Mas Pram dan Bang Doel Paling Pas

| dilihat 507

Bang Sém

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Daerah Khusus Jakarta Raya, Ahad (8/12/24) di Sari Pan Pasific, menetapkan dan mengumumkan hasil penghitungan suara (real count) final Pemilihan Kelapa Daerah (Pilkada) Jakarta 2024.

Ketua KPUD Jakarta, Wahyu Dinata mengesahkan berita acara dan sertifikasi rekapitulasi hasil penghitungan dan perolehan suara dari setiap kabupaten - kota.

Seperti sudah diduga, pasangan calon (paslon) Gubernur / Wakil Gubernur nomor urut 3 Pramono Anung dan Rano Karno (Mas Pram - Bang Doel) meraih suara terbanyak dengan 2.183.239 suara dari total 4.714.393 suara.

Meski hanya didukung PDI Perjuangan, Partai Hanura dan Partai Umat, pasangan Mas Pram & Bang Doel unggul dibanding dua kontestan lainnya, pasangan calon nomor urut 1 Ridwan Kamil - Suswono (yang didukung 12 partai) meraih 1.718.160 suara. Akan halnya pasangan calon nomor urut 2 Dharma Pongrekun - Kun Wardana (calon independen) meraih 459.230 uara.

Sepanjang sejarah Pilkada di Jakarta, pada Pilkada kali ini, tingkat partisipasi warga relatif rendah, diprakirakan hanya sekira 57,6 persen dari jumlah konstituen dalam daftar pemilih tetap.

Saksi yang mewakili pasangan Ridwan Kamil dan Suswono serta pasangan Dharma Pongrekun - Kun Wardana menolak menanda-tangani berita acara.

Saksi untuk paslon no. 1 menuding, terjadi kecurangan yang terjadi di TPS Pinang Ranti (Jakarta Timur) yang menyebabkan mereka juga melaporkan dugaannya ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP).

Akan halnya saksi paslon nomor 2 menyoal rendahnya partisipasi warga.

'Petir di Siang Bolong'

Mereka mengabaikan situasi politik Jakarta menjelang Pilkada berlangsung, yang membuat warga enggan, malas-malasan, dan tak antusias menggunakan hak pilihnya.

Tentu, khas untuk saksi nomor 1, termasuk mengabaikan dampak masygul para petinggi partai politik pengusung melihat calonnya kalah. Termasuk tak segera melakukan evaluasi secara internal untuk mengetahui secara tepat faktor-faktor kekalahan yang dideritanya.

Mereka juga mengabaikan dampak Putusan Mahkamah Konstitusi No. 60/PUU-XXII/2024 tentang Ambang Batas Pencalonan Kepala Daerah di Pilkada (Selasa, 20/8/2024) yang memungkinkan Pramono Anung dan Rano Karno berlaga.

Putusan MK tersebut tentu di luar prediksi, lantaran dalam 'euforia' atas keberhasilan memborong partai dan menggagalkan Anies Rasyid Baswedan (yang dari hasil survey berbagai lembaga survey memiliki tingkat popularitas dan elektabilitas tertinggi di atas Basuki Tjahja Purnama -- alias Ahok -- dan Ridwan Kamil).

Ya.. putusan MK tersebut laksana 'petir di siang bolong,' telah membuyarkan skenario memenangkan Ridwan Kamil dan Suswono melawan 'kotak kosong' dan atau melawan pasangan calon independen, yang memungkinkan mereka meraih kemenangan serta-merta.

Agaknya, lantaran masih masyghul, kini mereka koar-koarkan isu Pilkada Jakarta dua putaran. Karenanya, terkesan sekali penolakan para saksinya menanda-tangani berita acara hasil akhir rekapitulasi perolehan suara, akan bermuara ke siang sengketa Pilkada di Mahkamah Konstitusi.

Continuity & Changes

Sejak Mas Pram dan Bang Doel turun berlaga, gairah partisipasi Pilkada yang semula lesu bergairah lagi. Suara-suara Gercos (Gerakan Coblos Semua) dan golput (tidak memilih) mulai surut. Paslon no.3 ini tangkas memilih tema 'pilkada gembira' dengan sesanti, Jakarta Menyala.

Para penggerak Gercos dan golput yang bertekad memenangkan 'kotak kosong' beralih mendukung Mas Pram dan Bang Doel. Anies Baswedan dan Basuki Tjahja Purnama tanpa harus deklarasi nampak di mata para pendukungnya mendukung Mas Pram & Bang Doel.

Pasangan ini menawarkan gagasan yang tak muluk-muluk dan similiar dengan visi pembangunan Jakarta yang dirumuskan Anies dan diwawar Ahok. 'Anak-anak Abah' dan 'Ahokers' yang selama ini berseteru, bersatu dalam barisan Mas Pram & Bang Doel.

Mereka memperkuat dan menambah daya pikat pasangan ini yang sebelumnya sudah didukung Jakmania, Forum Betawi Rempug (FBR), Forkabi, Pemuda Pancasila, Emak-emak majelis taklim, dan berbagai slagorde yang militan.

Mas Pram & Bang Doel piawai menerjemahkan prinsip continuity and changes, fokus pada penyelesaian masalah utama Jakarta yang amat bertumpu pada keadilan, sebagaimana mengemuka dari aspirasi warga yang tergabung dalam Jaringan Rakyat Miskin Kota.

Alhasil, pasangan ini dengan aksi mendatangi dan memperoleh sambutan sukacita warga, khasnya dari kalangan masyarakat yang selama dua tahun berselang merasa terzalimi dan terampas hak-hak dasar mereka.

Tak hanya itu, pasangan ini juga berhasil merambah dan masuk ke benak tiga generasi (baby boomer, millenial, gen Z) yang oleh paslon lain tak mampu diseret ke dalam jebakan fantasi (Giant Sea Wall, Pemindahan pusat pemerintahan ke Jakarta Utara, theme park Disneyland di Kepulauan Seribu, Apartemen Social Housing di atas Pasar dan Stasiun, dan lain-lain).

Cukup Sekali Putaran

Mas Pram & Bang Doel lebih menebar gagasan kuat yang paling pas dengan imajinasi dan aspirasi warga Jakarta yang sudah berhasil dibangun sebelumnya, termasuk legasi Ahok (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) dan Anies (yang terbukti diakui dunia, seperti ruang ketiga Tebet Eco Park, Habitat Park, Kampung Susun, Jakarta International Stadium, dan lain-lain). Termasuk memberi solusi atas penguatan akses rakyat terhadap layanan pemerintah.

Pasangan ini (karena merupakan warga Jakarta) juga menunjukkan lebih fokus dan jernih dalam memahami siapa konstituen - bakal pemilihnya, apa keperluan utama warga. Mereka menawarkan paradigma dari program centric (yang seringkali lebih dinikmati oligarki) ke peoples centric. Termasuk pendekatan geografis untuk mengatasi masalah laten alamiah (dampak aliran 13 sungai), dan gender. Mas Pram & Bang Doel lebih terlihat peduli dengan perempuan, keluarga, dan anak, sehingga tidak terjebak dengan canda-canda blunder yang terkesan melecehkan. Umpanya soal janda !

Sejak hadir dalam dialog publik seni di Taman Ismail Marzuki (Senin, 23/9/24) pasangan ini sudah menunjukkan kefasihannya dalam membaca dan memberikan solusi atas persoalan Jakarta yang kompleks.

Keduanya terkesan nyaris tanpa beban, karena mereka tidak mendahulukan ihwal kemenangan. Melainkan menjawab  pertanyaan substantif ihwal mengapa orang memilih dan apa implikasi dari hasil pilkada.

Selebihnya, pasangan ini -- dengan dukungan Fauzi Bowo, Ahok, Anies, dan lainnya -- lebih jeli memahami perilaku pemilih sehingga mampu menciptakan komunikasi yang langsung masuk ke benak pemilih. Orientasi aksi kampanye pasangan ini, lebih kepada isu-isu khas dari kebijakan publik, evaluasi umum kinerja pemerintah, dan menunjukkan perilaku berbeda dengan kandidat lain secara personal.

Mas Pram & Bang Doel lebih konsentrasi memikirkan bagaimana memenuhi janjinya menguatkan kreativitas anak muda Jakarta melakukan daur ulang sampah alat peraga kampanye menjadi suvenir keren. Selebihnya, memusatkan perhatian untuk bekerja mewujudkan imajinasi warga Jakarta. Abaikan sungut dan igau menolak Pilkada Jakarta satu putaran.

Mas Pram & Bang Doel emang paling pas menambah maju Jakarta !

 

Tulisan ini bersifat pribadi

Editor : delanova
 
Polhukam
10 Feb 25, 16:15 WIB | Dilihat : 42
Silakan Trump Gondol Warga Israel ke Alaska
07 Feb 25, 18:49 WIB | Dilihat : 334
Putus Cinta Lebih Menyakitkan daripada Pemakzulan
07 Feb 25, 10:07 WIB | Dilihat : 300
Parlemen Makzulkan Wakil Presiden
01 Feb 25, 06:35 WIB | Dilihat : 150
Selidiki Kasus Tanjung Rhiu Secara Transparan
Selanjutnya
Lingkungan
09 Jan 25, 20:57 WIB | Dilihat : 873
Petaka Kebakaran Terburuk Landa Los Angeles
22 Des 24, 16:25 WIB | Dilihat : 507
Awan dan Fenomena Alam
29 Nov 24, 04:10 WIB | Dilihat : 621
Banjir Terparah Menerjang Malaysia
19 Sep 24, 12:52 WIB | Dilihat : 1378
Antara Lumbung Pangan dan Kai Wait
Selanjutnya