Cockpit Band dan Anwar Fauzi Band Unjuk Kreasi

Via JMF2018 Melayu Menyatukan Negeri

| dilihat 1877

Sabtu. 27 Oktober 2018, pantai Ancol Beach City - Jakarta Utara kembali menampakkan pesona Melayu yang memang berumah di pantai. Budaya Melayu yang menjadi daya hidup masyarakat kepulauan, archipelago.

Gita Cinta Production pimpinan Geisz Chalifah akan kembali menghadirkan Jakarta Melayu Festival (JMF) ke 8 tahun, yang diusungnya bersama Anies Baswedan, Ferry Mursidan Baldan, Fadli Zon, Faizal Motik, Bursah Zarnubi, U. Saefuddin Noer, Sem Haesy, dan lainnya.

JMF adalah potret konsisten mengusung budaya nasional via karya musik dan tari yang dihidupkan oleh spirit persatuan yang utuh. JMF menyatukan berbagai pandangan dan sikap masing-masing pengusungnya.

Musik menjadi pilihan, karena musik dan seni pada umumnya, kodratnya adalah menyatukan. Universalitas musik mempertemukan yang terserak, mendekatkan yang jauh, mengkaribkan yang dekat, untuk saling memuliakan.

Sejumlah artis dan kelompok musik era 70-80-an bertemu satu panggung dengan generasi millenia. Erie Suzan, Shena Melsiana, Takaeda, Husein Alatas, Fika Fabiola, Anwar Fauzi Band, bertemu dengan Cockpit Band yang sohor dulu. (Baca Juga : Melayu Menenun Cindai Keadaban Bangsa)

Erie Suzan, penyanyi dengan suara khas, asal Lamongan lebih dikenal sebagai penyanyi dangdut, meski basis vokalnya dari genre musik rock dan R&B.

Penyanyi yang hijrah ke Jakarta lantaran beroleh hadiah rekaman atas kemenangannya dalam Lomba Nyanyi Rock di Jawa Timur, itu akan dua kali mengikuti Jakarta Melayu Festival, sejak 2017 di lokasi yang sama.

Tahun 2017, Erie Suzan memukau ketika membawakan lagu khas JMF karya kolaboratif Geisz Chalifah dan Anwar Fauzi, bertajuk Hikayat Negeri Melayu.

Pengagum Rhoma Irama yang senang mendendangkan lagu Keramat, Kehilangan, dan Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu, ini merasa senang bisa terlibat dalam Jakarta Melayu Festival, yang memang ketat memilih penyanyi.

Menurut Erie, lagu dan musik Melayu itu khas. Musik dan lagu Melayu yang merupakan basis musik dangdut itu, berisi syair yang indah. Pilihan kata dalam lirik lagu melayu bernilai sastra, baik dalam formasi pantun atau lainnya. Puitik.

"Penuh pesan moral tentang kebaikan di dalamnya, bahkan dalam lagu dengan ritme yang gembira," ungkap Erie.

Ketika bicara di hadapan juruwarta bersama Gubernur Anies Baswedan dan rekan-rekan artis dan musisi, Erie mengungkapkan rasa nyaman dia menjadi salah satu pelantun lagu melayu yang memang beda.

Erie getol berlatih, menyiapkan diri untuk pergelaran JMF 2018, Sabtu 27 Oktober 2018.

SHENA Melsiana yang terjaring dalam ajang seleksi bakat di salah satu stasiun televisi, itu juga akan kedua kalinya terlibat dakan JMF.

Penyanyi belia potensial beraliran jazz, ini tahun 2017 memukau penikmat musik dan lagu Melayu, ketika menghadirkan Ayam Den Lapeh - Elly Kasim, dan Rentak 106.

Shena yang awal karirnya di ajang talent scout, itu memukau Ahmad Dani, Rosa, dan Anggun C Sasmi lewat olah vokal dan musikal atas lagu yang tak terduga (Tak Gendong - Mbah Surip, dan Kantoi) tak menyangka bisa manggung di acara musik Melayu.

