Bak lagu 'Semalam di Malaysia' Said Effendi

Memaknai Diplomasi Lebaran Prabowo dan Anwar Ibrahim

| dilihat 356

Catatan Lepas Bang Sem

Menyusul inisiatif Anwar Ibrahim menelepon sebagian pemimpin negara-negara ASEAN (Sultan Brunei Hassanal Bolkiah, Presiden RI Prabowo Subianto, Presiden Pilipina Bongbong Marcos, dan Perdana Menteri Lawrence Wong), Presiden Prabowo melakukan aksi diplomasi lebaran.

Ahad petang (6/4/25), Presiden Prabowo berangkat ke Malaysia -- Seri Perdana Putrajaya --, bak mengingatkan tembang lawas 'Semalam di Malaysia' yang digubah dan didendangkan Sa'id Effendi, lantas ditular lanjut oleh Sam Bimbo.

Prabowo tak sepenuh malam di Kuala Lumpur, hanya beberapa jam saja berjumpa dengan Perdana Menteri X Malaysia, Anwar Ibrahim. Lantas kembali ke Jakarta.

Anwar Ibrahim menggambarkan kunjungan sahabat lama-nya dalam suana lebaran penuh berkah. Ia mengunggah lewat akun sosial medianya, dalam silaturrahmi lebaran itu, "Kami membahas sejumlah isu penting regional, termasuk dampak tarif baru yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap negara-negara ASEAN."

Selain itu, unggah Anwar, dalam pertemuan silaturahmi lebaran itu, keduanya menyinggung upaya dan aksi kolektif (negara-negara ASEAN) dalam menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi warga Myanmar yang terdampak bencana gempa bumi belum lama berselang.

Anwar berharap, semangat Idulfitri terus mempererat hubungan persaudaraan dan kerja sama antara Malaysia dan Indonesia bagi keamanan dan kesejahteraan rantauan.

Selain Sultan Brunei Hassanal Bolkiah, Anwar Ibrahim terbilang pemimpin senior di rantau ASEAN. Semangatnya adalah 'mengkaribkan yang dekat untuk saling memuliakan.'

Fasilitasi Perdagangan di Rantau ASEAN

Bagi saya, diplomasi demikian sarat makna. Anwar berhasil menghidupkan kembali suasana persaudaraan antar saudara sebatih yang dipisahkan penjajah Belanda dan Inggris di masa lalu.

ASEAN dideklarasikan 8 Agustus 1967 di masa kepemimpinan Presiden Soeharto (Indonesia), Tunku Abdul Rahman (Malaysia), Presiden Ferdinand Marcos (Pilipina), M Lee Kwan Yew (Singapura), PM Thanom Kittikachorn (Thailand). Lantas memutuskan Jakarta sebagai markas besar-nya.

Perhimpunan bangsa bangsa Asia Tenggara tersebut diinisiasi oleh para Menteri Luar Negeri: Indonesia (Adam Malik), Malaysia (Tun Abdul Razak), Pilipina (Narciso Ramos), Singapura (S. Rajaratnam), dan Thailand (Tanat Khoman).

Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) ini didirikan untuk tujuan mendorong pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan budaya di rantau Asia Tenggara. ASEAN Berhasil membangun arsitektur keuangan dan menciptakan kawasan yang damai dan relatif stabil. Kini, juga momen baik untuk menyempurnakan kebijakan yang memanfaatkan fluktuasi nilai tukar mata uang berbasis US Dollar, untuk penguatan ketahanan ekonomi.

Belakangan hari, ketika terjadi perubahan geopolitik dan geo ekonomi ke Selatan (kawasan Asia Pasifik), ASEAN menjadi sangat strategis dan penting perannya. Boleh jadi bisa disebut sebagai telangkai dua kepentingan ekonomi China dan Amerika yang tak putus berseteru.

Selama ini, ASEAN memainkan peran penting dalam organisasi perdagangan dunia (WTO) yang mempromosikan liberalisasi perdagangan, fasilitasi perdagangan di kawasan dan global, sekaligus dalam kancah negosiasi WTO. Tanpa kecuali, peran dalam mekanisme penyelesaian berbagai sengketa, termasuk aktif dalam menyelaraskan standar nasional dengan standar internasional.

Indonesia dan Malaysia telah memainkan peranan penting dalam WTO, setidaknya terkait dengan Doha Development Round yang disinggung secara khas oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pertemuan tingkat tinggi negara-negara The Developing Eight (D-8) di Islamabad (22/11/12). Setahun kemudian, bahkan Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan tingkat menteri WTO yang proses pendiriannya ditopang Amerika Serikat.

Manfaat Pertumbuhan Ekonomi Kurang Terasa

Kini, tiba momen untuk menunjukkan konstelasi strategis ASEAN bagi Indonesia - Malaysia merespon politik dagang Presiden AS Donald Trump dengan isu Tarif Timbal Balik 'Hari Kemerdekaan,' (2/4/25) yang memicu perang dagang terbuka. Kendati yang paling terkena dampak langsung adalah Singapura sebagai trade nation yang sepenuhnya bergantung pada iklim dagang internasional.

Dari sikap Anwar Ibrahim -- yang sedang memangku amanah sebagai Ketua ASEAN -- nampaknya ASEAN memilih jalan calm and ready, tak seperti China, India dan negara-negara Uni Eropa. Anwar Ibrahim dan Prabowo nampaknya sepikiran dengan M. Jusuf Kalla (Wapres RI ke 10 dan 12) yang lebih melihat ulah Trump sebagai aksi politik.

Jusuf Kalla melihat ada jalur negosiasi di jalan solusi menyikapi ulah 'pendekar mabuk' Trump. Apalagi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sudah mewanti-wanti sejak beberapa waktu terakhir kemungkinan Trump mengambil keputusan 'tiada lagi pertemanan' dalam urusan dagang. Termasuk proteksi atas industrinya.

WTO yang tak lagi dianggap penting dan diabaikan Trump telah mengisyaratkan pula, bahwa selama tiga dekade terakhir -- setidaknya yang berkembang dalam percakapan World Economic Forum --, dunia telah menyaksikan kesenjangan tingkat pendapatan antarekonomi yang terus menyempit, sehingga disebut sebagai periode konvergensi pendapatan.

Siapapun dan di mana pun dapat merasakan anomali, disharmoni antara pertumbuhan ekonomi yang meningkatkan kondisi kehidupan, perluasan kesempatan kerja dan usaha setarikan nafas dengan perkembangan digital ekonomi, namun individu - orang perorang tak merasakan manfaat pertumbuhan dan perubahan ekonomi terbuka yang berlangsung.

Kalangan masyarakat menengah-menengah mengalami situasi yang tak menentu dan mengalami penurunan. Inklusi ekonomi menghadapi persoalan dan berdampak pada perubahan budaya dan politik. Berbagai negara secara khas mengulangkaji kebijakan perdagangan yang dilengkapi dengan kebijakan domestik untuk menghasilkan manfaat perdagangan lebih inklusif.

Esensinya, menurut berbagai laporan mutakhir perdagangan internasional, menggarisbawahi bahwa diversifikasi rantai nilai global, pengurangan biaya perdagangan melalui digitalisasi, dan transisi ke ekonomi rendah karbon dapat menciptakan peluang baru bagi perekonomian berpenghasilan rendah dan menengah.

Pula penguatan kebijakan perdagangan dengan aksi domestik terkait dengan pendidikan, ketenagakerjaan, aliran keuntungan perdagangan yang diarahkan kepada konsumen, pekerja, petani, dan nelayan.

