Akhlak Kepada Alam [1]

Ketika Air Menjadi Petaka

| dilihat 1902

N. Syamsuddin Ch. Haesy

MANUSIA tak akan pernah bisa hidup tanpa air. Air me­rupakan unsur utama dalam kehidupan manusia di bumi. Di padang-padang pasir, air me­rupakan sesuatu yang sangat luar biasa manfaat bagi kehidupan manusia.

Air membuat manusia bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa minggu. Namun manusia akan segera sampai ke­pada ajalnya, bila tanpa air, dalam beberapa hari saja.

Dalam kisah para sufi, air bahkan bisa meng­antarkan seorang perempuan pendosa ke surga.  Bahkan Allah SWT menggunakan air (sungai) se­bagai metafor untuk men­deskripsikan surga.

Simaklah kisah seorang perempuan pendosa di tengah padang pasir dalam kehausan. Setelah berjalan jauh dan tiba di oase yang juga hampir kering, ia hanya bisa mengisi sedikit saja kantung airnya. Tapi, belum lagi sempat meneguk air itu untuk menghilangkan dahaganya yang tak alang kepalang, seekor anjing melolong kehausan. Sang pelacur memberikan air itu kepada anjing yang kehausan, bahkan ia sendiri tak pernah lagi merasakan bagaimana nikmatnya air untuk selamanya karena mati kehausan.

Air sangat berperan besar dalam kehidupan manusia.

Ilustrasi di atas menggambarkan bagai­mana kita seringkali mengabaikan pentingnya air, lalu membuat kerusakan di bumi, yang menyebabkan datang meng­hampiri kita sebagai bencana. Air selalu memberi ke­manfaatan bagi kehidupan manusia, meski merupakan benda cair, ketika tidak memiliki manfaat bagi kehidupan manusia, nama­nya bukan lagi air. 

Dalam realitas ke­hidupan sosial umat manusia, perkembangan peradaban bermula ketika suku-suku atau puak masyarakat tradisional mem­bangun per­mukiman di daerah aliran sungai. Hal ini terus ber­kembang hingga kehidupan modern, dan kelak pada masa pasca modern, sebagaimana diprediksi Daniel Bell.

Dalam sistem peribadatan agama-agama samawi dan ardhi, air juga memegang peran yang sangat penting. Tak satupun agama yang dianut manusia di atas muka bumi ini tidak berhubungan dengan air.

Bagi umat Islam, air men­jadi syarat dalam bersuci, bahkan kualifikasinya sangat jelas: suci me­nyucikan. Parameternya juga tegas: air yang ber­ubah warna, berbau, dan atau berubah rasa, tidak ter­masuk sebagai air yang suci menyucikan. Karena itu tidak dapat dipergunakan untuk bersuci (wudhu’ atau janaba, misal­nya). Allah SWT secara khusus menciptakan air abadi yang tak pernah kering, mengandung mineral, me­nyembuhkan, dan khas rasanya, yaitu zam zam. Inilah air yang secara spesifik diciptakan Allah SWT sebagai imbalan langsung atas keikhlasan Siti Hajar, dan kesalehan Ismail alaihis salam.

Pada kehidupan ekonomi modern, air juga me­rupakan hal utama untuk budi daya pertanian, industri, pembangkit listrik, dan transportasi. Kita membangun begitu banyak waduk-waduk dan bendungan-bendung­an untuk tujuan kemaslahatan hidup. Disamping untuk me­ningkatkan dan me­melihara produksi pertanian dan per­ikanan darat, juga memenuhi berbagai keperluan lagi. Untuk kepentingan itu kita mengerahkan dana yang sangat besar.

Air memang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan kesejahteraan dan kemakmuran hidup manusia. Namun, ketika air tidak lagi kita perhatikan, tidak kita per­lakukan dengan sebaik-baiknya, maka wajar kalau ke­mudian air berubah menjadi bencana. Ya, mungkin semua orang ber­harap, air di­perlakukan secara arif sebagai bahan yang sangat bernilai, dimanfaatkan dengan bijak­sana, dan dijaga dari pencemaran. Karena dengan demikian, air kian bermanfaat bagi manusia.

Kebutuhan kita terhadap air bersih untuk segala ke­perluan hidup kian hari kian bertambah. Kebutuhan air standar di Indonesia adalah 60 liter/orang/per hari. Namun yang baru bisa di­penuhi hanya rata-rata 10 liter/orang/per hari.  Hal itu terjadi karena tidak seimbangnya ketersediaan dan kebutuhan air. |

Editor : Web Administrator | Sumber : Cawandatu - N. Syamsuddin Ch. Haesy
 
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 429
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 1011
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 237
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 713
Momentum Cinta
Selanjutnya
Energi & Tambang