Dia merasa nyaman berada di acara JMF, karena Geisz memberi ruang kemerdekaan berekspresi dan berkreasi untuk menghadirkan musik dan lagu melayu dengan cara dan teknik dia menyanyi.

Shena memberi sentuhan jazz dan berimprovisasi dengan selesa (nyaman), sehingga Ayam Den Lapeh dan Rentak 106 sungguh menghibur.

Ungkapan sama mengemuka dari Takaeda, penyanyi belia yang mampu menghadirkan lagu melayu, seperti karya Mashabi dan Husein Bawafie ke dalam minda selera (taste mind) generasinya.

Takaeda yang selama Asian Games 2018 memberi aksentuasi bagi Jakarta sebagai kota budaya dengan memelopori musik tepi jalan, di atas pedestrian Jalan Sudirman memang getun berkarya. Ketika itu juga, dia menghadirkan Serojacoustik ke jalan, dan membuat pedestrian di depan FX Mall itu menjadi 'pentas seni,' di mana orang bernyanyi dan berjoget dengan riang.

Takaeda berhasil menghadirkan musik sebagai katarsis dalam sesudut kehidupan sosial ibukota. Di ajang JMF 2018, dia akan mengulang suksesnya 2017. Sikap rendah hati Takaeda, akan makin melambungkannya. (Baca Juga : Delapan Tahun Konsistensi Jakarta Melayu Festival)

Husein Alatas, penyanyi rock yang lahir dari ajang talent scout dan beradaptasi dengan perkembangan industri musik Indonesia, juga akan unjuk kreativitas di atas panggung JMF.

Husein yang merasa nyaman bernyanyi dangdut dan pernah tampil di acara I-KO Carnival - Seoul, Korea Selatan itu akan menghadirkan kepiawaiannya memberikan sentuhan baru atas lagu-lagu melayu legendaris, baik karya Husein Bawafie dan Mashabi. Juga lagu-lagu melayu konvensi.

Kehadiran suami Annisa Nabila, ini akan memberi pesona lain panggung JMF. Dia menjadi salah satu representasi kaum muda, generasi millenial dalam mengembangkan musik melayu.

Fika Fabiola yang berhasil memberi added value atas lagu Ku Tak Bisa - Slank, dari genre slow rock dengan memetika melodius sehingga menjadi lagu yang sangat karib. Penyanyi belia dan potensial ini, akan tampil di panggung JMF2018 dengan beberapa lagu melayu populer dan konvensi.

Fika dengan jenis suara yang mengekspresikan batin orang muda, gadis millenial, akan memberi sentuhan khas atas beberapa lagu melayu yang sudah disiapkan. Performa vokalnya, seperti dalam Lagu untuk Starla - Virgoun, menjanjikan harapan ada yang beda di JMF2018.

Performanya yang kalem dengan busana muslimah yang simpel, sosok Fika mengingatkan pecinta musik melayu, kehadiran pertama Siti Nurhaliza. Khasnya, ketika Siti masih di Kuala Lipis - Pahang dan menyeruak industri musik Kuala Lumpur, kemudian Asia Tenggara.

Seperti tahun-tahun yang sudah, pentas JMF2018 ini juga akan diberi gimmick oleh kehadiran penyanyi asal Medan, Maxi Bahajjaj.

Penyanyi bertubuh tambun yang karib dengan genre musik R&B dan Blues, ini punya suara dan penampilan yang khas, yang hanya dimiliki dirinya saja. Maxi penyanyi yang punya sikap jelas.

"Jangan pernah naik panggung, sebelum meletakkan soul dalam dirimu," ungkap Maxi tentang prinsipnya. Karena ketika tampil di panggung, mind and soul, nalar - naluri - perasaan kudu harmoni dan tertampil oleh feel - indria yang ekspressif.

