Sebuah Catatan Olahraga

9 Langkah Sukses Prestasi dan Penyelenggaraan di Asian Games 2018

| dilihat 2143
 
Indonesia menggantikan Vietnam yang punya masalah pendanaan sebagai tuan rumah Asian Games ke-18. Momen ini sangat dinantikan pemerintah dan masyarakat Indonesia sejak lama. Kali ini, Indonesia akan menggelar Asian Games ke-18 pada tahun 2018 didukung oleh tiga kota, Jakarta, Palembang dan Bandung.
 
Dipilihnya Indonesia jadi tuan rumah secara resmi dalam rapat pleno OCA, 20 September 2014 di Incheon, tak lepas dari sukses Indonesia dalam menggelar event olahraga internasional belakangan ini, seperti Asian Games Pantai di Bali pada 2008 dan SEA Games 2011 di Jakarta, yang didukung kota Palembang dan gelaran kejuaraan internasional lainnya. 
 
Asian Games ke-18 adalah kali kedua Indonesia jadi tuan rumah. Yang pertama pada Asian Games (AG) ke-4 tahun 1962. Sebagai tuan rumah di Asian Games 1962, Indonesia mampu unjuk prestasi, berada di peringkat kedua. Selepas itu prestasi Indonesia di Asian Games tak kunjung beranjak meningkat malah merosot tajam.
 
Pada Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, Indonesia berada di peringkat 17 dengan perolehan 4 emas, 5 perak, dan 11 perunggu.  Satu emas diperoleh dari limpahan emas dari atlet Wushu Malaysia, Tai Cheau Xuen, yang terbukti mengunakan doping, sehingga Komite Olimpiade Asia (OCA) menetapkan atlet Wushu Indonesia, Juwita Niza Wirsa, yang tadinya memperoleh perak berhak atas emas di nomor nandao itu.
 
Di tengah terpuruknya prestasi olahraga, Indonesia kembali dipercaya menggelar event tersebut. Mampukah Indonesia menyamakan sukses prestasi dan penyelenggaraan seperti ketika pertama kali? Untuk itu, dalam kurun empat tahun ke depan, Indonesia harus kerja ekstra keras dalam mengejar ketinggalan
 
Berikut sembilan langkah atau terobosan yang menurut penulis menjadi sesuatu yang penting dan tak bisa diabaikan oleh penyelenggara dan pembina olahraga di tanah air untuk mencapai sukses penyelenggaraan sekaligus prestasi 
di Asian Games 2018:
 
1. Kesiapan Pemerintah Soal Dana
Sebagai tuan rumah Asian Games, pemerintah Indonesia harus siap dalam soal dana. Seperti halnya, Asian Games ke-17 di Incheon, tak sedikit dana yang digelontorkan pemerintah Korea, setidaknya dua miliar dolar AS uang yang digunakan dalam gelaran empat tahunan itu. Maka Indonesia harus jauh-jauh hari berhitung.. Jangan sampai, seperti yang terjadi pada Vietnam, tiba-tiba mundur karena kesulitan dana. Melibatkan swasta menjadi jalan penting dalam menjadikan event ini terlihat lebih sehat dalam pendanaan, baik berupa konsorsium atau format lain, yang tentunya terkordinasi secara sistematis dan terstruktur sehingga meminimalisir terjadinya kecurangan.
 
2. Kesiapan Infrastruktur
Kesiapan infrastruktur dalam mendukung penyelenggaraan sangatlah penting. Baik dari sisi teknologi, sarana dan prasarana, serta transportasi yang menjadi prioritas utama dalam suksesnya penyelenggaraan. Dari mulai transportasi busway, MRT (Mass Rapid Transportation), perbaikan dan pembangunan sarana dan prasarana stadion olahraga maupun penginapan bagi atlet dan ofisial, baik yang lama maupun baru sangat perlu dilakukan dalam menunjang kegiatan ini.
 
3.Tingkatkan Perolehan Medali Cabang Unggulan
Cabang bulu tangkis dan angkat besi hingga kini menjadi ladang emas bagi Indonesia di pentas internasional. Maka, pembinaan atlet, dari sisi kaderisasi maupun peningkatan kualitas dari cabang ini harus terus dilakukan. Tentunya dengan lebih banyak mengikuti kejuaraan di luar negeri sehingga jam terbang para atlet lebih terasah. 
 
 
4.Fokus Pada Cabang Olimpiade dan Tradisional
Selain fokus dalam pembinaan terhadap cabang-cabang lumbung emas, seperti bulu tangkis, angkat besi, berkuda dan panahan. Kini, sebaiknya Indonesia juga mulai fokus dalam pembinaan pada cabang-cabang terukur, maupun cabang yang menyediakan medali emas terbanyak seperti: atletik, renang, dan sebagainya.Bidikan terhadap cabang ini menjadi penting dalam melebarkan peluang Indonesia menyumbangkan emas. Di Asian Games ke 17, Maria Londo telah mengawali dengan prestasi baiknya, lewat emas dari nomor lompat jauh. Tak lupa, cabang-cabang tradisional Asia seperti Wushu, Perahu Naga dan Pencak Silat juga terus ditingkatkan lagi dalam pencapaian prestasi terbaik karena potensial medali buat Indonesia.
 
5.Perbaikan Kesejahtaraan Atlet dan Pelatih  
Suasana kondusif di lingkungan atlet, pelatih dan pengurus olahraga sangat penting dalam meningkatkan kualitas prestasi. Untuk itu, kesejahteraan mereka, terutama atlet dan pelatih, dalam soal uang saku, makanan, penginapan, dana try out dan sebagainya, seharusnya tak lagi jadi kendala dalam sebuah pembinaan olahraga. Selama ini masih kerap terjadi tertundanya aliran dana ke atlet sehingga menghambat dan memudarkan konsentrasi mereka. Untuk itu, diperlukan komunikasi yang baik sehingga suasana kondusif akan tercipta yang berujung pada prestasi yang lebih baik.
 
6.Tingkatkan Sponsorship
Selama ini sponsor hanya bertumpuk pada cabang olahraga populer dan berprestasi saja, seperti bulu tangkis dan sepak bola. Kedua cabang ini kerap menggelar kejuaraan, baik di tingkat daerah, nasional maupun internasional. Sponsor pun tak bisa disalahkan. Justru ini jadi tantangan bagi para pembina dan atlet. Meskipun, mereka terlebih dulu membuktikan prestasi dan berikutnya peluang mendapakan sponsor akan tercipta. Karena itu, ada baiknya, para pembina olahraga memikirkan bagaimana menjaring sponsor agar mau mendukung beragam kejuaraan secara kontinu dan berjenjang dari cabang terukur ataupun cabang olimpiade sehingga akan terjaring atlet-atlet handal. Setelah itu, yakinkan pihak sponsor untuk mendanai atlet-atlet berprestasi di tingkat lokal untuk mengikuti kejuaraan nasional, internasional ataupun kejuaraan dunia.
 
7.Tingkatkan Keamanan dan Kebersihan Lingkungan
Selain perbaikan infrastruktur. Masalah keamanan dan kebersihan menjadi hal utama yang harus diperbaiki oleh pemerintah daerah kota penyelenggaraan, seperti Jakarta, Palembang dan Bandung. Jangan lagi terlihat kejahatan merajalela di venue-venue olahraga ataupun sampah-sampah berserakan di jalan-jalan protokol, ataupun daerah wisata. Untuk itu, pemda terkait harus mulai kembali giat berkampanye tentang pentingnya menjaga kebersihan maupun meningkatkan keamanan di masyarakat. Jika masalah estetika dan keamanan bisa ditunjukkan oleh bangsa ini, maka penyelenggaraan Asian Games bisa dikata sukses. Karena hadirnya ribuan tamu ini adalah ‘duta pariwisata non profesional’ yang akan bercerita tentang kondisi Indonesia ke negara mereka masing-masing, yang berimbas pada industri pariwisata Indonesia ke depan.
 
8.Tingkatkan Ketrampilan Staf Pendukung
Sumber daya manusia (SDM) menjadi faktor penting. Tak hanya SDM resmi tapi SDM lapangan juga harus dipilih yang mumpuni. Seperti halnya, liaison officer (LO), harus fasih dalam berbahasa Inggris ataupun bahasa dari negara peserta akan jadi nilai tambah. Begitu juga tenaga keamanan, pengemudi ataupun staf kebersihan, harus dimodali dengan perilaku yang santun dan bisa berkomunikasi dengan baik. Begitu pula masyarakat harus ditanamkan sikap peduli sebagai tuan rumah yang baik. 
 
9.Konsep Pembukaan dan Penutupan yang Memorable
Melihat konsep pembukaan Asian Games di Incheon, sangatlah luar biasa. Korea Selatan mampu menyuguhkan atraksi hiburan yang mengkolaborasi budaya modern, yakni K-Pop-nya dengan budaya tradisonal serta atraksi teknologi modern. Alhasil gelaran itu menampilkan sebuah atraksi yang indah.
 
Berkaca dari penyelenggaraan di Korea, Indonesia juga harus mampu menampilkan wajah budaya Indonesia secara cantik dan apik serta tak membosankan. Sehingga format acara akan menjadi sesuatu yang memorable, tak mudah dilupakan.  
 
Karena itu, melibatkan tokoh-tokoh budaya tradisional dan pelaku kreatif modern sangatlah penting dalam merumuskan sebuah acara pembukaan dan penutupan yang spektakuler dan memorable.  (Tulisan ini ditulis oleh Nur Baety Rofiq dan dimuat di majalah Gading Serpong Voice edisi Oktober 2014)
Editor : Nur Baety Rofiq
 
Energi & Tambang
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1096
Rumput Tetangga
Selanjutnya