Olé Olé dari HAWANA 2022

Orientasi dan Transformasi Minda Kewartawanan Malaysia

| dilihat 531

catatan Bang Sém

HAWANA 2022 atau Hari Wartawan Nasional Malaysia, diperingati dengan meriah di Bandar Hilir - Negeri Melaka, Malaysia.

Setelah perhelatan HAWANA 2018, beberapa hari sebelum Pilihan Raya Umum ke 14 -- yang mengubah sejarah politik Malaysia, dan menyebabkan Malaysia berganti tiga Perdana Menteri selama tiga tahun -- kali inilah lagi HAWANA digelar.

Beberapa masa sebelumnya, Perdana Menteri Dato' Seri Ismail Sabri Yakoob sudah menegaskan, HAWANA akan diselenggarakan setiap tahun dan bergerak dari kota ke kota di wilayah Negara Malaysia.

Saya mengambil peduli pada penyelenggaraan HAWANA 2022 di kota Melaka dan dipilihnya 29 Mei -- tanggal terbit perdana Utusan Melayu tahun 1939 -- sebagai tarikh Hari Wartawan Nasional.

Secara historis, media Malaysia, bermula dari kota ini, selain Penang dan Singapura.

Tanggal 29 Mei juga mempunyai nilai asasi bagi keberadaan media di Malaysia. Pada tanggal 29 Mei 1939, dua wartawan - Rahim Kajai dan Yusof Ishak menerbitkan Utusan Melayu.

 

Yusof Ishak, kemudian menjadi Presiden Singapura pertama, ketika bekas pulau Temasek itu terpisah dari Malaya dan menjadi negara sendiri, seperti pernah diceritakan Tan Sri Johan Jaaffar - mantan Pemimpin Redaksi Utusan Melayu, yang kemudian menjadi Chairman Media Prima, sekaligus salah seorang pendiri ISWAMI (Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia Indonesia).

Pilihan atas tarikh 29 Mei sebagai Hari Wartawan Nasional, boleh jadi akan memantik ghirah dan gairah perjuangan wartawan Malaysia.

Terutama, karena pada perkembangannya, Utusan Melayu menjadi pelopor perjuangan intelektual wartawan bumiputera tidak hanya dalam konteks kemerdekaan Malaysia.

Jauh dari itu adalah perjuangan atas kemerdekaan pers (media) yang menjadi simbol perjuangan dan bahkan mengalami tekanan berat selama masa penjajahan Jepun (1945). Utusan Melayu, Malay Mail, dan The Straits Times, dilarang terbit. Lalu terbit kembali pada dekade 60-an, termasuk terbitnya surat kabar baru masa itu, Suara Rakyat.

Tahun 1961, empat tahun setelah proklamasi kemerdekaan Malaysia dipekikkan -- oleh Tengku Abdul Rachman Putra Al-Haj ibni Almarhum Sultan Abdul Hamid Halim Shah -- di Dataran Merdeka - Melaka, para wartawan dan pekerja Utusan Melayu memekikkan kemerdekaan media.

Para wartawan dan pekerja Utusan Melayu dipimpin Said Zahari berjuang keras mendapatkan kemerdekaan redaksional dari bleid politik UMNO (United Malay Nation Organization).

 

Masa itu, UMNO berkeras menuntut Utusan Melayu sebagai media yang berpengaruh di kalangan kaum bumiputera harus memberi dukungan penuh kepada partai politik itu.

Para wartawan dan pekerja Utusan Melayu melakukan aksi mogok selama 93 hari, meski berakhir dengan pengambil-alihan saham mayoritas surat kabar tersebut.

Selepas itu, kemerdekaan wartawan dan media berada dalam bayang-bayang Internal Security Act (ISA) dan berbagai undang - undang yang mengatur media dan kewartawanan.

Undang-undang tersebut memberikan kuasa kepada menteri yang mengaturnya untuk menentukan kebolehan dan ketidak-bolehan siapa menerbitkan media. Termasuk siapa boleh dan tak boleh memimpin media sesuai kebijakan dan kepentingan politiknya.

Walaupun pada dekade 1970 - 1980-an, Dasar Ekonomi Baru Malaysia memberi pengaruh bagi perkembangan industri media, namun tetap saja berada dalam bayang-bayang.

Pertimbangan ekonomi dan politik dalam kekuasaan pemerintah, menempatkan media, bak perahu yang berlayar dalam 'sungai konsolidasi dan konsentrasi' kepemilikan media yang merisaukan, dan memacu wartawan dan pekerja media untuk selalu cerdas dalam bersiasat dengan situasi. Agar tak macam tupai yang jatuh kala melompat.

Pada pelancaran HAWANA 2022 dengan sesanti "Suara Jelata, Aspirasi Negara," wartawan Malaysia memekik dalam batas washatiah - moderasi, melalui sejumlah pemimpin redaksi yang membacakan Deklarasi Melaka 2022, yang menegaskan komitmen dan tanggungjawab kebangsaan.

Komitmen mendukung konstitusi dan prinsip Rukun Negara, juga 'meneriakkan' kebebasan bersuara dan kemerdekaan media untuk memastikan kelangsungan sistem demokrasi yang sehat dan segar.

Komitmen untuk memainkan peran sebagai mata hati rakyat, sekaligus nadi nurani negara bangsa, dengan menegakkan fungsi semak dan imbang (check and balance).

Komitmen pada perubahan dalam kesadaran untuk menjawab tantangan zaman keharmonian negara plural, dengan tanggungjawab yang tidak berubah dalam konteks etika dan profesionalisme, yang terbabit (terkait) dengan integritas dan good governance negara.

Komitmen pada pemberitaan yang benar dan sahih dalam mengimbangi fake news dan hoax yang kian meluas, dengan menegaskan ketepatan dan bukan hanya kecepatan informasi, sekaligus kepatutan, kepantasan dan implikasinya bagi khalayak, negara dan bangsa.

Beranjak dari semua komitmen itu, wartawan Malaysia menegaskan eksistensinya sebagai institusi sosiologis sekaligus institusi negara sebagai pilar keempat demokrasi.

Karena itu, kebebasan wartawan dan kemerdekaan media, mesti dihormati sesuai konstitusi. Dengan demikian, wartawan dan media juga menempa diri sebagai profesional yang memberikan partisipasi aktif, korektif, kritis, dan partisipatif dalam pembangunan negara.

Satu tarikan nafas, wartawan memartabatkan dirinya dan bersatu memerangi berita palsu yang membahayakan bagi pribadi, organisasi, dan pemerintahan.

 

Merespon Deklarasi Melaka 2022 tersebut, Perdana Menteri Malaysia Dato' Seri Ismail Sabri Yakoob, menyatakan, bahwa deklarasi tersebut mencerminkan komitmen dan keseriusan wartawan dalam membantu memperkukuhkan hubungan Keluarga Malaysia serta menjaga keharmonian negara selaras dengan profesionalisme kewartawanan itu sendiri.

PM Malaysia menyambut baik Deklarasi Melaka dan berharap semua wartawan dapat terus mendukung prinsip dan tanggungjawab yang berkaitan dengan etika dan profesionalisme kewartawanan.

PM Malaysia mengakui, "bahwa profesion kewartawanan harus kekal bebas dan berfungsi tanpa gangguan dan campur tangan pihak lain bagi menjamin kebebasan bersuara di negara ini." Ia berkomitmen, pemerintah tidak (akan) pernah menghalangi media menyiarkan berbagai berita.

Bahkan, menurutnya, adakalanya pemberitaan wartawan dan media, menjadi panduan pihak berwenang untuk melakukan aksi governansi dan perkhidmatan kepada rakyat, seperti menyalurkan bantuan untuk kesejahteraan keluarga Malaysia.

PM Malaysia juga berkomitmen, pemerintah senantiasa mendengar dan peduli terhadap reportase dan pemberitaan media. "Semua kementerian dan agensi Kerajaan sentiasa memberi kerjasama kepada media dalam membantu memudahkan penyaluran maklumat yang seimbang, tepat, sahih dan memuaskan hati seluruh Keluarga Malaysia.," tegasnya.

 

PM Malaysia memberikan jaminan, tak ada hal yang hendak disembunyikan oleh pemerintah dalam penyaluran informasi demi kepentingan Keluarga Malaysia dan pembangunan negara. Namun, ia tegaskan pula, pemerintah berharap, wartawan terus menyiarkan laporan yang adil dan proaktif dalam mengeluarkan rancangan (gagasan dan pemikiran) bagi penyelesaian berbagai masalah yang mengemuka dalam beragam isu yang dikemukakan.

PM Malaysia juga yakin, langkah ‘semak dan imbang’ terhadap setiap informasi yang diterima sebelum disebarkan (tabayyun dalam makna verifikasi dan konfirmasi) untuk menghindari salah memberitakan yang dapat menjungkirkan integritas wartawan dan menurunkan kepercayaan khalayak terhadap media.

Selaras sesanti ‘Suara Jelata, Aspirasi Negara", PM Malaysia memaknai, HAWANA 2022 turut menonjolkan peranan wartawan sebagai penyebar suara Keluarga Malaysia dalam pembangunan negara bangsa.  Dia menyadari hakikat wartawan dan media sebagai pilar keempat demokrasi, yang bergandeng-bahu dengan pemerintah untuk menyukseskan agenda pembangunan negara.

Saya terkesan, ketika PM Ismail Sabri Yakoob menegaskan keberadaan wartawan sebagai intelektual yang mau dan mampu menyampaikan teguran (kritik) bernas dan berdasar, agar pemerintah dapat melayani rakyat dengan cara dan mutu layanan terbaik.

Semua itu selaras dengan semangat, hasrat dan konsep Keluarga Malaysia sadar informasi.

Terbabit dengan semua ihwal itu, saya mengambil makna penting dan hakiki, bahwa penyelenggaraan HAWANA 2022 di Melaka yang telah mencetuskan Deklarasi Melaka, merupakan kick off orientasi dan transformasi minda kewartawanan.

 

Saya berkeyakinan dimensi kewartawanan yang merdeka (bebas dan bertanggungjawab) akan menegakkan martabat profesional wartawan dan mengukuhkan Keluarga Malaysia sadar dan cerdas berinformasi, bila menteri dan kementerian, serta kaki tangan kerajaan (aparatus pemerintah) bersungguh-sungguh dan mampu mewujudkan komitmen PM Malaysia tersebut.

Artinya, independensi media selalu terpelihara baik dan tidak terkontaminasi oleh kepentingan-kepentingan politik sesaat, termasuk kepentingan individual dan kelompok kepentingan lain. Seirama dengan hal tersebut, wartawan sebagai intelektual profesional juga mengambil jarak yang sama dengan segala kepentingan sesaat, tanpa kecuali kepentingan politik.

Semua komitmen yang sudah mengemuka dalam HAWANA 2022, akan menjadi indah pada masanya, bila semua eksponen dan komponen masyarakat, negara, bangsa memahami demokrasi dalam konteks Keluarga Malaysia, sebagai cara mencapai harmoni kebangsaan dan kemajuan negara.

Terutama ketika seluruh wartawan dan penyelenggara negara -pemerintah sama menyadari fungsi spiritual mereka sebagai pemangku amanah prophetic mission: menyampaikan kabar gembira, menegakkan kebenaran, memperluas perkhidmatan kepada rakyat secara adil, untuk mencapai kebahagiaan kolektif rakyat.

Kata kuncinya adalah kejujuran dan keikhlasan dalam membina kesadaran kebangsaan secara antusias menghidupkan simpati, empati, apresiasi, respek, dan kasih sayang.

Dari Melaka melancong ke Pedas / Hidangan sampingan boleh dibuka // Keluarga Malaysia konsepsi cerdas / Disokong bernas Deklarasi Melaka.

Mukim Bera di Negeri Pahang / Pusat pentadbiran sejahterakan jelata // Komitmen Perdana Menteri terang benderang / Kemerdekaan wartawan kelak kan nyata.

 

 

Editor : delanova
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1156
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 218
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 430
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 429
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 399
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya