Islamphobia di India

Lantaran Pisang 'Prasad,' Nyawa Ishaq Melayang

| dilihat 707

Tubuh lelaki kurang upaya terkulai di jalan kota, di kawasan Sunder Nagri, salah satu sudut New Delhi, India. Tubuhnya lebam dan penuh bekas hantaman benda keras.

Pada Rabu siang (27/09/23) yang nahas itu, seorang lelkaki lain, tetangganya, mengangkat tubuh lunglai, itu. Lalu membawa pulang ke rumahnya di lorong urban kaum miskin kota.

Lelaki itu tak bisa diselamatkan. Nyawanya sudah melayang. Tangis menghambur dari empat perempuan, saudara - saudara kandungnya.

Mohammad Ishaq nama lelaki itu. 22 tahun usianya. Kematiannya yang tragis tular di berbagai media sosial, disertai video penyiksaan yang dialaminya, sebelum tubuhnya dibuang begitu saja di jalanan oleh sejumlah orang.

Wartawan Al Jazeera di India, Meer Faisal, mewartakan tragedi kemanusiaan  yang menampakkan kebiadaban, itu.

Apa penyebab Ishaq mengalami nasib tragis semacam itu. Ternyata sebutir pisang. Ya.. sebutir pisang yang tak sekadar pisang.

Pisang itu telah berubah istilah menjadi 'prasad,' makanan sesembahan untuk para dewa pada acara ritual Ganesha Chaturthi di kuil Hindu yang terletak hanya tiga lorong dari kediaman keluarganya.

Dibunuh karena makan prasad

Menurut berita Al Jazeera, Ishaq mengambil sebutir pisang 'prasad' itu dan memakannya.

Sejumlah orang segera meringkusnya, lalu mengikatnya pada sebuah tiang, lantas beramai-ramai memukulinya sampai lunglai.

Mohammad Wajid, ayahnya tak kuasa menahan duka dan menyimpan marah di dalam hati, kala dikunjungi seorang pewarta televisi di luar rumahnya di dalam gang sempit, perkampungan miskin ibu kota India itu.

Di dalam rumah yang remang, itu empat saudara perempuannya nampak cemberut dan masih berduka.

“Saya telah kehilangan segalanya,” kata ayah Ishaq, Abdul Wajid, kepada Al Jazeera sambil berkaca-kaca dan suaranya pecah.

Wajid bercerita, sekitar pukul 5 pagi pada hari Selasa, massa mengikat Ishaq ke sebuah tiang besi dengan ikat pinggang kulit dan memukulinya tanpa ampun karena dicurigai telah mencuri “prasad.”

Wajid, 60 tahun, bicara dengan nada rendah dan tersendat oleh isak sedihnya. “Anak saya dibunuh karena makan prasad,” katanya. “Mereka yang membunuh anak saya merasa tersinggung ketika seorang Muslim menyentuh prasad mereka.”

Pedagang sayur dengan gerobag dorong, itu mengatakan,  pelanggannya yang beragama Hindu sering menawarinya prasad dan dia menerimanya tanpa berpikir dua kali.

“Prasad adalah anugerah dari bhagwan atau Tuhan. Saya tidak menolaknya.”

Tapi, kali ini, karena mengambil dan memakan prasad, itulah nyawa Ishaq, putera lelaki satu-satunya, melayang.

Serangan Brutal

Kepada pewarta Al Jazeera, Uzma - adik perempuan Ishaq, mengatakan, saudara laki-lakinya diikat dan disiksa pada tiang, “karena mengambil pisang.” Massa membiarkannya terikat di tiang, itu setelah serangan brutal ditimpakan pada Ishaq.

“Kukunya patah, ada yang dicabut. Ada luka di jari-jarinya. Dia dipukuli secara brutal karena dia seorang Muslim,” katanya. “Dia tidak bisa bicara dan kondisinya kritis.”

Uzma mengatakan Ishaq ditemukan tergeletak di jalan, kemudian diangkat, digendong, dan dihantar pulang ke rumah oleh seorang anak laki-laki, tetangganya. Dia meninggal beberapa jam kemudian di rumahnya, karena luka-lukanya

Keluarga Ishaq mengatakan mereka tidak membawanya ke rumah sakit. Polisi mengatakan mereka diberitahu tentang kejadian itu setelah korban meninggal.

Ketika video penyerangan tersebut tular (viral) di media sosial, masyarakat menuntut tindakan polisi, mengusut kasus pembunuhan, itu dan menangkap pelakunya.

Joy N Tirkey, pejabat polisi di daerah tersebut, mengatakan dalam sebuah pernyataan video, "Penyelidikan awal menemukan, bahwa sekelompok pria menangkap Ishaq, karena dicurigai sebagai pencuri, lalu mereka mengikat dan memukulinya.”

Para tetangga berkesaksian, Ishaq, korban tragedi kejahatan kemanusiaan, itu lelaki kurang upaya. “Dia anak laki-laki sederhana yang tidak membahayakan siapa pun,” jelas Mohammad Saleem, tukang becak yang tinggal di lorong yang sama,  kepada Al Jazeera.

Kata Saleem, Ishaq anak yang baik. Ishaq akan membantu semua orang di lorong perkampungannya untuk membawa beban mereka. “Dia anak yang baik. Dia tidak pernah mengatakan tidak. Kami akan membayarnya 20 atau 50 rupee untuk pekerjaan itu.”

Wajid menginginkan keadilan atas pembunuhan putra satu-satunya, itu.

Islamphobia

“Sejauh ini, kami puas dengan tindakan polisi, tetapi kami ingin mereka yang membunuh anak saya harus menerima dan mengalami nasib yang sama,” katanya.

Sejak Partai Bharatiya Janata (BJP) sayap kanan Perdana Menteri Narendra Modi berkuasa pada tahun 2014, penyerangan, penyiksaan dan hukuman hingga mati tanpa pengadilan, terutama terhadap umat Islam, telah meningkat di India. Tapi petinggi Partai Pemerintah yang berkuasa, itu membantah tuduhan tersebut.

Menurut pemberitaan Al Jazeera, puluhan warga Muslim digantung atau diserang oleh kelompok sayap kanan Hindu karena dicurigai membunuh sapi, yang penyembelihannya dilarang di sebagian besar negara bagian India. Sebagian umat Hindu di India, masih menganggap sapi adalah suci.

Sharjeel Usmani, seorang aktivis mahasiswa Muslim yang berbasis di New Delhi, mengatakan hukuman mati tanpa pengadilan terhadap Ishaq mengungkapkan “realitas kelam tentang perubahan dalam cara sebagian umat menjalankan ritual agama mereka.”

“Melakukan hukuman mati semena-mena, tanpa pengadilan terhadap seorang Muslim seolah telah menjadi sebuah ritual," katanya.  Usmani mengimbau para pemimpin Hindu di seluruh Indonesia, memikirkan hal tersebut.

Bano, tetangga yang tinggal di seberang rumah Wajid, mengatakan kepada Al Jazeera, sejauh ini belum ada politisi yang mengunjungi keluarga tersebut.

“Mereka adalah orang-orang miskin. Mereka harusnya dibantu, tapi kami tahu tidak akan ada yang datang karena kami Muslim,” ujarnya.  Di India, islamphobia masih sangat kental. | delanova

Editor : delanova | Sumber : Al Jazeera
 
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 527
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1619
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1398
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 742
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 898
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 854
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya