Ubekkan Denai

| dilihat 2271

N. Syamsuddin Ch. Haesy

SALAH dua lagu Minang yang melekat di hati saya adalah Ayam Den Lapeh dan Ubek ‘kan Denai. Lagu Ayam Den Lapeh karya cipta kolaboratif Nurseha dengan Abdul Hamid yang dipopulerkan oleh Oslan Husein (Orkes Gumarang). Sedangkan lagu Ubek ‘kan Denai, karya cipta Masroel Mamuja yang dipopulerkan Elly Kasim dan Lily Syarief.

Setiap kali mengajar imagineering mindset, saya selalu mengajak peserta training mendendangkan kedua lagu itu. Bagi saya kedua lagu ini relevan dengan konsistensi pencapaian visi dalam seluruh konteks grand strategy suatu institusi, masyarakat, dan bangsa.

Cobalah simak lirik ini: Luruihlah jalan Payakumbuah, Babelok jalan Kayu Jati, Dima hati indak kan rusuah. Ayam den lapeh, ohoi … ayam den lapeh. Mandaki jalan Pandaisikek, Manurun jalan ka Biaro, 
Di ma hati indak maupek, Awak takicuah, ohoi … ayam den lapeh.

Bila kita menyadari hidup adalah perjalanan panjang, lagu ini tersirat mengisyaratkan ihwal main track dan mind track dalam mencapai visi. Banyak tantangan harus dihadapi, termasuk pembelokan arah misi (Babelok jalan Kayu Jati../ Mandaki jalan Pandaisikek, Manurun jalan ka Biaro) yang bisa menjebak dan menyeret kita masuk ke dalam fantacy trap (jebakan fantasi)

Bila kita bimbang, ragu dan inkonsisten menggerakkan misi untuk mencapai visi (Dima hati indak kan rusuah / Dima hati indak maupek / Awak takicuah..), akan hilang lenyap investasi dan oportunitas (Ohoi.. Ayam den Lapeh). Harapan dan cita terbang, lepas dari tangan, melemahkan strategi, dan membuat kita terpuruk (Sikua capang, sikua capeh. Saikua tabang saikua lapeh. Tabanglah juo nan karimbo. Ai lah malang juo).

Sejarah perjalanan Republik Indonesia mencatat, pemimpin bangsa ini mudah rusuah, maupek, dan takicuah. Akibatnya, bangsa ini harus berulang kali pula melakukan perubahan secara revolutif dan reformatif. Bahkan kini, ketika kita memilih transformasi sebagai jalan perubahan. Manufacturing hope yang didiseminasi secara menggempita, tak disertai inovasi luar biasa dan invensi di berbagai sektor kehidupan.

Inkonsistensi dalam menjalankan grand strategy membuat rakyat bangsa ini harus ‘duduak tamanuang tiok sabanta.’ Melakukan evaluasi keras, karena tiba-tiba menghadapi berbagai fakta brutal di dalam kehidupan nyata. Ironisnya, yang bisa dilakukan para petinggi negeri hanya mengimbau rakyat tabah dan sabar.

Kasus-kasus gratifikasi, suap, dan korupsi yang ditangani KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), yang melibatkan Ketua Mahkamah Konstitusi, Menteri, Anggota parlemen, Gubernur, Bupati, Walikota, Ketua Umum partai politik, dan lainnya adalah  fakta-fakta brutal yang menjelaskan bagaimana seringkali hati bangsa ini rusuah dan takicuah.

Bila rakyat kita diibaratkan sebagai kekasih, mereka adalah kekasih yang masih terluka hati oleh sembilu perselingkuhan politik biadab. Luka hati yang merampas kerangka idealistika.  Luka hati bersimbah derita tak berkesudahan. Derita hati karena tak sungguh dicintai. Sakit sesungguh sakit dan perlu diobati.

Kepada sejumlah menteri, saya katakan, betapa kini rakyat sedang terluka dan menggumamkan serapah. Kini, sejumlah calon anggota legislatif dan para kandidat Calon Presiden siap berkompetisi merebut simpati dan empati rakyat.

Tapi, pahamkah mereka, jeritan lirih rakyat yang terluka, yang sedang mencari kekasih ideal yang mampu menyembuhkan luka: Ubek ‘kan denai, batambah kuruih badan nan jariah. Temukan denai, suo kan denai, basuo mangko sanang di hati.. Lah limo tahuan, janji kok ungkai, bakeh siapo denai mangadu. Ubek ‘kan denai... |

Editor : Web Administrator | Sumber : Harian Singgalang
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 714
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 871
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 822
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1159
Rumput Tetangga
Selanjutnya