Era Kemunduran Sepakbola Inggris

| dilihat 2488

AKARPADINEWS.COM | Lengkap sudah kesedihan publik sepakbola Inggris. Pasalnya, pada musim ini sama sekali tidak ada wakil Inggris berlaga di dua kompetisi paling elite Eropa seperti UEFA Championship League atau UEFA Europa League.

Everton tersingkir di ajang UEFA Europa League setelah kalah dari wakil Ukraina Dynamo Kiev 5-2, Jum'at malam (20/3). Tim ini menyusul Chelsea, Arsenal, Manchester City yang sebelumnya gugur di fase gugur UEFA Championship League. Apakah ini sinyal keruntuhan tim-tim Inggris di kancah persepakbolaan Eropa?

Hasil ini membangkitkan memori 22 tahun lalu. Wakil Inggris tidak ada yang berhasil lolos sampai ke babak 16 besar Liga Champhion pada musim 1992-1993. Saat itu, kompetisi liga-liga top Eropa didominasi kekuatan Spanyol dan Italia. Spanyol digdaya dengan kehebatanBarcelona sedangkan Italia punya AC Milan superiordengan segambreng trofi liga domestik dan Eropanya.

Namun, Inggris menguat padapertengahan era 2000-an. Hal ini disebabkan banyaknyadukungan finansial yang datang ke beberapa klub di Inggris serta bertambahnya materi pemain kelas dunia mereka.

Saat itu, Chelsea dibeli pengusaha kaya raya Rusia Roman Abramovich dan menyusul Manchester City dialih pemilik oleh pengusaha minyak Uni Emirat Arab. Kedua klub tersebut melakukan mega transfer sehingga mendatangkan pemain-pemain top dunia yang bermain di luar Inggris. Alhasil, trofi domestik dan Eropa berhasil mereka rengkuh.

Selain itu, dukungan finansial datang dari hak siar Liga Inggris yang mendominasi hampir seluruh tayangan sport di dunia. Sehingga, menghasilkan populeritas, eksistensi, dan gengsi Liga Inggris yang kian meninggi. Kondisi ini diuntungkankarena pada saat bersamaan, keganasan tim-tim besar Eropa lainnya seperti Juventus, Bayern Muenchen, dan Real Madrid seolah menjinak.

Namun, setelah sukses mengirimkan tiga belas wakil Liga Inggris ke semi final UEFA Championship pada kurun 2004 hingga 2009, prestasi Liga Inggris nampak menunjukan kemunduran. Tercatat, pada tiga tahun terakhir, hanya ada tiga tim yang sanggup menembus fase semi final UEFA Championship League.

Peta persepakbolaan Eropa berubah. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, dominasi tim-tim Liga Inggris mulai tergeser oleh kekuatan sepakbola Spanyol dan Jerman. Liga Spanyol sukses menyematkan sembilan semi finalis, tiga finalis, dan dua juara. Sedangkan Liga Jerman punya enam semi finalis dan satu juara.

Menurut goal.com, dari lima belas tim Inggris yang berlagadi tahap penyisihan grup, hanya tersisa delapan tim di fase perempat final, dan hanya ada tiga tim yang sanggup mencapai babak semi final. Artinya, tim-tim Inggris lemah pada fase gugur. Dan, mereka lebih banyak menelan kekalahan saat harus melakoni laga tandang.

Lantas, apa yang membuat kekuatan tim-tim Inggris merapuh? Di liga domestik merekadikenal istilah Boxing Day. Seluruh tim Inggris tetap memainkan pertandingan,meski saat itu sedang berlangsung libur Natal. Dampaknya, kesebelasan Inggris kelelahan karena tidak mendapatkan jatah libur seperti liga top Eropa lainnya. Saat kesebelasan La Liga, Bundesliga, Serie A, dan Ligue 1 libur pada Natal dan Tahun Baru, Liga Primer terus berjalan tanpa ada jeda libur.

Hal ini berkaitan dengan fakta kekalahan Chelsea atas Paris Saint Germain di UEFA Championship beberapa waktu lalu. Ketika PSG tidak bertanding pada 21 Desember hingga 4 Januari, Chelsea justru berjibaku menjalani sejumlah laga. The Blues rajin bertandang ke markas Stoke City, Southampton, dan Tottenham Hotspur, serta menjalani dua laga kandang melawan West Ham dan Watford.

Michele Platini, legenda Juventus dan Prancis yang kini menjabat presiden UEFA, pernah menyindir Inggris soal sistim pertandinganBoxing Day. Saat Inggris tampil buruk pada Piala Dunia 2010, Platini menyebut bahwa Inggris seperti singa di musim gugur tapi seperti anak domba saat memasuki musim semi.

Hal tersebut diperkuat oleh data yang dilansirEA Sports Player Performance Index,bank datapengolahan data resmi performa para pemain Liga Inggris. Dari data yang dihimpun, terdapat fakta bahwa akumulasi jumlah sprint para pemain Liga Inggris menurun setelah melewati periode Natal.

Sebelum Natal, Torehan jarak lari rata-rata para pemain kesebelasan Inggris yang berlaga di UEFA Championsip mencapai 108,5 km per pertandingan, dengan rata-rata jumlah sprint per 508 pertandingan. Setelah Natal, jarak lari meningkat menjadi 110 km, namun jumlah sprintmereka menurun hinggai 493 kali per pertandingan.

Namun, faktor kelelahan sepertinya tidak pantas dijadikan alibi bagi tim-tim Inggris yangberguguran di Eropa. Terkait penurunan prestasi kesebelasan Inggris,mereka memang tidak bisa menghindar dari ketatnyaBoxing Day dan menyalahkan tidak adanya jatah libur Natal dan tahun baru. Faktanya, Liverpool sanggup menjuarai UEFA Championship pada 2005, diikuti Manchester United pada 2008, dan Chelsea pada 2012. Mereka berhasil menduduki posisi tertinggi di Eropa walau harus menjalani kerasnya Boxing Day.

Faktor kegagalan kesebelasan Inggris di Liga Champions pada musim ini lebih dikarenakan lawan yang mereka hadapi. Berbeda dengan musim-musim lalu ketika Manchester United hanya melawan wakil Yunani, Olympiakos.Sementara Chelsea, berhasil menumbangkan wakil Turki, Galatasaray.

Hal tersebut sangat berbeda pada apa yang terjadi di musim ini. Chelsea keok karena menghadapi kesebelasan dengan pelatih dan pemain super yang dimiliki Paris Saint German. Sementara City kembali bertemu Barca dengan sejarah hebat di kompetisi Eropa. Sementara Arsenal, tim ini masih setia dengan kegagalan loolos babak 16 besar dalam empat musim terakhir.

Bukan tidak mungkin tim-tim Liga Inggris akan menghilang di peta kekuatan persepakbolaan top Eropa. Sejak tahun 2001 dan 2012, hak istimewa diberikan UEFA kepada sepakbola Inggris atas penilaian prestasi mereka dalam lima tahun terakhir. Penilaian ini diukur karena Inggris berhasil mengirimkan delapan finalis di UEFA Championship dalam kurun 2005-2012, dan memenangkan tiga di antaranya. Namun, apa yang terjadi pada tiga musim ke belakang membuat ancaman baru atas kerja keras kesebelasan Liga Inggris yang telah diukir sebelumnya.

Sebenarnya, Inggris tetap akan memiliki empat wakil untuk musim mendatang(2015-2016). Namun, pada musim 2017-2018 eksistensi keempat wakil tersebut masih abu-abu. Mengingat musim ini, seluruh tim Inggris terhentidi setengah perjalanan kompetisi Eropa.

Menarik untuk ditunggu, apakah pamorsepakbola Inggris di Eropa akan tetap terjaga. Tentu, hal ini sangat ditentukan olehwakil-wakil merekayang berlaga di kompetisi tertinggi se-Eropa. Apakah di antara Chelsea, duo Manchester, Arsenal, atau bahkan Liverpool yang sanggup menyelamatkangengsi persepakbolaan Inggris di mata Eropa bahkan dunia? God Save The Queen!

Adhimas Faisal

 

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 712
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 869
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 820
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Energi & Tambang