Kemiskinan dan Warung Ikhlas Deddy Mizwar

| dilihat 2573

Nostanote Bang Sem

 

1996. Krisis ekonomi melanda dunia. Dampaknya, Indonesia terkena imbas. Fundamental ekonomi bangsa ini tak cukup kuat dihempas badai yang hebat itu.

Mulanya krisis moneter. Kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi. Lantas memuncak menjadi krisis politik di dua tahun kemudian. Pemerintahan Soeharto tumbang oleh gerakan aksi massa yang menuarakan satu isu utama: reformasi.

Di tengah krisis itu, daya beli masyarakat menurun. Orang yang tidak mampu meningkat bilangannya. Pun demikian halnya dengan kesenjangan ekonomi.

Tiba-tiba Deddy Mizwar mengundang teman-teman. Ia melontarkan gagasan kecil dan sederhana, namun berdampak besar: mendirikan warung ikhlas.

Warung apa itu? Warung makan sederhana dengan sajian makanan cukup gizi. Dananya, patungan. Siapa saja boleh menyantap makanan dengan harga sesuka hati. Yang tak punya uang, boleh ambil makanan yang sudah dibungkus itu, tanpa harus membayar.

Tak ada transaksi sebagaimana lazimnya. Di dekat meja tempat makanan dijajakan, hanya disediakan kotak, laiknya kotak amal.

Sejumlah teman mempersoalkan kelanjutan aksi sosial ini. Dengan telaten Deddy Mizwar menjelaskan gagasannya.

Sejumlah artis dan beberapa kolega lain terpanggil untuk ambil bagian dalam aksi sosial yang lumayan makan waktu, dan kudu dievaluasi perkembangannya setiap malam.

Lewat Radio Muara yang mangkal di Rawamangun, ihwal warung ikhlas itu dialu-alukan.

Alhamdulillah. Banyak orang miskin yang tak cukup uang untuk makan makanan yang layak gizi, tertolong.

Aksi yang dimulai di Kemayoran itu terus berkembang ke seantero Jakarta yang perkembangannya berlangsung secara sporadis. Belakangan, perkembangannya menjadi agresif.

Mencengangkan. Menurut logika dan akal sehat, program itu tak akan berlangsung lama. Tapi, warung ikhlas, bisa bertahan hingga setahun lebih, sampai akhirnya, Siti Hardiyanti Rukmana sebagai Menteri Sosial melakukan aksi, menghimpun Warung Tegal untuk melayani rakyat yang perlu makan.

Meski program yang dijalankan pemerintah, mirip-mirip dengan warung Ikhlas, tapi tak berlangsung lama, kendati sudah didukung dengan anggaran belanja Departemen Sosial. Bahkan menimbulkan persoalan di belakang hari, karena uang pengganti untuk warung Tegal dari Departemen Sosial tak tepat waktu. Pemilik warung Tegal, kala itu kewalahan, dan tak mau melanjutkan program tersebut.

Akan halnya Warung Ikhlas yang dimotori Deddy Mizwar dapat berlangsung lama, sambil sekaligus memberi pekerjaan bagi banyak ibu-ibu yang tak bekerja.

Apa yang terjadi?

Kotak yang disediakan di meja tempat makanan dijaja dana yang diperoleh sangat memadai. Meski banyak yang mengambil makanan secara percuma (gratis), banyak juga yang membeli hanya satu dua bungkus, namun memasukkan dana ke kotak amal setara dengan puluhan dan ratusan bungkus.

Inisiatif dan ide Deddy Mizwar untuk menolong orang miskin memang kreatif. Jelas visinya, jelas sasarannya, terorganisasi pelaksanaannya, dan dikelola secara jelas, bertanggungjawab, dapat dipertanggungjawabkan, mandiri, dan wajar.

Di banyak film karyanya – yang kemudian lebih banyak dalam format black commedy – tak jarang Deddy memindahkan realitas pertama – pengalamannya melakukan aksi sosial, mewujudkan kepedulian dan memberi solusi bagi persoalan rakyat, menjadi realitas kedua.

Tengoklah serial Mat Angin, Abu Was-was, Kisah Sang Pengembara, sampai Para Pencari Tuhan. Pun begitu dengan film-film produksinya yang lain: Apa Kabar Bangsaku (tentang narkoba), Alangkah Lucunya Negeri Ini (tentang jarak produk pendidikan tinggi dengan realitas kemiskinan sosial), Ketika (tentang keadilan dalam pemberantasan korupsi – sebelum KPK terbentuk), Adillah (tentang keteguhan hakim yang menangani kasus kejahatan narkoba), dan lainnya.

Dalam kehidupannya sehari-hari, dia memang karib dengan orang-orang miskin, anak-anak yatim, dan kaum mustadhafin lainnya.

Yang menarik bagi saya kemudian adalah, berbagai hal yang dulu dia pikirkan, terkait bagaimana memberi solusi dalam penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan ekonomi, sungguh dia hadapi, sejak menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat.

Pengalaman masa lalu Deddy Mizwar dalam merespon dan beraksi mengatasi persoalan-persoalan kemiskinan – karena kuatnya simpati dan empati dia terhadap rakyat miskin – kemudian diaktualisasikannya ketika menjabat Wakil Gubernur Jawa Barat.

Kata kunci gagasan kreatif Deddy Mizwar adalah keadilan. Menurut dia, kesejahteraan saja belum cukup, karena yang diperlukan manusia adalah bagaimana diperlakukan secara adil. Tentu dalam pengertian proporsional sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku.

Bagi Deddy, memberi peduli dan memberi solusi adalah sesuatu yang sudah melekat pada dirinya. Dia sudah melangkah jauh, ketika yang lain baru memikirkan dan merumuskannya dalam program-program retoris. |

Editor : sem haesy
 
Polhukam
19 Apr 24, 19:54 WIB | Dilihat : 231
Iran Anggap Remeh Serangan Israel
16 Apr 24, 09:08 WIB | Dilihat : 330
Cara Iran Menempeleng Israel
Selanjutnya
Ekonomi & Bisnis
03 Apr 24, 04:18 WIB | Dilihat : 240
Pertamina Siap Layani Masyarakat Hadapi Lebaran 2024
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 410
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 257
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya