KOREA UTARA

Politik Airmata Buaya Kim Jong Un

| dilihat 540

Di tengah gelombang presumsi dan persepsi otoriterianisma dan ketertutupan Korea Utara yang tak pernah usai, untuk memelihara kesetiaan dan keteguhan rakyatnya, Pemimpin Korea Utara berhasil memainkan plot dramatik melankoli -melodius bersimbah air mata.

Politik Airmata dimainkan Kim Jong Un, ketika dia berpidato di hadapan rakyatnya di di Lapangan Pyongyang Kim Il Sung, Sabtu - 10 Oktober 2020 lalu, saat memperingati 75 Tahun Partai Buruh yang berkuasa.

Peringatan yang dimeriahkan dengan parade militer dan alat utama sistem senjata (alutista) mutakhir, itu dilakukan dengan mengabaikan protokol Covid-19, karena menurut Kim Jong Un, Korea Utara yang dipimpinnya tidak memiliki kasus tepa nanomonster Covid-19.

Kendati demikian, pada Sabtu pagi, warga berpelitup (menggunakan masker) berbaris untuk meletakkan bunga di patung Kim Il Sung dan Kim Jong Il, ayah dari penguasa saat ini, di Bukit Mansu di Pyongyang.

Kota Pyongyang dihiasi poster raksasa bertuliskan, "Kemuliaan terbaik untuk pesta besar kita." Kantor Berita Sentral Korea sebagai kantor berita resmi Korea Utara mengabarkan, peringatan 75 tahun partai berkuasa berlambang palu, sikat, dan arit berwarna kuning di latar dominan merah, itu disambut sangat sukacita oleh rakyat di Kaesong dan wilayah lain yang kehilangan rumah karena bencana alam belum lama ini.

Peringatan dengan pesta besar yang lama direncanakan, ini ditandai dengan kehidupan lanjut mereka di rumah-rumah baru yang dibangun pemerintah untuk mereka. Rakyat di wilayah bencana, itu memuji Kim Jong Un karena telah menjaga mereka laksana "ayah" yang amat paham derita anak-anaknya.

Di arena upacara megah di Pyongyang, selepas parade militer dan unjuk kekuatan senjata mutakhir, termasuk rudal nuklir balistik antarbenua (ICBM) yang mampu menyerang AS, yang baru diluncurkan, Kim Jong Un naik ke mimbar, dan memulai pidatonya.

Berpakaian jas lengkap warna abu-abu, Kim Jong Un menitikkan air mata, lalu menyeka matanya, kemudian mengenakan kacamata, gestur-gestur ringan dramatik yang disambut burai air mata sebagian terbesar peserta upacara, yang hadir tanda mengenakan pelitup dan tanpa menjaga jarak. Ia sedang memainkan retorika yang menimbulkan kesan kerendahan hati yang puitis, dengan pemujaan tinggi kepada rakyatnya. Momen langka yang melodius.

 “Rakyat telah menaruh kepercayaan, setinggi langit dan sedalam laut kepada saya, tapi saya gagal untuk selalu menjalaninya dengan memuaskan. Saya benar-benar minta maaf untuk itu,”kata pemimpin berusia 36 tahun dengan suara terbata, seperti diungkapkan The Korea Times.

 “Meskipun saya dipercaya memikul tanggung jawab penting untuk memimpin negara ini, dengan menjunjung tinggi perjuangan kamerad agung Kim Il-sung dan Kim Jong-il berkat kepercayaan semua rakyat, upaya dan ketulusan saya belum cukup untuk menyingkirkan kesulitan dari kehidupan rakyat," ungkapnya, sambil menyeka air mata.

Dalam pidatonya dia mengungkapkan apresiasinya yang besar kepada seluruh petugas kesehatan, yang telah mencegah wabah dan melindungi Korea Utara dari virus Covid-19 yang menghancurkan banyak negara dan bangsa, sehingga negara itu nol infeksi virus Corona-19 yang berasal dari China.

