Destinasi Wisata Menarik

Ternate Mutiara di Timur Indonesia

| dilihat 3101

TERNATE, AKARPADINEWS.COM |  PAGI baru beranjak. Di kejauhan, Gunung Gamalama nampak menjulang. Awan seolah menyambangi puncaknya. Di sisi lain, ombak gemulung di laut. Tampak juga danau  Tolire. Ketika mata memandang ke sudut lain, tampak kota Ternate di bibir pantai.

Begitulah pesona sebagian Pulau Ternate yang tampak dari bukit.

Berlibur ke pulau sekaligus kota Ternate, tak hanya akan mendapat keindahan alam yang diciptakan Tuhan dengan sukacita. Di balik pulau mungil ini terdapat sejarah panjang yang menunjukkan betapa Nusantara  adalah gugusan keindahan jaziratul Mulq yang memanjang dari Malaka hingga ke Maluku Utara.

Di abad ke 13, Ternate dan Tidore disebut dalam catatan para pengembara Eropa, sebagai dua pulau yang kaya dengan cengkeh dan rempah-rempah. Pada abad ke 15, bahkan penguasa portugis yang pernah memimpin Malaka dan New Mexico, Albuquerque menempatkan Ternate dan Tidore sebagai tempat tujuan pengembaraan utama memburu rempah-rempah untuk konsumsi masyarakat Eropa.

Selepas itu, Ternate dan Tidore yang masyhur di Eropa, menjadi tujuan para pengembara (yang kemudian menjadi penjajah) Spanyol untuk datang ke sini. Kisah Magellen, juga menyebut Ternate sebagai tempat singgah armadanya, selepas mengalami serangan di wilayah perairan Filipina.

Sejarawan Bernard H. Vlekke dalam karya besarnya, Nusantara, menyebut bagaimana penguasa Portugis menjalin hubungan dengan Sultan Ternate.  Dilihat dari aspek kepentingan ekonomi, hubungan Sultan Ternate dengan penguasa Portugis, pada mulanya sangat menguntungkan.

Tak hanya Ternate yang menikmati hubungan yang bermula dari hubungan dagang, itu. Tetapi bahkan sejumlah wilayah di Nusantara, termasuk Banten dan Malaka.

Hingga kini, sisa kejayaan Kesultanan Ternate dengan cengkeh sebagai core business-nya, masih dapat dibayangkan. Salah satu lokasi yang favorit dikunjungi di Ternate untuk mengenangkan kembali kejayaan itu, adalah pohon cengkeh yang tertata rapi, dengan rerumputan hijau bersih seluas lapangan sepakbola, yang dapat ditempuh sekitar 30 menit dari kota Ternate.

Posisi Ternate yang berada di Timur Indonesia, bagi orang-orang Portugis dan Spanyol, seolah dekat. Mereka membayangkan Ternate laksana Marakesch di Maroko. Terutama, karena pesona persona orang-orang Ternate, nampak mirip.

Kota Ternate sendiri, sesungguhnya hanya kota kecil saja. Luasnya, 206,77 km2 meliputi 4 kecamatan: Ternate Utara, Ternate Tengah, Ternate Selatan dan Kecamatan Pulau Ternate.

Secara geografis, Kota Ternate terletak pada posisi 0o -2o Lintang Utara dan 126o -128o Bujur Timur dengan ketinggian dari permukaan laut beragam, karena reliefnya. Meliputi, dataran rendah (0 - 499 M), sedang (500-699 M),  dan tinggi (lebih dari 700 M).

Pulau Ternate, berbatasan dengan Laut Maluku di sebelah Utara, Selatan, dan Barat, serta Selat Halmahera di sebelah Timur. Ternate dikenal sebagai pulau rempah-rempah, karena topografi alamnya, sebagian besar merupakan daerah bergunung dan berbukit, serta dikelilingi oleh pulau vulkanis dan pulau karang, berjenis tanah Rogusal.

Iklim di pulau ini adalah iklim tropis yang dipengaruhi oleh dinamika suhu laut. Sebagai salah satu bagian dari gugusan kepulauan tropis, di sini hanya dikenal dua musim saja, yakni musim kemarau dan musim penghujan.

Ternate yang di masa lalu ( dari abad ke 13 sampai abad ke 15) sangat dikenal sebagai salah satu bandar perdagangan Nusantara yang terkoneksi dengan bandar bandar ternama, seperti Sunda Kelapa, Banten, dan Malaka, terhubung langsung dengan negeri-negeri di Eropa, seperti Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris.

Sampai kini pun Kota Ternate masih merupakan kota Perdagangan dan tentu, Kota Wisata. Terutama karena koneksi laut dengan Bitung (Sulawesi Utara) dan dengan beberapa pelabuhan di Papua, dan Makassar di Sulawesi Selatan.

Beberapa lokasi wisata di kota ini, bisa menjadi pilihan bagi mereka yang mencintai sejarah dan hendak menjauhkan diri dari kebisingan metropolis.

Di kota ini, terdapat Benteng Oranje dan Mesjid Kesultanan yang mudah diakses dan letaknya sangat strategis. Kedua obyek wisata ini terawat dengan sangat baik. Keaslian bangunan, menjadi daya pikat tersendiri untuk orang datang berkunjung ke sini.

Kedaton Ternate dan benteng Kalamata juga menarik dikunjungi, karena mudah diakses oleh pengunjung.  Apalagi bila obyek-obyek wisata ini mendapat prioritas pemerliharaan dari pemerintah.

Benteng Oranje, Masjid Kesultanan dan kedaton Ternate merupakan bangunan bersejarah, ditunjang sarana prasarana yang memadai. Pemugaran bagian luar Benteng yang dilakukan beberaoa waktu lalu akan bertambah estetikanya, ketika pedagang kaki lima terus ditata lebih baik.

Benteng yang di masa lalu sebagai bangunan pertahanan menghadapi penjajah dapat dikembangkan sebagai ajang pergelaran atraksi seni. Tinggal lagi, bagaimana pemerintah dan seniman lokal berupaya membuat narasi lengkap tentang berbagai cerita lokal. Kemudian disiapkan sebagai pergelaran yang bisa dinikmati pengunjung kapan saja.

Di lain tempat, Kota Janji juga menarik dikunjungi, tetapi pemerintah harus memberikan perhatian renovasi dan penguatan, karena berbagai faktor lingkungan yang dapat mengancamnya. Perlu dilakukan sosialisasi bagi khalayak pengunjung untuk menjaga lingkungan benteng yang berhubungan langsung dengan laut.

Yang tak kalah menariknya adalah Benteng Kastela yang perlu dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang, penguatan infrastruktur, sehingga menambah daya tarik yang kian memikat. Mudah-mudahan di masa depan, obyek wisata ini mendapat prioritas pemerintah kota, karena dari benteng ini pemandangan indah Ternate sungguh terasakan.

 Secara keseluruhan, artefak-artefak bernilai sejarah yang dimiliki Ternate dapat terus dikembangkan, karena posisinya yang memungkinkan wisatawan berkunjung ke lokasi ini untuk mendapatkan suasana alam lingkungan yang mungkin jarang didapat di tempat lain. Termasuk panorama gunung Maitara dan pulau Tidore di kejauhan. Begitu juga dengan Benteng Tolluco yang menjadi bagian tak terpisahkan dari keseluruhan perjalanan historis Ternate.  Pun demikian halnya dengan Danau Tolire dan batu Angus.

Maret 2016, ketika terjadi gerhana matahari total, Ternate menjadi salah satu tempat yang dikunjungi tak kurang dari 4.000 wisatawan, termasuk seribuan wisatawan mancanegara. Pesona alam ternate disertai dengan budaya lokal yang khas, serta sisa kejayaan sebagai negeri rempah (khasnya Cengkeh) di masa lalu, dapat dikemas ulang untuk menjadikan Ternate sebagai salah satu destinasi wisata mancanegara di Indonesia Timur.

Ternate mempunyai pantai, bukit, dan gunung yang menarik. Juga format kota yang khas. Tinggal lagi, bagaimana besarnya nilai sejarah Ternate dapat dieksplorasi dengan mengembangkan secara khas museum, terutama yang mempunyai keunikan tertentu, seperti museum khas Cengkeh. Pemerintah Kota Ternate perlu menjalin kerjasama internasional dengan Portugis, Spanyol, dan bahkan Malaka untuk mengembangkan wisata sejarah berbasis museum.

Dalam konteks nasional, Pemerintah kota perlu memperjuangkan peningkatan bandara Sultan Baabulah kepada pemerintah nasional, terutama Kementerian Perhubungan. Setarikan nafas, untuk kepentingan itu, perlu pemerintah kota melakukan kajian khas imagineering untuk memajukan posisinya sebagai destinasi pariwisata, seperti yang pernah dilakukan pemerintah Malaysia atas Pulau Langkawi serta Sopotan dan Ligitan.

Upaya-upaya Pemerintah Kota yang sudah berlangsung baik, perlu terus ditingkatkan. Mulai dari pengembangan tujuh obyek wisata berupa bangunan bersejarah (Benteng Kastela, Benteng Kota Janji, Benteng Kalamata, Benteng Oranje, Masjid Kesultanan, Kedaton Kesultanan, dan Benteng Tolluco) untuk memberikan nilai tambah, sampai pengembangan narasi historis Ternate di sisi sosial budaya.

Secara khusus, juga perlu dikembangkan aksi promosi dan pemasaran wisata di tingkat nasional, regional ASEAN, dan internasional. Antara lain dengan menerapkan bundling marketing system. Apalagi, Ternate mempunyai ‘ruh’ yang sangat besar dalam pengembangan religi dan spiritual, sampei ke Pulau Alor – Nusa Tenggara Timur.

Penulisan narasi historis ini penting, sehingga sebagai destinasi wisata, Ternate mempunyai tourism core yang jelas dan lebih fokus.  Koneksi nasional dan internasional yang selama ini dimiliki para tokoh Ternate, dapat dieksplorasi secara lebih baik.

Apalagi, berbagai infrastruktur lain di Ternate juga mendapatkan perhatian dalam rencana pemerintah nasional, seperti pengembangan pelabuhan dan pengembangan rumah sakit  Chasan Boesoeiri, termasuk peningkatan kapasitas kota otonom sedang sebagai kota berkelanjutan. Tak terkecuali, pembangunan instalasi penyediaan air baku.

Pengembangan Ternate sebagai destinasi wisata utama di Timur Indonesia akan memberikan kontribusi positif bagi gagasan: Indonesia sebagai destinasi utama wisata dunia. Ternate adalah mutiara di Timur Indonesia.| Riana Dewi Setiawan

Editor : sem haesy
 
Energi & Tambang
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 238
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 461
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 452
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 422
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya