Ngaca !

| dilihat 544

Catatan Haedar Muhammad

Di tengah situasi politik yang mulai suam-suam kuku, dan para petinggi politik mulai sibuk melakukan pendekatan, menjajagi kerjasama menuju koalisi, ada peluang besar untuk ngaca!

Ya.. ngaca! Bercermin diri secara jujur di cermin peradaban dan keadaban.

Menghidupkan kesadaran, melakukan introspeksi, sekaligus evaluasi total ihwal sepak terjang dan perilaku politik para pertinggi dan kader-kadernya.

Sungguhkah sudah memenuhi janji-janji politiknya kepada rakyat.

Sungguhkah sudah secara konsisten dan konsekuen mewujudkan secara nyata segala wacana sebagai lapisan terdepan bangsa dalam memahami prinsip bhinneka tunggal ika yang bermuara pada pengamalan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan mewujudkan hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara tepat dan benar?

Sungguhkah mereka memahami dan mempraktikan secara tepat dan benar, bahwa keberadaan mereka, masih merupakan wadah bagi rakyat mewujudkan demokrasi sebagai cara mencapai keseimbangan dan harmoni kebangsaan?

Atau sebaliknya, seperti yang mengemuka dan menjadi topik harian percakapan rakyat di segala media dan medium, hanya menjadi kepanjangan tangan oligarki yang semakin menjauhkan diri dari rakyat, konstituennya.

Hanya menjadi institusi yang lupa diri, dan menempatkan rakyat sebagai obyek untuk meluahkan syahwat politik, lalu bersukacita melakukan politik transaksional yang tidak memuliakan rakyat. Hanya menjadi rangkaian gerbong bagi aksi pragmatisme politik, untuk memenuhi tujuan politik paling primitif: memburu kekuasaan untuk berkuasa semata.

Ngaca! Apakah yang tertampak di cermin peradaban adalah wajah yang sesungguhnya, atau masih topeng-topeng yang menyembunyikan wajah asli.

Sejumlah sahabat apatis dengan keadaan, pesimis melihat timpangnya percepatan perubahan zaman yang isyaratnya terlihat jelas pada perubahan ekologi, ekosistem, bahkan kosmologi politik yang ditopang oleh perkembangan sains, teknologi, dan budaya.

Dalam berbagai kesempatan diskusi, acapkali seruan untuk ngaca dikemukakan, mereka spontan menyatakan, "seruan itu merupakan seruan sia-sia."

Mereka ragu dengan kualitas, kapasitas, kapabilitas, dan kompetensi para petinggi partai politik, yang lebih berwatak sebagai politisi, katimbang negarawan.

Hanya sedikit kalangan yang masih optimistis, bahwa situasi dan kondisi akan berubah, karena secara alamiah, seluruh dinamika politik akan menemukan batas.

Merujuk pada perkembangan dinamika politik praktis selama ini, setidaknya sejak Indonesia merdeka, siklus perubahan dramatik akan selalu tiba, dan seringkali tak terduga.

Masih banyak warga bangsa yang berkesadaran tinggi dan sangat mencintai bangsanya, serta tersebar di berbagai kalangan, tak akan pernah lelah menjaga bangsa dan negara ini.

Situasi politik centang perenang, tak dengan serta merta membuat rakyat lemah dan berdiam diri. Akan tiba masa, rakyat menunjukkan kedaulatannya yang nyata.

Karenanya, peluang untuk ngaca! bagi para petinggi politik dan politisi selalu terbuka.

Peluang untuk membenahi diri akan selalu terbuka, khasnya untuk membangunkan kembali kesadaran kebangsaan dan mengelolanya secara antusias.

Lantas, menghidupkan - seraya memelihara - apresiasi, respek, dan cinta kepada rakyat, negara, dan bangsa.

Pekikan lantang dan kritis Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia, La Nyalla Mattaliti adalah salah satu contoh kecil, bagaimana percikan kenegarawanan akan menjadi penyeimbang laku politisi dan partai politik.

Meski institusi DPD RI sering tak dianggap oleh para politisi petinggi partai politik, bahkan oleh pengamat politik, bila pekikan lantang dan kritis tersebut terus disuarakan secara penetratif hipodermis, akan dapat menjadi daya hidup - peoples energizer kesadaran kolektif aspiratif rakyat.

Pengalaman dari berbagai bangsa lain, menunjukkan, pekikan lantang dan kritis semacam itu, berkontribusi dalam menghimpun aspirasi yang terserak.

Apalagi kini dan esok, ketika kolaborasi dan sinergi menjadi cara untuk mengubah kerumunan menjadi gerakan, mengubah fantasi menjadi imajinasi dan mewujudkannya sebagai realita.

Manfaatkan peluang ngaca! Agar hidup kembali kesadaran untuk sungguh menjadikan partai politik sebagai wahana mendidik politik rakyat ! |

Editor : delanova
 
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 432
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1503
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1322
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 168
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 340
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 365
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 335
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya