Presiden dan Mufti Chechnya Sebut Macron Teroris Nomor 1 di Dunia

| dilihat 683

Arus balik serangan dunia terhadap Macron terus mengalir bertubi-tubi. Presiden Prancis yang secara maraton sejak 2 Oktober 2020 terus menerus melakukan serangan terhadap islam dalam berbagai pidatonya.

Meski sudah mendapatkan reaksi keras dari pemimpin negara-negara berpenduduk muslim, seperti Turki, Pakistan, Kuwait, Qatar, Maroko, Aljazair, Malaysia dan berbagai negara lain,  dan sudah memakan korban di beberapa bagian negaranya, Marcon sang machiavellian terus ngotot dengan pikirannya sendiri.

Dengan berbagai dalih, Macron mengatakan, bahwa yang dia perangi adalah terorisme dan radikalisme Islam dan karenanya dia melindungi kebebasan siapa saja di negerinya untuk menyatakan pendapat dan perlawanan atas kaum muslim yang dianggap menebar benih separatisme di negerinya.

Tabloid Charlie Hebdo yang menghina nabi Muhammad yang mengawali penistaan terhadap nabi Muhammad, memasang poster raksasa kartun penghinaan itu di bagian depan gedung kantornya.

Sejak 27 Oktober lalu, reaksi keras datang dari Chechnya, kampung halaman Abdullakh Anzorov yang menikam Samuel Paty yang kematiannya diperingati di halaman Sorbonne Universitè, Paris dan dimanfaatkan Macron untuk memberikan aksentuasi tuduhan negatifnya terhadap islam.

Presiden Chechnya Ramzan Kadyrov, 44,  dari pusat kota Grozny mengatakan, keputusan Macron untuk menciptakan "Islam yang Tercerahkan" di negaranya (Prancis) dan penolakannya untuk mengutuk kartun Nabi Muhammad, menunjukkan Macron memberikan ruang bagi lahirnya teroris-teroris.

Mufri Besar Chechnya Salakh Mezhiev menyatakan, Macron merupakan teroris nomor satu dunia.

Kedua pemimpin Chechnya, itu menyatakan pendapat kerasnya itu di hadapan ribuan muslim, rakyat Chechnya, yang memperingati Maulid Nabi Muhammad dengan segala kemegahan. Peringatan itu juga dihadiri pemuka tokoh Kristen, termasuk Kristen Ortodox.

Pada kesempatan itu, Ramzan Kadyrov mengkritik tajam Presiden Prancis Emmanuel Macron dan membandingkannya dengan seorang teroris. "Otoritas Prancis mendukung penerbitan kartun Nabi Muhammad. Tindakan Presiden Emmanuel Macron telah menyinggung hampir dua miliar muslim di dunia ini hanya untuk alasan menjamin 'kebebasan berbicara'.

Senada dengan pernyataan Presiden Turki Erdogan yang meminta Macropn memeriksakan kesehatan mentalnya, dan mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad yang menyatakan Macron tidak beradab, Ramzan menyatakan, "Saya tidak tahu bagaimana keadaan Macron ketika dia membuat pernyataan yang melukai muslim di dunia itu, tetapi konsekuensi dari reaksi seperti itu bisa sangat tragis."

Di jejaring sosial "VKontakte" Ramzan Kadirov menulis, "Presiden Prancis sendiri sekarang menjadi seperti teroris. Dengan mendukung provokasi, dia diam-diam menyerukan kepada umat Islam untuk melakukan kejahatan."

Akan halnya Mufti Chechnya Salakh Mezhiev, 26 Oktober 2020 menyatakan, "Macron mengeluarkan perintah untuk menggantung kartun penghinaan kepada Nabi Muhammad di semua gedung pemerintahan di negara ini. Ini bukan hanya tindakan tidak bertanggung jawab yang melampaui semua batas moral dan etika, tetapi sekaligus merupakan serangan yang direncanakan untuk menyerang Islam. dan seluruh komunitas Muslim, yang bisa mengakibatkan korban manusia baru. Macron, Anda adalah teroris nomor satu di dunia,"ungkap Salakh Mezhiev seperti dikutip dalam postingan laman Chechnya Muftiate di Instagram.

Dalam pandangan Ramzan Kadyrov, Presiden Prancis Emmanuel Macron "memaksa orang ke dalam terorisme."

Kantor berita Reuter mengabarkan, Ramzan Kadyrov, sekutu terpercaya Presiden Rusia Vladimir Putin, bahwa pernyataan Presiden Prancis  Macron memperingatkan warga Perancis yang tinggal atau bepergian di negara-negara mayoritas Muslim untuk berhati-hati karena kemarahan atas karikatur nabi, menunjukkan sikap memusuhi islam memang direncanakan.

Menggambarkan Nabi Muhammad sebagai karikatur atau dalam konteks apapun yang tidak dihormati dipandang sebagai penghujatan oleh banyak Muslim.

Kadyrov adalah putra dari mantan Presiden Chechnya Akhmad Kadyrov, yang pernah menaklukan pemberontakan di negerinya. Kadyrov menolak, bahwa Abdullakh yang menikam Samuel Patty dibesarkan di Chechnya. Mahasiswa, itu kata Kadyrov, dibesarkan di Prancis.

Kadyrov mengemukakan juga, bahwa Macron telah menyalakan api permusuhan terhadap islam dan muslim.

"Sampai dia dan para pemimpin Eropa lainnya mulai menghormati ide-ide seperti 'agama', 'budaya,' 'moralitas,' tidak akan ada masa depan dan ketertiban yang layak di negara mereka," cetus Kadyrov.

Dikemukakannya, "Mengolok-olok agama, menertawakan pengabdiannya - yang mereka anggap kebebasan berbicara, telah menunjukkan, bahwa Macron telah melanggar nilai-nilai orang lain."

Kadyrov mencatat bahwa tidak ada yang berhak memperlakukan agama dengan cemoohan. "Pemerintah Prancis tidak punya nyali untuk mengakui bahwa mengejek agama dan memparodikannya telah menjadi alasan tragedi di pinggiran kota Paris ( pembunuhan Professor Samuel Paty)." | delanova/tass/reuter

Editor : Web Administrator | Sumber : TASS, Reuter, AlJazeera, dan sumber lain
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 634
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 785
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 751
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 823
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1089
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1342
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1483
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya