Angka Kematian Balita Turun 49 Persen

| dilihat 3318
 
NEW YORK, AKARPADINEWS.Com - Data terbaru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa menunjukkan bahwa angka kematian anak di bawah usia lima tahun (Balita) pada tahun 1990 -2013 turun hingga 49 persen. 
 
Disebutkan, rata-rata penurunan pada tiap tahunnya terjadi begitu cepat, malah di beberapa negara terjadi penurunan hingga tiga kali lipat- tetapi secara umum penurunan itu masih terbilang kecil dibanding target global, dua-tiga dari target di bawah umur lima tahun pada angka kematian di tahun 2015.
 
Estimasi baru pada “tingkat dan Tren Kematian Anak 2014” memperlihatkan bahwa di tahun 2013, sekitar 6,3 juta anak di bawah usia lima tahun meninggal karena beberapa penyakit, diantaranya 200 000 karena demam di tahun 2012, atau sekitar 17 000 kematian anak per hari.
 
“Ini sangat dramatis dan tingginya angka kemtian anak, dan data menyebutkan kejadian tersebut banyak terjadi di negara miskin,” kata Mickey Chopra, Kepala Program Kesehatan Global, UNICEF pada  Selasa atau Rabu (17/9).“Ini adalah momentum bagi negara di penjuru dunia untuk menjamin  hal itu, di mana intervensi sangatlah efektif untuk menyelamatkan kehidupan.”
 
Pada tahun 2013, sekitar 2,8 juta bayi meninggal pada umur satu bulan, hal itu mewakili sekitar 44 persen dari usia kematian anak di bawah umur lima tahun. Sedangkan, angka kematian di bawah umur dua hingga iga tahun terjadi pada 10 negara. Meskipun ada sebagian, angka kematian di bawah umur lima tahun amat lambat. 
 
Di bulan Juni 2014, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Kesehatan Anak (UNICEF) dan mitra kerja global berupaya menekan angka kematian kelahiran di tahun 2035. Setiap negara harus memiliki rencana dalam menekan angka kematian akibat kelahiran tersebut, melalui pelayanan kesehatan yang efektif - berlaku saat kelahiran, ataupun penyakit-penyakit yang diderita bayi- sehingga peningkatan pelayanan kesehatan jadi begitu penting.
 
“Komunitas global harus mapu menyeimbangkan antara pencegahan penyakit yang diderita kaum ibu, kelahiran baru dan kematian anak dalam tiap generasi,”kata Dr Flavia Bustreo, Asisten Direktur Umum, Organisasi Kesehatan Dunia. “Kita tahu apa yang akan dilalukan dan kita tahu bagaimana melakukannya. Ini adalah tantangan untuk pindah dari rencana ke tindakan, kami melihat beberapa negara seperti India telah memulainya.”
 
Sejumlah data menemukan bahwa delapan dari 60 negara merupakan ‘paling tinggi angka kematian anak’- setidaknya 40 anak di bawah usia lima tahun meninggal dari 1000 yang selamat ketika lahir- ini melampaui target, 67 persen penurunan. Negara-negara tersebut, Malawi (72 %), Banglades (71%), Liberia (71%), Tanzania (69%), Ethiopia (69%), Timor-Leste (68%), Nigeria (68%)  dan Eritrea (67%).
 
Di Asia Timur, Amerika Latin, Karibia dan Afrika Utara, juga terjadi penurunan angka kematian anak di bawah lima tahun sejak  tahun sejak 1990. Pada dua negara lainnya, India (21%) dan Nigeria (13%), memiliki angka kematian pada  anak usia satu-tiga tahun atau di bawah  lima tahun. Sedangkan, negara di wilayah sub-Saharan Afrika juga terjadi penurunan angka kematian hingga 48 persen sejak 1990, meskipun angka kematian di negara ini masih terbilang tinggi- 92 kematian per 1000 kelahiran- atau terjadi kematian anak setiap 15 menit dari rata-rata negara berpenghasilan tinggi.
 
Sementara angka kelahiran di Angola, adalah yang tertinggi di dunia (167 kematian per 1000 kelahiran), di mana 84 kali kematian sebelum menginjak usia lima tahun, dibanding angka kelahiran di Luxenbourg, yang merupakan angka kematian terendah (2 dari 1000).
Kesejahteraan, pendidikan dan lokasi adalah kunci dari kejadian di sejumlah negara tersebut. Anak yang berisiko meninggal meningkat jika mereka lahir di daerah terpencil, lingkungan miskin dengan ibu yang tak memiliki pendidikan cukup.
 
Penyebab kematian, rata-rata karena penyakit komplikasi 7%); pneumonia (15%); komplikasi selama perawatan (11%); diare (9%); dan malaria (7%). Sedangkan, kurang gizi dialami setengah dari angka kematian anak di bawah umur lima tahun.“Untuk kelanjutannya, sangat penting dalam investasi sistem kesehatan, di mana bisa meningkatkan kualitas, pelayanan yang memadai bagi semua perempuan dan anak yang memerlukannya,:kata Olusoji Adeyi, Direktur Kesehatan,  Nutrisi dan Populasi dari Grup Bank Dunia.
 
Editor : Nur Baety Rofiq
 
Polhukam
19 Apr 24, 19:54 WIB | Dilihat : 240
Iran Anggap Remeh Serangan Israel
16 Apr 24, 09:08 WIB | Dilihat : 338
Cara Iran Menempeleng Israel
Selanjutnya
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 527
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1620
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1400
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya