Reorientasi ke Sistem Kesejahteraan Semesta

| dilihat 537

Catatan Haédar Muhammad

Berulang kali kita mendengar Presiden Prabowo Subianto bicara perihal Indonesia (yang) terlalu kaya, meski saya lebih suka menggunakan istilah Indonesia yang terlanjur kaya.

Ketika menyampaikan pidato pertama setelah pelantikannya sebagai Presiden Republik Indonesia (20/10/24) pada Sidang Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), ia menyatakan komitmen menyiapkan Indonesia menghadapi tantangan global yang makin kompleks. Antara lain melalui swasembada pangan dan energi, kedaulatan politik, serta kemandirian ekonomi

Tak keliru memang. Indonesia terlalu (terlanjur) kaya dengan sumber daya alam dan modal manusia, sebagaimana Indonesia juga terlalu kaya dengan masalah. Apa yang dikemukakannya bukan sesuatu yang mustahil, bila bangsa ini mampu mengatasi 'kekayaan masalah' yang terus menggandoli dan menghadangnya sepanjang 79 tahun.

Masalah utama dari berjuta masalah yang menghadang bangsa ini berpangkal pada belum mewujudnya keadilan, yang dipicu oleh terus berlangsungnya tarung kepentingan (politik dan ekonomi) tak usai sudah. Tanpa kecuali, kian bertambah luasnya jarak budaya para petinggi penyelenggara negara dan pemerintahan dengan nilai (termasuk norma dan etika) dan ideologi inti kebangsaan Indonesia di seluruh aspek kehidupan.

Karenanya, perlu transformasi besar minda kebangsaan yang mesti dilakoni dalam praktik bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa sehari-hari. Khasnya dalam tata kelola sistem sosial, ekonomi, dan politik, dengan mengembalikan penyelenggaraan pemerintahan dan negara ke garis dan sumbu azimuth-nya sebagaimana tersimpan dalam pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia (18 Agustus) 1945.

Politik ekonomi berbasis sumber daya alam sebagaimana termaktub (tersurat dan tersirat) -- sekurang-kurangnya -- dalam Pasal 33 UUD 1945 ayat (1) dan ayat (3) mesti dimanifestasikan senyatanya. Pasal ini sesungguhnya memandu siapapun penyelenggara negara dan pemerintahan yang berintegritas dan kompeten untuk membebaskan bangsa ini dari jaring dan jerat kapitalisme global dan sosialisme mondial.

Pasal 33 UUD 1945 telah memberi isyarat, politik ekonomi berbasis sumber daya alam, mesti mengacu pada sistem universe prosperity - kesejahteraan semesta. Yakni :  sistem ekonomi berbasis usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan berbasis etika dan moral;  sistem tata kelola sumber daya alam (bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya) dalam penguasaan negara dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. 

Maknanya adalah politik ekonomi berbasis keadilan dan setiap warga negara, warga bangsa secara personal dan sosial wajib berkontribusi berlandaskan kesetaraan dan keadilan.

Dimensi Kedalaman Manusia

Terkait dengan hal tersebut, maka tak bisa tidak, penyelenggara negara dan pemerintah mesti laiknya 'sirih pulang ke tangkai,' kembali ke jati dirinya sebagai bangsa yang relijius, manusiawi, bersatu, cerdas dan arif dalam berdemokrasi, serta berkomitmen kuat terhadap keadilan sosial sebagai keadilan kolektif.

Setarikan nafas, prioritas penyelenggaraan negara dan pemerintahan mesti bertolak dari kesadaran mengubah minda (tata pikir) tentang pembangunan. Soedjatmoko -- (Rektor Universitas PBB Tokyo, 1980-1987) -- lewat buku pumpunan pemikirannya bertajuk "Dimensi Manusia dalam Pembangunan (1983) telah memandu kita untuk mendalami hakikat:  Pembangunan ekonomi sebagai masalah kebudayaan; Daya cipta sebagai unsur mutlak dalam pembangunan; Kesadaran sejarah dan (konteksnya dengan) pembangunan; (Relasi) Teknologi, pembangunan dan kebudayaan; Sistem nilai dan pendidikan tentang lingkungan hidup manusia; Nilai-nilai budaya dan masalah pemukiman; System Analisis dalam lingkungan sosial-budaya Indonesia; (Keterkaitan) Futurologi dan kita; (Menelisik dan menemukan) Model kebutuhan dasar; (Mengenali pasti) Dimensi-dimensi struktural kemiskinan; dan, (Memahami) Sistem politik yang relevan dalam pembangunan.

Pemikiran Soedjatmoko tersebut relevan dengan sistem takaran pembangunan dunia (indeks pembangunan manusia, indeks pembangunan kebudayaan, indeks kebahagiaan). Relevan pula dengan SDG's (sustainable development goals) dengan 17 tujuan pembangunan yang ditetapkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan bagi semua orang di planet ini (Tanpa Kemiskinan; Tanpa Kelaparan; Kehidupan Sehat dan Sejahtera; Pendidikan Berkualitas; Kesetaraan Gender; Air Bersih dan Sanitasi Layak; Energi Bersih dan Terjangkau; Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; Industri, Inovasi dan Infrastruktur; Berkurangnya Kesenjangan; Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan; Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; Penanganan Perubahan Iklim; Ekosistem Lautan; Ekosistem Daratan; Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh; dan, Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).

Pemikiran tersebut relevan pula dengan pemikiran James Martin (1933-2013) tokoh revolusioner Universitas Oxford Inggris tentang 17 tantangan Abad XXI, khasnya bagi generasi baru. Mulai dari bagaimana menyelamatkan bumi, membalik kemiskinan, stabilisasi pertumbuhan populasi penduduk, mencapai gaya hidup lestari (sustainable life data-style), mencegah perang total (yang dapat memicu Perang Dunia III), menghadapi secara efektif globalisasi, melindungi biosfer, menolak terorisma, mengembangkan dan mengendalikan budaya kreativitas berbasis sains dan teknologi, menaklukan penyakit, memperluas potensi manusia, mengendalikan singularitas, menghadapi risiko eksistensial, menjelajahi transhumanisma, merencanakan peradaban lanjutan, memodelkan sistem planet, serta menjembatani kesenjangan keterampilan dengan kearifan.

Penegak Humum yang Unggul dan Jujur

Merujuk pada pemikiran Soedjatmoko dan Martin tersebut dan melihat relasinya dengan acuan SDG's, tantangan besar Presiden Prabowo Subianto adalah memusatkan perhatian pada pembangunan manusia untuk mencapai hakikat dimensi kedalaman manusia sebagaimana istilah yang dipergunakan Sutan Takdir Alisjahbana. Karena manusia merupakan subyek utama dalam mewujudkan diginitas Indonesia sebagaimana tercermin dalam ekspresi pemikiran Presiden Prabowo Subianto.

Mengambil jarak dengan kapitalisme global dan sosialisme mondial dan beralih kembali ke sistem kesejahteraan semesta yang berkeadilan (universe prosperity) -- sebagaimana mengemuka di awal dan pertengahan Abad ke XX oleh pemikiran Yang Utama HOS Tjokroaminoto dan diterapkan oleh Sarekat Islam -- yang diserap Bung Karno dan kawan-kawan, adalah pilihan yang relevan kini. Khasnya, ketika kini kita sedang berada di tengah perubahan anomali (kegamangan, ketidakpastian, keribetan, dan kemenduaan).

Dalam pidatonya di Jakarta, 14 Januari 2018, Prabowo Subianto lantang menyatakan realitas Indonesia yang disebutnya sebagai "Paradoks Indonesia." Negara Kaya, namun rakyatnya masih banyak yang miskin. Di kalangan akademisi, istilah yang disebut Prabowo itu disebut sebagai Dutch desease (penyakit walanda). Suatu istilah yang secara luas merujuk pada konsekuensi berbahaya dari kekayaan sumber daya alam suatu negara yang tak berdampak pada peningkatan kesejahteraan rakyatnya.

Dalam pidatonya tersebut, Prabowo Subianto mengemukakan, kita harus melakukan reorientasi pembangunan dan pengelolaan Republik Indonesia, yang diperlukan, karena bangsa yang kokoh hanya bisa diwujudkan jika negara tersebut bisa: swasembada pangan, swasembada energi, dan swasembada air bersih. (Sekaligus) memiliki lembaga-lembaga pemerintahan yang kuat,... hakim-hakim yang unggul dan jujur, jaksa-jaksa yang unggul dan jujur, polisi-polisi yang unggul dan jujur, intelijen yang unggul dan setia kepada bangsa dan rakyat, dan juga, angkatan perang yang unggul. Tentara yang kuat, tentara rakyat yang setia kepada rakyat dan bangsa. Tentara yang tidak kalah dengan tentara-tentara terbaik di dunia.

Prabowo, ketika itu juga menyatakan, mengemukakan asanya, memusatkan perhatian untuk mewujudkan ekonomi yang mengutamakan rakyat, ekonomi yang adil, ekonomi yang memakmurkan semua orang Indonesia, dan ekonomi yang melestarikan lingkungan Indonesia.

Setarikan nafas, ia menyimpan tekad, akan menciptakan lapangan pekerjaan untuk rakyat; meningkatkan daya beli masyarakat. "Jika rakyat memiliki uang yang cukup, seluruh roda ekonomi akan berputar. Pabrik-pabrik akan berjalan. Produksi akan meningkat. Kebutuhan-kebutuhan rakyat akan terpenuhi."

Kecintaan Rakyat

Kita melihat, kini Prabowo sedang mengayunkan langkah mewujudkan tekadnya dalam berbagai hal (antara lain: memerangi kemiskinan, meningkatkan kualitas pendidikan, memperkuat program Keluarga Berencana, penyediaan susu dan makan siang dan bergizi, serta menghormati ulama, kyai, pemuka agama, dan lain-lain).

Berbagai pandangan Prabowo kala itu relevan dengan semangat paradigma dan reorientasi pembangunan dari program oriented ke peoples oriented alias program mengikuti realitas rakyat. Tanpa kecuali, hendak mewujudkan prinsip mutual respect yang diwariskan para pejuang pendiri bangsa. Salah satu prinsip asasi pembangunan berorientasi universe prosperity.

Ia katakan, dalam pidatonya kala itu, "Kami akan tanamkan dan jalankan sikap-sikap dan filosofi-filosofi terbaik dari leluhur bangsa kita: Sikap pendekar yang tidak kenal menyerah; Sikap sabdo pandito ratu yang selalu tepat ucapan; Sikap rame ing gawe, sepi ing pamrih yang mendahulukan kepentingan yang besar; Sikap pemimpin bekerja agar wong cilik iso gumuyu; Sikap percaya pada kekuatan sendiri, berdiri di atas kaki kita sendiri; dan Sikap lebih baik mati daripada dijajah kembali.

Termasuk pernyataan, "Kita harus wujudkan keamanan untuk semua. Keadilan untuk semua. Kemakmuran untuk semua. Bukan keamanan hanya untuk orang kaya. Bukan keadilan hanya untuk yang bisa bayar. Bukan kemakmuran hanya untuk segelintir orang saja, yaitu kurang dari persen penduduk Indonesia."

Prabowo dan aparatur pemerintahannya mesti berjuang mewujudkan apa yang pernah diucapkannya, "Ingatlah, tidak ada kuasa di dunia yang langgeng kalau tidak dicintai rakyatnya sendiri." |

Editor : delanova
 
Ekonomi & Bisnis
27 Okt 24, 17:53 WIB | Dilihat : 847
Pencapaian Industri Halal Malaysia
12 Okt 24, 12:51 WIB | Dilihat : 1202
Dialog dengan Karyawan di Penghujung Operasi Perusahaan
03 Apr 24, 04:18 WIB | Dilihat : 2114
Pertamina Siap Layani Masyarakat Hadapi Lebaran 2024
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 2305
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
Selanjutnya
Energi & Tambang