Sebagai penyanyi, Maxi memang unik. Keunikannya mengalir begitu rupa, karena dia bernyanyi tanpa beban. Maxi yang menapaki karir menyanyi, antara lain lewat Suara Hati - Muchsin Salim Bahajjaj, boleh disebut sebagai penyanyi bertendensi. Ia bernyanyi dengan pesan-pesan kebaikan dan kebajikan.

Maxi sangat piawai menghadirkan tak hanya lagu-lagu melayu tradisional yang dalam beberapa konvensi Melayu disebut sebagai lagu legenda. Pun lagu-lagu Melayu karya Husein Bawafie, seperti Seroja.

Maxi dengan "Maxi Rhytm Soul"-nya pun kerap menjadi telangkai bagi lagu-lagu allahyarham Mashabie yang populer, seperti Keagungan Tuhan, Kesunyian Jiwa, Harapan Hampa, dan lain-lain. Dalam JMF sebelum-sebelumnya, Maxi menjadi penakluk panggung. Tak peduli, misalnya, tahun lalu dia sepanggung dengan Daniel Lerman yang memukau dengan permainan sax-nya.

COCKPIT Band akan menjadi energi panggung JMF2018. Kelompok musik rock dekade 70-80an ini pernah berjaya memberi keragaman selera musik Indonesia.

Kelompok musik yang pernah memperkenalkan progressif rock ini, seperti ungkap Yaya Moektio yang hadir dalam konferensi pers di Balaikota, akan melakukan tataulang komposisi musikal beberapa lagu melayu. Sekaligus merekomposisi karya-karya mereka sehingga bisa mengharmonisasi keseluruhan show malam besok.

Bagi penggemar musik Indonesia, era 70-an masih akan ingat, bagaimana ruh musikal rock Genesis yang dibawa Cockpit mewarnai sejumlah lagu Chrisye, seperti Badai Pasti Berlalu, Angin Malam, Anak Jalanan dan lainnya.

Odink Nasution, Raidy Noor, Yaya Moektio, Dave, dan Arry akan memberi surprise tersendiri pada Jakarta Melayu Festival 2018.

Anwar Fauzi Band, tentu tak asing bagi peminat JMF sejak JMF2014 yang kala itu menghadirkan orkestra lengkap. Sejak JMF2016 - Anwar Fauzi Band mengubah format sesuai dengan format pergelaran dengan pentas terbuka.

Sejumlah musisi andalan seperti Butong, Tom Salmin, Hendri Lamiri, Ade, dan lain-lain akan mengiringi para penyanyi andalan. Anwar Fauzi sendiri yang mengaransir komposisi musikal JMF2018. Seperti tahun tahun sebelumnya, Anwar Fauzi Band menunjukkan bagaimana universalitas musik Melayu yang tak kan hilang di jagad musik Nusantara dan musik dunia.

Tentu, Darmansjah sebagai vokalis khas Melayu ikut cawe-cawe dalam keseluruhan konteks, sebagaimana halnya Nong Niken Astri yang sejak JMF2017 memainkan peran besar di balik panggung bersama Husin Noax, Mirza, Luly, dan lain-lain.

Jakarta Melayu Festival 2018 yang digelar untuk sekaligus memperingati Sumpah Pemuda, mengusung tema "Melayu Menyatukan Negeri." Tema ini, menurut Geisz sebagai isyarat kebangsaan, bahwa siapapun yang mengaku cinta Indonesia, mesti mendahulukan Persatuan Indonesia, karena sudah sejak Sumpah Pemuda 1928, keberbagaian dan keragaman adalah realitas Indonesia yang tersadari. "Saatnya bersatu membangun Indonesia," cetus Geisz. | Syienna F. Zahra

Editor : sem haesy
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1095
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Humaniora
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 98
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 515
Momentum Cinta
12 Mar 24, 01:26 WIB | Dilihat : 524
Shaum Ramadan Kita
09 Mar 24, 04:38 WIB | Dilihat : 444
Pilot dan Co Pilot Tertidur dalam Penerbangan
Selanjutnya