"Pemerintah selalu berhasil menghadapi tantangan berat dan cobaan yang terhitung jumlahnya, berkat kekuatan dan kesetiaan rakyat," serunya.

"Saya malu karena saya tidak pernah bisa membayar pengorbanan dan kepercayaan sangat besar dari rakyat," tegasnya dengan terbata. “Upaya dan pengabdian saya tidak cukup untuk membawa rakyat keluar dari kesulitan mata pencaharian,” lanjutnya. Lalu mengungkapkan, dirinya berusaha menciptakan harapan baru, bahwa semenanjung Korea Utara dan Selatan akan "bergandengan tangan" ketika kelak krisis virus korona berkurang.

Pidato sentimental dan melodius, itu dipandang para analis mengisyaratkan tekanan berat yang sedang dihadapi Korea Utara.  Pidato dengan curahan emosional, itu merupakan bukti meningkatnya tekanan pada rezim, yang tidak hanya harus menghadapi bencana alam, pandemi nanomenster Covid-19, tetapi juga sanksi internasional yang kian berat di masa resesi dunia.

Pidato Kim Jong Un, itu dicemooh oleh tokoh oposisi Korea Utara - Kim Chong-in, yang tinggal di Korea Selatan. Dia mengatakan, air mata Jong Un hanyalah, "air mata buaya," dan diucapkan beberapa pekan setelah berlangsung penembakan atas seorang pejabat perikanan Korea Selatan.

Pada hari Sabtu, itu juga Kim Jong Un memperingatkan, bahwa negaranya akan "memobilisasi penuh" kekuatan nuklirnya jika terancam.  Saat ini, memang ada tuntutan, terutama dari Amerika Serikat supaya Korea Utara untuk mematuhi 2018 kesepakatan antar-Korea yang bertujuan untuk menurunkan permusuhan.

Kendati demikian, Kim menghindari kritik langsung terhadap Washington selama acara peringatan yang berlangsung kurang dari empat minggu sebelum pemilihan presiden AS, itu.

Kim lebih fokus pada pesan domestik yang memotivasi rakyatnya untuk tetap teguh dalam menghadapi "tantangan luar biasa" yang ditimbulkan oleh pandemi virus COVID-19 yang menerjang Presiden AS - Donald Trump, dan sanksi atas program nuklirnya.

Dalam peringatan, itu Kim Jong Un nampak bangga menyaksikan ribuan pasukan, tank, kendaraan lapis baja, peluncur roket, dan berbagai macam rudal balistik yang dipasang pada kendaraan peluncur 11 - sumbu, yang juga terlihat untuk pertama kalinya.

Juga ditampilkan berbagai sistem senjata berbahan bakar padat, termasuk yang bisa menjadi versi lanjutan dari keluarga rudal Pukguksong yang dirancang untuk ditembakkan dari kapal selam atau peluncur bergerak di darat.

Rudal tersebut menandai, bagaimana Korea Utara terus memperluas kemampuan militernya di tengah kebuntuan dalam negosiasi nuklir dengan pemerintahan Trump. Sekaligus 'mengabarkan' kepada kekuatan persenjataannya.

Proses diplomasi antara pemimpin di bawah 40 tahun dan sosok dandy berusia matang, memang terkesan berjalan lamban dan diduga analis bakal menimbulkan frustrasi kedua belah pihak.

Kim mengatakan, Korea Utara tidak lagi berkewajiban untuk mempertahankan penangguhan yang diberlakukan sepihak pada uji senjata nuklir dan ICBM, yang oleh Presiden AS Donald Trump disebut-sebut sebagai pencapaian kebijakan luar negeri utama.

Menurut Melissa Hanham, Wakil Direktur Open Nuclear Network - yang berbasis di Austria, seperti diberitakan beberapa media, senjata ICBM yang ditampilkan dalam parade Sabtu, itu merupakan senjata strategis baru yang dijanjikan Kim, kata Melissa Hanham, wakil direktur Open Nuclear Network yang berbasis di Austria.

Hanham menyatakan, Korea Utara telah melakukan uji terbang Hwasong-15 ICBM pada tahun 2017, dan mengembangkan rudal yang lebih besar antar benua, yang  berarti negara tersebut mencoba mempersenjatai senjata jarak jauhnya dengan lebih banyak hulu ledak.

"Korea Utara terus maju dengan strategi nuklirnya terlepas dari tahun sulit yang mereka alami sehubungan dengan pembicaraan diplomatik, banjir dari topan dan Covid-19," kata Hanham dalam wawancara telepon dengan Associated Press (AP). “Saya juga berpikir bahwa ini adalah pesan untuk Amerika Serikat - dia telah menyatakan bahwa dia tidak lagi menahan diri pada moratorium, dan memiliki sesuatu yang baru yang mungkin ingin dia uji.”

Acara peringatan 75 Tahun Partai Buruh berkuasa di Korea Utara itu megah dan meriah, digelar sejak Jum'at hingga Sabtu malam, namun tak disiarkan televisi. Siaran dilakukan sehari kemudian, dengan menayangkan rekaman yang sudah diedit.

Dari siaran ulangan, itu nampak pasukan melangkah bagai angsa, terlihat berbaris pada lintasan di depan Kim Il Sung Square yang terang benderang. Band militer tampil sambil bergerak dalam formasi, membentuk bilangan "10.10," "1945," dan "2020" menandai tanggal, bulan, dan tahun berdirinya partai berkuasa itu.

Para pengisi acara dan puluhan ribu penonton meraung saat Kim berpidato, beberapa saat, setelah jam berdentang tengah malam. Kim, diapit dengan pejabat senior dan tersenyum lebar, melambai ke kerumunan dan mencium anak-anak yang memberinya bunga sebelum mengambil tempatnya di balkon.

Setelah pidatonya, Kim melambai dan menyaksikan dengan teropong perangkat keras militer diluncurkan di alun-alun. Dia memberi hormat saat jet tempur terbang dalam formasi di atas kepala, menggunakan kembang api untuk membentuk simbol Partai Buruh - palu, sikat, dan arit - dan angka 75 di langit.

Korea Utara yang otoriter memandang penting peringatan hari jadi partai buruh, itu dan perayaan minggu ini merupakan acara besar untuk mengagungkan pencapaian Kim sebagai pemimpin. Kim berjuang untuk tetap bertahan dalam ekonomi yang nyaris lumpuh oleh tekanan sanksi ketat dunia internasional yang dipimpin AS selama bertahun-tahun atas program nuklirnya.

Masalah tersebut, ditambah dengan menipisnya cadangan mata uang asing Korea Utara, kemungkinan menghembuskan "badai sempurna" yang mengguncang harga pangan dan nilai tukar serta memicu kepanikan ekonomi dalam beberapa bulan mendatang, kata Lim Soo-ho, seorang analis di Institut Strategi Keamanan Nasional Korea Selatan di  Seoul.

Kim dan Trump telah bertemu tiga kali sejak memulai diplomasi nuklir berisiko tinggi pada 2018. Namun pembicaraan tersendat karena ketidaksepakatan tentang langkah-langkah pelucutan senjata dan pencabutan sanksi yang dijatuhkan pada Korea Utara.

Presiden China Xi Jinping mengirimkan pesan, yang menurut Daily Mail, berisi niat China untuk mempertahankan, mengkonsolidasikan, dan mengembangkan hubungan dengan Korea Utara. Bagi China, Korea Utara cukup penting untuk memperkuat posisinya 'mengatur' Asia, termasuk Asia Tenggara. | tique, delanova

Editor : Web Administrator | Sumber : reuters, fox, the korea times, dan berbagai sumber
 
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 516
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1602
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1386
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 730
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 887
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 838
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya