margereth sah-sah saja mengklaim sebagai "malaikat" yang pernah mengurus Angeline. Dia boleh saja berkelit tidak terlibat dalam pembunuhan Angeline. Namun, Kepolisian Daerah (Polda) Bali telah mengantongi bukti dari keterangan tersangka Angustinus Tai (pembantu Margereth) dan saksi-saksi lain serta bukti permulaan yang cukup dari laboratorium forensik yang mengindikasikan Margereth yang menghabisi nyawa korban.

Sebelumnya, Margereth hanya menyandang status tersangka penelantaran anak, dengan ancaman hukuman maksimal lima tahun penjara. Namun, dari pengakuan sejumlah saksi, Margereth tak cukup hanya dijerat dengan pasal penelantaran anak. Laku janggalnya mengindikasikan dirinya tengah melakoni sandiwara, menutupi kejahatan sadis yang dilakukannya terhadap Angeline.

Sejak Angeline dikabarkan hilang dan mendapat sorotan publik, Margareth memang seperti tengah melakoni sandiwara. 16 Mei 2015, dia sempat melapor ke polisi jika anak angkatnya itu hilang sekitar pukul 15.00 WITA saat sedang bermain di halaman depan rumahnya di Jalan Sedap Malam, Kesiman, Denpansar, Bali. 

Kemudian, tanggal 17 Mei 2015, keluarganya membuat sebuah laman Facebook yang berisi informasi soal berita kehilangan Angeline. Di laman tersebut, masyarakat diminta membantu mencari Angeline. Selain itu, banyak simpatisan yang menyebar brosur kepada pengguna jalan di seputar Kota Denpasar, Bali.

Namun, Margereth justru menunjukan gelagat aneh tatkala kabar hilangnya Angeline mendapat respon sejumlah kalangan. Margereth dan keluarganya pernah tak menemui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara-Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi yang bertandang ke rumahnya, pada 5 Juni 2015. Yuddy hanya menunggu di depan pintu gerbang rumah di pinggir jalan itu.

Esoknya, giliran Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yambise yang gagal bertemu Margereth dan keluarganya. Yohana mengungkap kekecewaan. Dia pun menaruh curiga ada sesuatu yang ditutup-tutupi pihak keluarga di balik kabar hilangnya Angeline.

Dan, kejanggalan makin menguat tatkala Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait mendatangi Margereth dirumahnya, 25 Mei 2015. Arist sengaja datang dari Jakarta ke Bali, pada dasarnya untuk membantu Margereth menemukan Angeline. Namun, Margereth yang berhasil ditemuinya justru menunjukan perilaku tidak simpatik.

Arist pun makin yakin ada yang tidak beres saat dirinya bersama wartawan memasuki rumah Margereth. Dia melihat kondisi rumah dan kamar Angeline yang memprihatinkan karena bercampur dengan ayam dan anjing, peliharaan Margereth. Dan, yang membikin Arist makin curiga adalah tatkala mencium aroma tak sedap seperti bau anyir darah, selain bau busuk kotoran hewan.

Usai melakukan pemeriksaan, Arist kepada wartawan lalu menegaskan, jika tempat yang dihuni Angeline tidak layak dihuni oleh siapapun, apalagi untuk bocah seperti Angeline. Mendengar pernyataan itu, Margereth yang kebetulan berada di sampingnya tiba-tiba marah.

Dia menuding Arist telah menghinanya. Arist berupaya menenangkan Margereth. Namun, Margereth tetap tak menerima. Dia mencaci Arist yang menganggap tempatnya tidak layak bagi manusia. Dengan emosi yang meletup-letup, seraya merengek layaknya anak kecil, Margereth berkata, "Saya ingin mati kalau begini. Saya sakit hati. Anak saya hilang, saya dihujat lagi."

Kemarahan Margereth tidak bisa dibendung tatkala Arist menyatakan di hadapan wartawan jika hak pengasuhan anak bisa dicabut jika diketahui ada penelantaran terhadap Angeline yang dilakukan Margereth. Dengan lantang, Margereth menegaskan, akan membunuh siapapun yang mengambil Angeline.

Anehnya lagi, saat Arist mengajak Margereth mencari Angeline di sekitar kawasan Denpasar, Bali, Margereth menolak, seraya menegaskan, tidak mungkin dapat menemukan Angeline.

Adanya ketidakberesan di sekitar rumah Margereth dan laku janggal sang tuan rumah, menyakinkan Arist jika ada sesuatu yang ditutup-tutupi. Lalu, dia meminta aparat kepolisian untuk mengerahkan anjing pelacak guna mengungkap  ketidakberesan itu. Apalagi, tercium aroma mencurigakan di sekitar lokasi yang diamatinya. Polisi akhirnya mengerahkan anjing pelacak. Dan, dugaan Arist itu terbukti. Angeline ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di sebuah lubang, tak jauh dari kandang ayam.

Kejanggalan yang dilakoni Margereth menyakini polisi yang dibantu Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) dan Pendamping Hukum Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Denpasar, jika tersangka pembunuh Angeline tidak hanya Agustinus Tai Hamdamai. Ada persengkongkolan jahat di balik kematian Angeline. Dugaan keterlibatan Margereth sebagai pembunuh Angeline awalnya diungkap Agustinus.

Lewat pengacaranya, Haposan Sihombing, Agustinus membantah telah membunuh dan memperkosa Angeline seperti dalam pengakuan awalnya di hadapan penyidik. Tabir kematian Angeline mulai terungkap tatkala Agustinus menegaskan, pembunuh Angeline sebenarnya adalah Margereth.

Pengakuan Agustinus itu kemudian ditindaklanjuti polisi, dengan disertai bukti-bukti lain yang menguatkan keterlibatan Margereth. Sampai-sampai polisi menggunakan alat uji deteksi kebohongan guna menilai kebenaran pengakuan Agustinus. Hasilnya, pengakuan pembantu Margereth itu menunjukan kebenaran, memberatkan Margereth.

Pihak kepolisian tentu tak cukup hanya mengungkap dugaan keterlibatan Margereth dalam pembunuhan tersebut. Namun, perlu mengungkap motif dan keterlibatan pelaku lainnya. Pasalnya, kabar beredar jika kematian Angeline terkait dengan warisan.

Meski sebagai anak angkat, Douglas Scarborough, sangat menyayangi Angeline. Karenanya, Scarborough kabarnya memberikan warisan yang jumlahnya sangat besar kepada Angeline. Jika kabar itu benar, bisa jadi, ada pihak lain yang ingin menyingkirkan Angeline demi mendapatkan warisan yang lebih banyak.

Sosok Margereth kini menjadi sorotan publik. Jika terbukti melakukan pembunuhan, alangkah tega dia menghabisi Angeline. Mengapa Margereth mengadopsi Angeline jika kemudian memperlakukan Angeline dengan tidak manusiawi? Dari pengakuan orang-orang yang pernah tinggal dan bekerja dengan Margereth, seringkali Angeline mengalami kekerasan yang dilakukan ibu angkatnya itu.

Dari aspek psikologis, sosok Margereth memenuhi karakater pengidap psikopat. Hasil tes kejiwaan oleh psikiater yang ditunjuk Polresta Denpasar, Margereth terindikasi psikopat. Psikopat bukan berarti gila. Seorang yang mengidap psikopat sadar dengan perbuatan yang dilakukannya. Ahli psikopati terkemuka di dunia, yang juga guru besar di Universitas British Columbia,Vancouver, Kanada, Robert D Hare yang dikutip Taufiq Pasiak dalam bukunya berjudul: Brain Management for Self Improvement (2007) menjelaskan, psikopat ditandai kemampuan untuk menjadi pusat perhatian, egosentrik dan megalomania, hidup sebagai parasit, manipulatif dan curang, tidak merasa bersalah dan menyesal, tidak dapat berempati, tidak bertanggungjawab, dan impulsif (cepat berubah pikiran). 

Seorang psikopat juga menunjukan pesona palsu untuk menyakinkan orang lain (glib). Kehidupannya pun patalogis, picik (shallow affect), lemahnya kontrol diri, tingkah laku yang serampangan, kurangnya tujuan jangka panjang yang realistis,hubungan perkawinan jangka pendek, kecenderungan berbuat kekanak-kanakan, dan cenderung melakukan tindakan kriminal. Hare juga menggambarkan kepribadian psikopat yang baik hati, namun sangat membahayakan masyarakat.

Para ahli juga menyebut psikopat diakibatkan gangguan otak seperti penurunan intensitas bagian otak di daerah prefrontal grey matter dan penurunan volume otak di bagian posterior hippocampal dan peningkatan intensitas otak bagian callosal white matterAda juga yang menyebut psikopat akibat faktor genetik serta lingkungan. Seseorang bisa menjadi psikopat tatkala menghadapi beban hidup yang kompleks. Dalam kondisi demikian, seseorang mengalami stres sehingga bisa berubah menjadi brutal.

Indikasi Margereth mengidap psikopat terlihat saat emosinya meletup-letup. Dia tak mampu mengendalikan saat merasa terpojok. Misalnya, Margereth terlihat marah, dan sulit dikendalikan saat disudutkan Arist, sampai kemudian menutup pintu rumahnya, seraya berkata, "Saya yang kasih dia (Angeline) hidup."

Kemarahan yang luar biasa itu menunjukan dirinya tak mampu mengendalikan diri tatkala menghadapi kritik dari orang lain yang dianggap menyudutkannya. Ciri psikopat adalah cenderung bersikap dan berperilaku meledak-ledak, bahkan sering bertindak kasar. Bagi orang-orang yang berperilaku normal, kritik dihadapi dengan tenang lantaran memiliki kekuatan mengendalikan perasaan dan tingkah laku, meski ada perasaan marah dan ingin menyerang balik orang-orang yang menyudutkannya.

Lemahnya dalam mengendalikan diri itu yang menyebabkan penderita psikopat sering membabi buta menyikapi hal-hal yang menyudutkannya. Beragam cara diaktualisasikannya, bisa dengan cara mengumpat, mencaci maki, mengancam, dan sebagainya. Mereka menyerang balik orang lain secara tidak proporsional.

Margereth juga diketahui sosiopatik atau antisosial. Seseorang dinyatakan psikopat jika mengidap patalogi ini dengan ditandai perilaku individualistik, tidak berperilaku sejalan dengan pola yang berkembang di masyarakat umumnya yang menempatkan dimensi nilai-nilai sosial maupun moral dalam berperilaku. Perilaku antisosial Margereth itu ditandai dengan jarangnya interaksi Margereth dengan masyarakat sekitar. Dia dan keluarganya dikenal oleh warga sekitar sangat tertutup dan jarang bergaul, lebih memilih tinggal di dalam rumah.

Meski lemah dalam mengontrol diri, di hadapan khalayak, seorang psikopat biasanya juga piawai melakukan aksi manipulatif, dengan bersikap tenang, lembut dalam bertutur kata, dan berperilaku baik dan sopan. Saat diwawancarai TV One sebelum ditetapkan sebagai tersangka, Margereth mampu menunjukan sebagai sosok ibu yang baik.

Dia mengaku tidak membeda-bedakan Angeline dengan dua anak kandungnya, Yvonne Caroline Megawe dan Christina Telly Megawe. Margereth mengaku, di dalam akta notaris, dia mengadopsi Angeline sebagai anak kandung. Karenanya, dia menegaskan, memberikan warisan kepada Angeline yang nilainya sama dengan dua anak kandungnya itu. "Buat saya sama. Dapat warisan semua. Jadi, kalau orang bilang saya ingin merampas warisan anak angkat saya ini, tidak mungkin. Saya bagi sama rata. Tidak ada beda," ucap Margereth yang didampingi Yvonne.

Soal tudingan dirinya sering melakukan tindakan kekerasan terhadap Angeline, Margereth dengan nada menyakinkan, membantahnya. Namun, dia mengakui kerap marah dengan tujuan mendidik Angeline. "Kalau saya sering marah, karena dia nakal. Saya mau dia punya masa depan yang bagus. Kalau dia sering berbohong, saya ajarkan, dalam kehidupan itu harus jujur, dan rajin. Walaupun kalau di sekolah dia bodoh, saya tidak tahu. Itu bukan salah saya," katanya.  

Dari penuturannya, Margereth seakan menunjukan jika tindakannya terhadap Angeline adalah kebenaran. Dia tidak merasa bersalah. Sebagai orang tua, dia merasa bertanggungjawab atas masa depan Angeline. Dia ingin Angeline menjadi anak baik, patuh, dan taat kepada orang tua. Padahal, ada fakta yang menunjukan jika kemarahan Margereth sangat berlebihan. Beberapa saksi yang tinggal di sekitar rumah Margereth mengaku sering mendengar Angeline menangis kesakitan. Bahkan, menurut pengakuan Agustinus, seperti dituturkan Haposan, hidung Angeline pernah berdarah lantaran dipukul Margereth. 

Seorang psikopat biasanya tidak merasa bersalah dengan tindakan yang dilakukannya, meski menyakitkan orang lain. Dia piawai meyakinkan orang lain jika yang dilakukannya untuk kebaikan.  Kesan positif dia suguhkan agar mendapatkan apresiasi dari khalayak. Kemampuannya luar biasa dalam berbohong dengan merangkai karangan itu untuk membantah fakta-fakta yang menunjukan keburukannya.

Seorang psikopat juga tidak menolerir segala bentuk kesalahan atau kegagalan yang dilakukan orang lain. Karakter itu melekat dalam diri Margereth. Pengakuan Franky A Marinka, saksi menyebut, Margereth pernah memukuli Angeline hanya karena gagal menemukan ayam yang hilang. "Dia (Angeline) dipukuli pakai kayu bambu hingga pecah hanya gara-gara satu ekor ayam saja. Hampir sekujur tubuh dia kena pukul,” ungkap Franky saat memberikan kesaksian di Polda Bali, Denpansar (18/6). 

Franky yang berusaha menghentikan tindakan kekerasan yang dilakukan Margereth justru mendapat makian. "Ini anak saya, kamu jangan ikut campur," ungkap Franky sambil menirukan ucapan Margaret. Franky yang pernah bekerja selama tiga bulan dengan Margaret itu menambahkan, hampir setiap hari Margereth memarahi Angeline. Tak hanya itu,  Franky mengaku, Margereth memperlakukan Angeline seperti pembantu rumah. Setiap hari, Angeline harus membersihkan rumah dan memberi makan hewan-hewan peliharaan Margereth.

Belajar dari kasus kematian Angeline, perlu kiranya semua pihak bersikap responsif terhadap gelagat orang tua psikopat yang kerap bertindak kasar terhadap anak-anaknya. Selain dapat mengancam nyawa anak, orang tua yang psikopat dapat merusak mentalitas anak. Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang psikopat, bisa saja menjadi psikopat. Karena, karakter psikopat juga dipengarui oleh pengalaman hidupnya saat masih kecil yang tidak mendapatkan didikan dengan baik sehingga menghambat perkembangan mentalnya. Dalam kondisi kejiwaan demikian, anak tumbuh menjadi sosok yang antisosial dan suka bertindak kasar. 

M. Yamin Panca Setia 

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Polhukam
19 Apr 24, 19:54 WIB | Dilihat : 239
Iran Anggap Remeh Serangan Israel
16 Apr 24, 09:08 WIB | Dilihat : 336
Cara Iran Menempeleng Israel
Selanjutnya
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 527
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1620
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1398
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya