Lingkungan Hidup

Trembesi, Ki Hujan Pelindung Masa Depan

| dilihat 4663

Bang Sem

SUATU ketika, tanpa sengaja, saya mendapat informasi tentang pohon trembesi dari Pak Doni Monardo, Dan Paspampres. Beliau bicara mendalam tentang pohon ini. Pak Doni dan beberapa peminat pohon ini membentuk Paguyuban Budiasi untuk membudidayakan Trembesi.

Di Kuala Lumpur, ketika masih bocah, pohon yang diceritakan Pak Doni itu saya kenal dengan sebutan Pokok Lima.

Ketika jumpa Prof. Ahmad Fawzi, Guru Besar Ilmu Manajemen Sumberdaya Lingkungan – Institut Pertanian Bogor (IPB), saya mendapat wawasan tentang korelasi trembesi dan lingkungan. Khasnya, terkait siklus alam, air hujan dan penyerapan karbon.

Pohon trembesi mampu menyerap CO2 jauh lebih besar dibanding pohon biasa. Setiap tahunnya, pohon yang juga dikenal dengan sebutan Ki Hujan, ini mampu menyerap 28,5 ton karbondiokasida, berbeda dengann pohon biasa yang rata-rata hanya menyerap 1 ton dalam dua puluh tahun masa hidupnya.

Ki Hujan layak menjadi pohon untuk penghijauan untuk menghasilkan emisi yang diperlukan kehidupan manusia. Pohon yang juga dikenal sebagai Kayu Ambon, Meh, dan Munggur ini atau Cay Mura di Vietnam, ini bagi sebagian kalangan masih dianggap sebagai pohon harus ditanam di lokasi khusus. Tidak bercampur dengan pohon lain.

Rerumputan bisa berkongsi dengan pohon yang sangat sensitif dengan cuaca dan cahaya ini. Berbeda dengan Oaks dan Pinus, Trembesi atau Ki Hujan, dengan pola penanaman yang terencana baik, dapat menjadi indikator curah hujan. Bila tanaman perdu dan rerumputan di bawah kanopinya terlihat hijau khas, boleh diduga curah hujan di daerah itu lebih dari cukup.

Jadi, meski Ki Hujan, menyedot air tanah cukup kuat, secara alamiah pohon ini berbagi hak yang cukup dengan pohon lain di bawah kanopinya. Karena itu, tak sedikit ahli yang memandang Ki Hujan sebagai pohon yang akan memberi pilihan baru perencanaan tata lingkungan perkotaan.

Pohon yang diperkirakan datang dari Amerika Latin ini, merupakan pohon untuk daerah tropis yang bisa hidup ‘mesra’ dengan pohon endemis, seperti Dengen. Secara alamiah, Ki Hujan bisa mencapai ketinggian 25 meter dengan diameter antara 30 sampai 50 meter. Dengan bentang dahan sampai lima sampai enam meteran, pohon ini membentuk kanopi yang bagus.

Ketika menjadi juri Duta Rimba Award yang diikuti oleh karyawan Perhutani, saya mendapat pengetahuan cukup tentang pohon yang bernama latin Samanea Saman, ini. Di lingkungan Perhutani, pohon ini ditanam sebagai pohon pelindung di tempat pelelangan kayu sebelum dilelang.

Keragaman fungsi Ki Hujan dalam konteks penataan kota baru, dapat mengubah habitus yang akan dibangun. Misalnya di berbagai kota satelit. Nissa, planolog lulusan ITB, di Bappeda Kota Tangerang melihat pohon ini relevan dengan perubahan minda (mindset) penataan lingkungan kota. Khasnya, untuk memilah fungsi jalan sesuai peruntukannya (mobil, motor, sepeda), pedestrian dan joging track.

Rimbun, kokoh, dan adaptifnya pohon ini dengan cahaya, Trembesi bisa menjadi pohon peneduh penghijau kota yang tepat. Kalau dulu Pemerintah Hindia Belanda menggunakan Kenari, Mahoni, Kemang, Bungur, dan Tamarin, ke depan, Trembesi merupakan pilihan tepat. Apalagi perkembangan sains dan teknologi teknik sipil juga berkembang baik untuk mengatasi kendalanya.

Di beberapa bagian kota Kuala Lumpur yang dipertahankan sebagai hutan kota dan beberapa ruas jalannya, Trembesi mampu memberi ruang bagi turunnya air hujan langsung ke tanah. Dan terbukti, Trembesi tak membuat pohon lain kekurangan air. Meskipun Ki Hujan masih dipandang sebagai tanaman pelindung atau peneduh jalan kota, dalam banyak hal orang melihat manfaat lain.

Rizki, seorang pengrajin gitar di Balikpapan menyebut, Trembesi sebagai tonewood. Kayu pohon ini dapat menggantikan kayu mahoni untuk membuat gitar jenis tertentu. Dari aspek estetik, kayu Ki Hujan lebih indah dan khas. Musisi, khasnya gitaris yang senang dengan warna natural, gitar dari kayu Ki Hujan (trembesi) bisa menjadi pilihan tersendiri.

Sebagai pohon untuk taman, Ki Hujan tak ada duanya. Dua pokok trembesi di kompleks Istana Merdeka adalah contohnya. Jauh lebih indah katimbang beringin. Tak hanya itu, dari salah seorang karyawan Perhutani, saya diberitahu, biji trembesi yang disebut Mindhik, dapat dibuat menjadi kuaci. Bahkan dapat dimanfaatkan sebagai pencuci perut. Daunnya, bisa untuk obat penyakit kulit. Karenanya, perlu juga dipikirkan sejak kini pemanfaatan lebih luas trembesi. |

 

Editor : Web Administrator
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 714
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 871
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 822
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 429
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 999
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 236
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 712
Momentum Cinta
Selanjutnya