- Cermat Melihat Metode Survey

Geliat Berita Media Memandang Partai Politik

| dilihat 2027

Bang Sem 

Pol Tracking Institute baru saja mempublis hasil risetnya tentang perilaku pemberitaan media, yang diberinya tajuk, “Menangkap Geliat Pemberitaan Partai Politik Sepanjang 2013.’ Lembaga riset yang dipimpin Direktur Eksekutif Hanta Yuda, itu dalam paparannya di Jakarta, Selasa (14/1) menjelaskan, PKS menjadi partai yang paling banyak mendapatkan pemberitaan negatif (23,8 persen) sepanjang tahun lalu.

Menyusul PKS, Partai Demokrat menjadi sasaran empuk pemberitaan negatif (20,53 persen), lantas Partai Golkar (19,10), PPP (12,10), PPP (12,10), PBB (10,98), PKPI (10,54), Hanura (10,32), PAN (10,04), Partai Gerindra (9,79), PKB (8,27), dan PDIP (7,37).

Sebaliknya, partai-partai yang beroleh pemberitaan positif adalah : Partai NasDem (34,54 persen), Hanura (31,90), PDIP (26,26), Gerindra (26,19), PAN (20,73), PBB (20,73), PKB (20,41), PPP (16,63), Partai GOLKAR (16,53), PKPI (16,33), dan Partai Demokrat (12,56).

Lembaga riset itu, menurut Hanta Yudha, menggunakan metode purposive sampling dalam aksi riset media monitoring, terdiri dari lima media cetak, lima media online, dan lima media televisi. Pengumpulan data dilakukan antara 1 Februari sampai 24 Desember 2013.

Hanta Yudha menyatakan, isu kasus hukum mendominasi pemberitaan terhadap PKS dan partai-partai yang dinilai buruk, itu. Di dalamnya, faktor isu korupsi menjadi faktor domina pemberitaan partai. Hanta berkesimpulan, isu ini bisa menyebabkan partai yang diberitakan dengan ‘tone’ negatif oleh media gagal dalam persaingan di Pemilu.

Dalam riset media, khasnya content analysis, metoda yang dipakai lembaga riset ini merupakan metode subyektif. Periset, melalui metoda ini, melihat sampel sebagai serangkaian pilihan strategis tentang siapa obyek risetnya. Kemudian, media apa saja uang menjadi sampel.

Purposive Sampling Bukan Metode Terbaik

Menurut Ted Palys – Simon Fraser University, metode ini menempatkan periset melekatkan sample dengan tujuan (dan bahkan kesimpulan) yang sudah diformat sebelumnya. Karenanya dalam mengkaji hasil riset yang diperoleh dari sample, harus dilihat implikasi dari keterkaitan sample dengan tujuan riset.

Metode ini bukan metode terbaik untuk melihat perilaku pemberitaan media, dan ‘tone’ yang diperoleh tidak menelisir noice information yang berada di balik pemberitaan media sample.

Dengan hasil semacam itu, dapat diduga, periset mengambil  media sample (kurang lebih): Kompas, Media Indonesia, Tempo, Rakyat Merdeka, dan Sindo (Media Cetak). Lalu, Okezone, Detik.Com, Tempo.Co, Kompas.Com, Inilah.Com. (Media Online). Dan, media televisi yang dijadikan sampel adalah: MetroTV, BeritaSatu, RCTI, TV One, dan SCTV.

Metode purposive sampling yang dipergunakan lembaga riset ini, hampir identik dengan penelitian kualitatif. Namun, menurut Ted, karena banyak tujuan peneliti, daftar ‘purposive’ banyak dipengaruhi sikap suyektif peneliti dan pengepul data.

Biasa-Biasa Saja

Jadi, hasil penelitian itu, ya biasa-biasa saja. Hal tersebut nampak pada tone negatif dan positif terhadap PBB dan PKPI yang sepanjang riset termasuk sebagai partai yang tak begitu beroleh porsi dari media sepanjang tahun 2013.

Metode ini hanya menghasilkan kesimpukan sumir, kecuali penelitian dilakukan dengan memasukkan stakeholder sampling untuk melihat korelasi pemberitaan dengan politik redaksional (termasuk newsroom behavior) yang berakibat pada news planing, news hunting, dan dampak pemberitaan yang diharapkan.

Bila melihat hasil tone negatif, boleh diduga, lembaga riset ini hanya memasukkan varian Deviant Case Sampling, terutama terkait dengan kasus permainan korupsi sapi, hambalang, pencetakan al Qur’an, dan korelasi Akil – Atut. Melihat hasil pada tone positif, kita melihat dominansi subyektivitas yang kental, sehingga tak memasukkan varian metode lain dalam mempertimbangkan data. Misalnya Paradigmatic Case Sampling.

Supaya lebih jernih, lembaga riset lain perlu melakukan penelitian dengan keragaman metode dan variannya. Termasuk, misalnya memperluas media sample. Misalnya: Kompas, Republika, Rakyat Merdeka, Suara Pembaruan, Tempo, Pikiran Rakyat, Waspada, Jawa Pos, Suara Merdeka, Viva News.Com, dan JPNN.com. |

Editor : Web Administrator | Sumber : Ted Palys dan berbagai sumber lain
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 634
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 784
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 751
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Humaniora
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 102
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 518
Momentum Cinta
12 Mar 24, 01:26 WIB | Dilihat : 526
Shaum Ramadan Kita
09 Mar 24, 04:38 WIB | Dilihat : 446
Pilot dan Co Pilot Tertidur dalam Penerbangan
Selanjutnya