Universe Prosperity

Anwar Ibrahim sejak dilantik sebagai PM X Malaysia telah mewawar pemerintahan Madani yang bertopang pada ekuitas dan ekualitas, tanpa kecuali dalam mengelola Ekonomi Madani berorientasi kesejahteraan rakyat. Ia didampingi politisi senior sebagai para wakilnya.

Prabowo Subianto, sejak dilantik (20/10/24) secara retoris sangat produktif melontas berbagai isu yang menunjukan pemerintahannya berorientasi pada populis modes. Namun, dia mengemban beban jauh lebih berat, karena tak sepenuhnya ditopang oleh pembantu yang pas dengan tantangan zamannya.

Gagasan-gagasan besar kemandirian negara bangsa yang telah dilontarkan HOS Tjokroaminoto yang banyak diadopsi Bung Karno dalam konteks menggerakan pembangunan untuk mencapai universe prosperity sebagai alternatif di antara dua polar: kapitalisme dan sosialisme. Gagasan pemikiran yang relevan kini, sejak SDG's (Sustainable Development Goals) melanjutkan MDG's (Millenium Development Goals) 2015. Sistem yang melihat secara luas relasi ekologi - ekosistem - ekonomi.

Percakapan tajam Soemitro Djojohadikusumo (ayah Prabowo) dengan Mohammad Hatta tentang bank sentral, pun berbagai pemikiran kebangsaan (termasuk pembangunan ekonomi berbasis manusia) yang dilontarkan Soedjatmoko (Rektor Universitas PBB - Tokyo, 1980-1987 dan Anggota Akademi Jakarta 1970- 1980), indutri berbasis desa yang kerap dikumandangkan Prof. Sarbini Soemawinata, realitas manusia Indonesia Mochtar Lubis (Wakil Ketua pertama - merangkap anggota Akademi Jakarta, 1970.. ) memberikan deskripsi luas atas berbagai tantangan kritis Indonesia dalam menghadapi perubahan, termasuk perubahan ekonomi.

Pandangan-pandangan mereka yang cerlang diabaikan, khasnya arus kuat pemikiran dan aksi kapitalisme global  George Soros -- lewat pilantropi politik dalam pemerintahan Orde Baru -- terus berlanjut, meski menemukan wajah buramnya pada bencana nanomonster Covid-19).

Demikian pula halnya dengan Perestroika - Glasnost yang mengakhiri praktik socialisme mondial, kala terjadi disintegrasi di blok timur, akibat gencarnya penetrasi Amerika Serikat yang memanfaatkan kapitalisme global. China dan India menyadari kemudian dan memadukan sesuatu yang semula dianggap mustahil : sosialisme kapitalistik dan kapitalisme sosialistik.

Prinsip-prinsip kesisteman perdagangan global multilateral diadopsi dan diikuti banyak negara di dunia, tanpa kecuali China, India, dan Uni Eropa. Lantas dinikmati oleh negara-negara kecil berbasis jasa perdagangan, seperti Singapura. Karenanya, ketika Trump berbelok tanpa isyarat, Singapura, seperti ungap PM Wong (4/4/25) akan mengalami pukulan sangat besar.

Dalam keseluruhan konteks ini, saya memandang diplomasi 'Semalam di Malaysia' Prabowo, bisa menjadi percakapan awal yang bermakna dalam mempertemukan arus pemikiran Madani dan orientasi pembangunan populis modes - Merah Putih - meski masih dibebani oleh budaya birokrasi, korupsi, ketidak-adilan yang berat. Pula ketimpangan kapasitas komposisi modal manusia dalam pemerintahannya yang masih 'mengganduli.'  |

Editor : delanova | Sumber : foto-foto FB DSAI
 
Energi & Tambang
Sainstek
19 Feb 25, 19:05 WIB | Dilihat : 1101
Presiden Prabowo Lantik Brian Yuliarto Mendiktisaintek
25 Okt 24, 10:37 WIB | Dilihat : 1190
Maung Garuda Limousine yang Membanggakan
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 2976
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 3189
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
Selanjutnya