Aktris Bukan Sekadar Bintang Film

| dilihat 2025

“ I'm not a film star, I am an actress. Being a film star is such a false life, lived for fake values and for publicity.” [Vivien Leigh]

KAMPUS Aswara (Akademi Seni & Warisan Negara) Malaysia – Kuala Lumpur malam itu temaram. Sejumlah mahasiswa dan mahasiswi jurusan teater, baru saja usai mementaskan lakon “Rumah Kedai Jalan Seladang,” yang berkisah tentang kaum machiavellian di jaman pendudukan Jepang.

Lakon itu ditulis oleh Johan Jaafar (kini Tan Sri dan chairman Media Prima yang membawahi TV3, TV7, TV8, TV9, New Straits Time, Berita Harian, Metro, Hot FM, dan lain-lain). Diangkat dari cerita pendek A. Samad Ismail.

Usai pentas saya sempatkan sembang-sembang (ngobrol) dengan para pelakon yang serius sekali bermain. Tak hanya karena pergelaran itu merupakan salah satu kewajiban mereka dalam rangkaian studi. Tapi, lebih karena mereka ingin sungguh menjadi aktor yang kelak akan mewarnai panggung teater, film, dan film seri televisi di Malaysia, Indonesia, Thailand dan beberapa negara ASEAN lagi.

Maklumlah, 2015 sudah berlangsung Masyarakat Ekonomi ASEAN. “Bila kita tak cakap menjadi aktris, kita hanya menjadi bintang saja,” kata salah seorang mereka yang masih belia. Menjadi aktor dan menjadi sekadar bintang, apalagi sekadar menjadi seleberitas memang setali tiga nilai.

Kesadaran semacam itu, sebenarnya bukan baru. Sejak dekade 50-an para pelakon berlomba menjadi aktor dan aktris. Mereka tak mau terjebak hanya menjadi sekadar bintang. Adalah aktris sohor Vivien Leigh yang mengatakan,  “I'm not a film star, I am an actress. Being a film star is such a false life, lived for fake values and for publicity.” Aku bukan bintang film, aku seorang aktris. Menjadi bintang film masuk ke dalam  kehidupan palsu, hidup dengan nilai-nilai palsu dan sekadar untuk mencapai publisitas.

Aktor dan aktris hidup dalam realitas pertama dengan segenap nilai dan norma yang memengaruhinya. Dengan pengetahuan, integritas, kepribadian, dan disiplin profesionalnya mereka mewarnai kehidupan pada realitas kedua (kehidupan sebagai lakon film, film seri televisi, teater dan lainnya).

Menjadi aktor dan aktris adalah menjadi profesional. Dengan pengetahuan (multi disiplin, termasuk pengetahuan tentang psikologi, sosiologi, dan bahkan pengetahuan lain), sehingga ketika mereka memerankan sesuatu tokoh, yang hadir sungguh tokoh itu.

Menjadi seorang aktor atau aktris kuncinya adalah disiplin terhadap diri sendiri, seperti disebut Isabelle Adjani. Aktris ternama ini mengatakan, dia percaya, kesungguhan kerja dengan disiplin yang teguh, akan membuat seseorang menjadi aktor dan aktris berkualitas. Walaupun, misalnya, ketika memasuki dunia film dan film seri televisi untuk pertama kalinya, mereka terseret oleh obsesi bintang.

“Berusahalah menjadi seorang aktris dan bukan sekadar bintang,” ungkap Julia Robert. “Seorang aktris mempunyai kejutan passion yang tak bisa didapat semua orang.”

Julia Robert benar. Setiap orang yang bersungguh – sungguh menjadi aktris dan tidak sekadar menjadi bintang, akan mendapatkan nilai lebih. Bahkan, ketika dia hanya memerankan karakter sambil lalu hanya pada beberapa scene.

Para mahasiswa dan mahasiswi Aswara yang berbincang dengan saya, itu sadar, dengan menjadi aktris dan aktor, mereka tidak memburu remah-remah dunia entertain. “Popularitas akan anda dapatkan dengan sendirinya, begitu Anda menjadi seorang aktris atau aktor. Dan eksistensi Anda, tercatat sebagai profesional dalam waktu yang panjang,” ungkap Angelina Jolie.

Para aktor dan aktris memang punya falsafah keren: “Kita dapat mengukur, kapan redupnya bintang, tetapi kita tak dapat memprediksi, bila seorang aktris hilang dari ingatan kita..” | sem haesy

Editor : Web Administrator
 
Energi & Tambang
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1158
Rumput Tetangga
Selanjutnya