Masa

| dilihat 305

Bang Sèm

MASA yang kerap kita sebut waktu adalah momentum yang tak pernah bisa didaur ulang.

Manusia, tak sesiapapun dia, yang melintasi masa dengan cara dan laku menghitung-hitung bilangan kebajikan, seraya alpa menghitung -hitung kejahilan, keburukan dan kejahatan yang dilakoninya (secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi), senantiasa berada dalam kerugian yang besar.

Khasnya, kala masa berlalu. Allah SWT, via Surah Al Ashr (1-3) menegaskan sumpahnya terbabit berlalunya masa.

Ia -- yang pada-Nya tergenggam hidup dan mati, sumber segala sumber keberadaan manusia dan semesta -- lantas menegaskan, "Sesungguhnya manusia sungguh dalam kerugian yang besar." Kecuali, insan yang beriman (bertegak pada tauhid, aqidah), mengerjakan amal saleh (berlandas syari'ah, muamalah dan akhlaq kariimah), dan saling mengingatkan (saling menasihati - tawassaw) ihwal kebenaran, dan saling menasihati ihwal kesabaran.

Surah ihwal masa atau waktu ini, sesungguhnya mengingatkan setiap insan, ihwal eksistensi dirinya sebagai manusia yang seutuhnya. Yakni, insan mulia yang diberi instrumen kelengkapan eksistensi (nalar, nurani, naluri, rasa, dan dria) sebagai sesempurna makhluk.  

Insan yang berkewajiban mengelola waktu yang menyediakan aneka peluang keberuntungan dan kemanfaatan, dengan cara menguatkan relasi langsung makhluk dengan al Khaliq - penciptanya. Sekaligus memainkan fungsi dan peran kepemimpinannya sebagai pemimpin (atas dirinya, keluarganya, lingkungan sosialnya, masyarakatnya, negaranya, dan bangsanya) untuk selalu melakukan serangkaian kebajikan dan kebaikan.  

Tawassaw dan Momentum 2-4-4-3-4

Dalam satu tarikan nafas, juga saling mengingatkan sesamanya ihwal kebenaran (antara lain mewujud dalam keadilan, keadaban, keberadaban) dan kesabaran (konsisten dan konsekuen dalam menegakkan kebenaran).  

Konsep implementasinya adalah tawassaw, sikap dan prinsip kepemimpinan dan managerial mengelola diri, keluarga, lingkungan sosial, masyarakat, negara dan bangsa, seraya cerdas - bernas - tangkas menggemakan peringatan dalam upaya membimbing dan melindungi sesama mencapai tujuan: hidup bahagia sejahtera di dunia dan akhirat, seraya bebas (terhindar dari) petaka.

Setiap hari, Allah menyediakan tak kurang dari 86.400 peluang keberuntungan dan kenyamanan hidup. Meliputi 28.800 peluang berbuat kebaikan dan kebajikan secara efektif dan efisien (kreatif, inovatif, produktif); 21.600 untuk memenuhi konsumsi dan menyegarkan jasmani; 21.600 untuk rehat dan berkomunikasi intens dengan-Nya; dan 14.400 untuk meningkatkan kualitas hidup, memperluas cakrawala ilmu pengetahuan dan bersosialisasi.

Semua terbentang dalam dimensi waktu fajar, siang, dan malam. Pada dimensi waktu tersebut melekat momentum manusia mencapai keunggulan dan menunjukkan performa diri sebagai insan kamil yang berakal budi, berbudaya (ditandai dengan moralitas dan etika personal - sosial) atau fadhilah.

Dalam perspektif Islam, Allah memberikan ruang momentum dalam bilangan yang sesuai dengan agenda utama intensitas relasi manusia dengan-Nya setiap hari -- dengan pengecualian khas hari Jum'at --, yakni 2 - 4 - 4 - 3 - 4.

Pada waktu fajar, sejak subuh shadiq sampai mentari bergulir di ufuk Timur, tersedia appointment personal 2 raka'at. Pada tengah hari hingga bayangan benda sama dengan panjangnya (Dzuhur), tersedia momentum 4 raka'at; demikian pula halnya dengan Ashar (sesudah waktu Zuhur hingga bayangan benda dua kali lipat panjangnya).

Tajam Laksana Pedang

Pada pergantian waktu setelah matahari terbenam hingga warna jingga kemerahan mentari menghilang di ufuk Barat, tersedia momentum 3 raka'at; dan 4 raka'at pada Isya' (kala malam mulai meliput).

Selebihnya, pada persinggahan antara fajar dan dzuhur, Allah menyediakan momentum khas sunnah dhuha; dan pada persinggahan malam atau dua pertiga malam, Allah menyediakan momentum khas qiyamul layl ( yang diperuntukan bagi salat sunnah tahajjud, istikharah, dan atau hajat) sekaligus memungkasnya dengan witir.

Intinya adalah masa atau waktu yang diberikan Allah sebagai dimensi kehidupan manusia berbasis tauhid (teologis), ilmu pengetahuan dan teknologi (kultural), yang bermuara pada pemajuan dan perkembangan tamaddun (peradaban) manusia.

Dimensi kehidupan insaniah demikian, semestinya, selalu memacu dan memicu manusia untuk menggunakan keseluruhan instrumen hidup yang diberikan Allah yang berorientasi pada pemampuan manusia mengimplementasikan amar ma'ruf nahyi munkar, menegakkan kebenaran (kebaikan, kebajikan, keadilan) dan mencegah keburukan (kejahatan, kedzaliman, dan sejenisnya).

Karena berlalunya masa merupakan kerugian bagi manusia, maka pada masa itu jugalah peluang-peluang keberuntungan dan kemanfaatan disiapkan untuk dicapai manusia. Hanya insan yang konsisten dan konsekuan pada komitmennya mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, seraya terbebas dari petaka, maka keimanan, ketaqwaan dan laku amar ma'ruf nahyi munkar menjadi penting dan utama.

Masa atau waktu, itu penting bagi setiap insan. Dalam pepatah Arab -- yang karib dengan budaya logam -- disebut, al-waqtu kas-saif, in lam taqta'hu qata'ak (waktu itu tajam, -- bergerak -- sangat cepat laksana pedang). Siapa mengelola masa - waktu dengan baik, dia beruntung. Siapa bermain-main dengan -- dan menyia-siakan -- waktu mereka akan merugi. |
 

 

Editor : delanova
 
Polhukam
10 Feb 25, 16:15 WIB | Dilihat : 42
Silakan Trump Gondol Warga Israel ke Alaska
07 Feb 25, 18:49 WIB | Dilihat : 332
Putus Cinta Lebih Menyakitkan daripada Pemakzulan
07 Feb 25, 10:07 WIB | Dilihat : 300
Parlemen Makzulkan Wakil Presiden
01 Feb 25, 06:35 WIB | Dilihat : 150
Selidiki Kasus Tanjung Rhiu Secara Transparan
Selanjutnya
Budaya
02 Feb 25, 05:34 WIB | Dilihat : 465
Kuku Macan Betawi untuk Bang Anung
15 Nov 24, 20:48 WIB | Dilihat : 874
Perkabungan
12 Nov 24, 08:29 WIB | Dilihat : 1173
HOS Tjokroaminoto Pembuat Strategi Kebudayaan Progressif
07 Nov 24, 22:10 WIB | Dilihat : 849
Membaca Ulang Puisi Pamplet dan Mengingat Isyarat Rendra
Selanjutnya