Tari Tradisional

Kasih Sayang Ibu dalam Tari Bondan Surakarta

| dilihat 7641
 
JAKARTA, AKARPADINEWS.Com - Seni tari tradisi Jawa memiliki beragam jenis tarian. Baik itu tarian khas dari keraton maupun tarian rakyat,  yang dapat ditarikan oleh  dewasa dan anak-anak. Salah satu tarian yang sering ditarikan oleh anak-anak ialah Tari Bondan.  Dari tiga jenis tarian ini, ada salah satu jenis tari yang bercerita tentang kasih sayang seorang ibu.
 
Tari Bondan merupakan tarian tradisional Jawa yang berasal dari Surakarta, Jawa Tengah. Tari tersebut melambangkan cinta kasih seorang ibu yang merawat anaknya. Tarian tersebut terbagi menjadi tiga jenis, yakni Bondan Cindogo, Bondan Mardisiwi, dan Bondan Tani. 
 
Khusus tari bondan cindogo mengisahkan kasih sayang seorang ibu pada anak semata wayangnya, namun anak tersebut meninggal. Oleh karena itu, pada tarian bondan cindogo lebih terdapat nuansa sedih seorang ibu. 
 
Dalam tarian tersebut, penari yang menarikannya biasanya seorang remaja putri. Penari tersebut menggunakan kain wiron, jamang, dan baju kotang. Pada tahun 1960-an, tari bondan menjadi tarian wajib bagi remaja putri untuk menunjukkan jati dirinya. Biasanya, penari tarian ini merupakan kembang desa setempat.
 
Saat menari, si penari akan menggendong boneka bayi dengan memanggul payung di pundak. Biasanya, dalam menarikan tarian ini, penari akan berdiri di atas kendi. Penari tersebut harus menjaga keseimbangannya di atas kendi agar kendi itu tidak pecah. Si penari menari di atas kendi dengan memutar-mutar kendi yang diinjaknya. Namun, pada tari bondan mardisiwi biasanya tidak menggunakan kendi atau pun gerabah dalam tariannya, selebihnya tari bondan mardisiwi dan cindogo menggunakan perlengkapan yang sama.
 
Berbeda dengan kedua tari bondan tersebut, tari bondan tani atau pegunungan merupakan tarian yang melukiskan tingkah pola perempuan desa pegunungan. Gerakan tarian bondan tani menunjukkan gerakan perempuan desa dalam menggarap ladang atau sedang bertani. Perlengkapan yang digunakan penari juga berkaitan dengan kegiatan berladang. Perlengkapan tersebut di antaranya caping atau topi petani dan alat-alat pertanian. Baju yang digunakan merupakan baju yang biasa digunakan perempuan desa berladang.
 
Setelah menari dengan menggunakan peralatan tani, si penari kemudian melepas baju bertaninya satu persatu dengan membelakangi penonton. Setelah baju bertaninya terlepas, di dalam baju itu, si penari sudah menggunakan baju yang biasa digunakan untuk menari tari bondan. Kemudian, penari bondan tani menarikan tarian yang gerakannya sama dengan tarian bondan lainnya.
 
Ketiga jenis tari bondan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan buah karya seni tradisi. Kekayaan yang hanya dipandang sebelah mata karena masuknya ragam budaya pop dari luar negeri. Keberadaan tarian-tarian tradisional semacam tari bondan hendaknya terus dikembangkan sehingga tidak hilang begitu saja dalam catatan sejarah bangsa ini. |Muhammad Khairil
 
Editor : Nur Baety Rofiq | Sumber : Berbagai sumber
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 236
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 460
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 451
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 420
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Ekonomi & Bisnis
03 Apr 24, 04:18 WIB | Dilihat : 234
Pertamina Siap Layani Masyarakat Hadapi Lebaran 2024
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 405
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 255
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya