Babe Eddie

| dilihat 399

Catatan Bang Sèm

Kaum Betawi dan masyarakat Pencak Silat dunia berduka. Sosok teguh dan konsisten dalam memajukan budaya dan kaum Betawi, serta Pencak Silat sebagai cabang olahraga beladiri dan seni tradisi tingkat dunia, kehilangan sosok penting, Mayor Jendral TNI (Purn) Dr. (HC) H. Eddie Marzuki Nalapraya. Kaum Betawi memanggilnya Babe Eddie.

Jendral kaya pengalaman dan luas kiprah dalam rangkaian perjuangan kebangsaan, ini adalah sesosok patriot asal Betawi yang meniti karir militer dari bawah. Sejak masih bocah akil baligh, kala hijrah ke Tasikmalaya, ia sudah terlibat dalam perang gerilya, menjadi bagian dari pejuang yang gigih mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Persisnya, sejak dua tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan dipekikkan, 17 Agustus 1945.

Allahyarham, wafat (Selasa 13 Mei 2025 pukul 10.55 waktu Indonesia barat di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan) dalam usia 93 menjelang 94 tahun. Allahyarham yang dikenal sebagai tokoh Pencak Silat Dunia, lahir di Tanjung Priok, 6 Juni  1931.

Bagi aktivis pergerakan mahasiswa dekade 1970-an, nama Allahyarham, sebagaimana halnya nama Allahyarham Letnan Jendral Norman Sasono (ayah dari Mayor Jendral Marciano - mantan Kepala Badan Intelijen Negara) melekat dalam kenangan.

Acap berbincang dengan Allahyarham Babe Eddie, beberapa kata kunci akan mengalir darinya, yaitu: Jujur, ikhlas, bener, akhlak, seimbang, konsisten, konsekuen, dan egaliter. Jujur dalam menjalankan kehidupan dalam keadaan apapun, ikhlas mengemban amanah, yang menandai sikap bener. Seimbang dalam mengelola jasmani ruhani, jiwa raga. Dengan demikian, akhlak mulia mesti menjadi identitas dalam berperilaku.  

Hidup, menurut Allahyarham, merupakan ujian untuk selalu bertindak konsisten dan konsekuen terhadap komitmen perjuangan. Sebagai anak Betawi -- yang ditempa kakeknya, Haji Buchori asal Rempoa -- Babe Eddie selalu menekankan perihal watak manusia yang agamis, egaliter, dan konsisten.

Jangan Memuja Manusia

Allahyarham selalu antusias acapkali bicara tentang silat dan Betawi. Ia kerap bercerita pengenalannya pada pencak silat sejak kecil, kala masih disebut sebagai main pukulan. Masjid - musalla (langgar) dan main pukulan sesuatu yang tak bisa dipisahkan satu dengan lainnya.

Ia kerap bercerita, hal pertama yang harus dilakoni di langgar adalah salat dan mengaji. Setelah itu, baru main pukulan. Sosok pribadi yang kerap mengaji pada majelis taklim Habib Ali Alhabsy - Kwitang, Habib Umar, Abah Falaq - Pagentongan, dan kerap ziarah ke Luar Batang, ini tak melayang kala disanjung. Karena sanjung puja hanya diperuntukan kepada Allah SWT semata.

"Jangan memuja manusia," begitu Allahyarham kerap mengingatkan.

Perjuangannya mengembangkan silat ke mancanegara, sejak memimpin IPSI (1970-an sampai 2000-an), antara lain ke Malaysia, Thailand, Singapura dan Jepang, dan Eropa. Allahyarham membawa perubahan Pencak Silat dari produk budaya menjadi warisan budaya dan olah raga, sehingga melekat pada dirinya gelar sebagai Bapak Pencak Silat Dunia. Kini pencak silat berkembang di 80 negara.

Pengembangan pencak silat ke berbagai negara, sehingga mendunia bermula pada tahun 1980 kala menggagas pembentukan Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat), yang kemudian menjadi wadah federasi silat di tingkat internasional.

Allahyarham menjadi pemimpin pertama Pesilat dan gigih memperjuangkan pencak silat diagendakan dalam even olah raga internasional. Tahun 1987, untuk pertama kalinya pencak silat dipertandingkan pertama di ajang SEA (south east Asia) Games tahun 1987. Tahun 2008, Allahyarham berjuang menggelar kejuaraan pencak silat di Eropa. Di Swiss, Allahyarham kemudian dinobatkan sebagai Bapak Pencak Silat Eropa.

Patriot Sejati

Allahyarham juga gigih memperjuangkan pencak silat sebagai warisan budaya dunia. Perjuangan itu berhasil dan tercapai. 12 Desember 2019, UNESCO menetapkan pencak silat sebagai Warisan Budaya Takbenda.

Allahyarham juga dikenal juga mengubah para penggemar radio panggil dari sekadar hobi ngebrik, sampai menjadi sistem komunikasi khas yang bermanfaat luas bagi masyarakat. Ia memimpin dan kemudian didapuk sebagai Bapak RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia).

Pertama-tama Allahyarham memandang pencak silat sebagai produk budaya yang dengan segala norma dan nilainya membentuk perangai manusia beradab, berakal budi yang mempertemukan kecerdasan dan kearifan dalam satu tarikan nafas.

Perspektif itulah yang diterapkannya selama memimpin Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) dengan ratusan aliran dan mashab. Kepemimpinannya di IPSI diteruskan dan dilanjutkan oleh Prabowo Subianto.

Presiden Prabowo, saat memberikan testimoni di hadapan jenazah yang disemayamkan di Padepokan Pencak Silat kawasan Taman Mini Indonesia indah, (Selasa, 13/5/25) menyatakan, Allahyarham adalah sosok patriot sejati. Pemimpin yang memberi contoh.

Babe Eddie dalam pandangan Prabowo berhasil menghadirkan pencak silat bukan sekadar seni bela diri, tetapi juga bagian penting dalam membangun karakter bangsa dan semangat patriotisme.

Teladan Inspiratif

Allahyarham, menurut Presiden Prabowo adalah simbol dari semangat cinta tanah air. Sebagai tokoh yang telah mengabdikan hidupnya untuk bangsa, Allahyarham dianugerahi Bintang Mahaputera, salah satu tanda kehormatan tertinggi dari negara. Karenanya Allahyarham dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Dalam beberapa kali perbincangan, Babe Eddie mensyukuri, kejujuran dan keikhlasan yang dilakoninya selama menjalani karir militer, berbuah pencapaian yang optimum dengan pangkat jendral berbintang dua. Kalangan pendidikan tinggi, Universitas Indonesia memberinya penghargaan budaya. Dan, Universitas Negeri Jakarta memberinya gelar akademik Doktor Kehormat (Honoris Causa).

Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI Pusat) melalui Ketua Umum Letjen TNI (Purn) Marciano Norman -- putra Norman Sasono), pada 6 September 2022, memberinya penghargaan Lifetime Achievement Award in Sports, yang membuat Allahyarham terharu.

Marciano menggarisbawahi keteladanan, konsistensi, dan kegigihan Babe Eddie  merawat dan memperjuangkan pencak silat ke tingkat dunia, merupakan alasan utama pemberian penghargaan tersebut. Marciano memandang Babe Eddie adalah figur teladan yang menginspirasi generasi baru yang berkomitmen merawat dan mengelola pencak silat sebagai olah raga khas. Kendati, bagi Babe Eddie perjuangannya atas Pencak Silat merupakan manifestasi tanggung jawab budaya.

Dalam konteks kaum Betawi, perjuangan Babe Eddie kongkret. Kala mengemban amanah sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta (1984-1987) mendampingi Gubernur R. Soeprapto,  Babe Eddie memasukan pelestarian dan pengembangan budaya Betawi sebagai salah satu focal concern program kerja Pemprov DKI jakarta.

Babe Eddie laiknya pohon kelapa yang menyediakan berbagai manfaat bagi kaum Betawi. Pengandaian itu pas untuk Allahyarham. Karena ada juga petinggi di Pemprov DKI Jakarta, diamsalkan bagai pohon pinang yang susah dipanjat dan buahnya sepet.

Global Nationalism

Allahyarham dengan pesona personanya yang hangat, intim, bijak, sekaligus tegas pun dirasakan oleh Gubernur Jakarta Pramono Anung dan Wakil Gubernur Rano Karno. Kerhangatan, kemesraan, dan keintiman juga terasakan oleh Gubernur Jakarta (2017-2022) Anies Rasyid Baswedan yang memperlakukannya sebagai orang tua.

Kepada Wakil Gubernur Rano Karno, Babe Eddie sempat mengutarakan upayanya menjadikan pencak silat sebagai muatan lokal dalam kurikulum pendidikan di Jakarta. Rano Karno menangkan pesan itu dan berkomitmen mewujudkannya.

Tahun 1994, Babe Eddy mengeksplorasi pemikiran dan menuangkannya dalam buku monografinya bertajuk, "Memahami Pencak Silat Aset Budaya Bangsa" (1994). Melalui bukunya yang menggali esensi, nilai dan sejarah bela diri tradisional Indonesia, ini Allahyarham mengungkap pentingnya dalam melestarikan dan mengembangkan identitas budaya Indonesia.

Perjuangan Babe Eddie menduniakan pencak silat juga dapat dimaknai hakikat pengembangan Nasionalisme, dari narrow nationalism menjadi global nastionalism. Sesuatu yang bernilai sangat historis.

Babe Eddie yang dalam perbincangan kerap menggunakan dialek dan logika bahasa Betawi yang tegas, kosmopolit dan jenaka adalah cermin yang semestinya memantik kesadaran ihwal manusia Betawi yang agamis, egaliter, dan inklusif tanpa kehilangan dignity. Keberadaannya membuka pintu pemahaman dalam memandang kaum Betawi sesuai zamannya.

Dari Allahyarham Babe Eddie, siapa saja mestinya mengambil cara memandang kaum Betawi kini dengan perspektif Betawi Abad XXI. Tidak lagi menggunakan cara pandang usang. InsyaAllah Babe Eddie husnul khatimah dan abadi dalam kenangan kita.. |

Editor : delanova | Sumber : berbagai sumber dan dokpri
 
Energi & Tambang
Polhukam