Manuver Maju Tak Gentar Sat Set Gercep

| dilihat 287

Nota Cinge Zaidan

Mengidentifikasi kerentanan diri sendiri dari perspektif perang manuver sangatlah penting untuk kelangsungan hidup organisasi dalam jangka pendek.

Dalam jangka panjang, praktisi manuver peperangan harus memastikan bahwa penguasaannya atas prinsip tersebut berkembang lebih maju dibandingkan pesaingnya — atau menghadapi risiko kekalahan yang tidak terduga dan memalukan.

Demikian pendapat Eric K. Clemons (profesor operasi dan manajemen informasi di Wharton School of Business Universitas Pennsylvania-Philadelphia) dan Jason A. Santamaria (perwira artileri di Korps Marinir Amerika Serikat dari tahun 1994 hingga 1998, mitranya dari Morgan Stanley, New York). Pandangan keduanya memungkas gagasan untuk menjawab pertanyaan ihwal perang manuver: "Bisakah Strategi Militer Modern Membawa Anda Menuju Kemenangan?"

Keduanya mengemukakan pandangan tersebut tahun 2002, dan menjadi salah satu isu menarik di lingkungan Harvard Business School. Clemons dan Santamaria memadu padan pemikirannya ihwal proses pengambilan keputusan dan menemukan solusi atas berbagai persoalan yang kerap menghantui kompetisi dan kontestasi di bebagai lapangan kehidupan. Termasuk politik.

Genderang perang manuver politik menjelang Pilpres 2024 sudah berlangsung sejak Anies Rasyid Baswedan dicalonkan oleh Partai Nasdem (3/10/22) dan Ganjar Pranowo dicalonkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) - (21/4/2023). Lantas menjadi 'perang terbuka' di ruang publik sejak Komisi Pemilihan Umum (KPU) - (13/11/23) mengumumkan Pasangan Calon Presiden/Wapres: Anies Rasyid Baswedan - Muhaimin Iskandar (AMIN), Ganjar Pranowo - Mahfud MD, dan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka sebagai kontestan Pemilihan Presiden - Wakil Presiden (Pilpres) 2024.

Manuver politik menghambur dari waktu ke waktu, disertai dengan dinamika perkembangan hasil survei yang dilakukan oleh lembaga survei berbayar dan lembaga survei mandiri.  Pasangan Prabowo - Gibran selalu unggul dalam publikasi hasil survei dengan asumsi-asumsi pembenaran yang menyertainya. Akan halnya pasangan AMIN dan Ganjar - Mahfud digambarkan fluktuatif jauh di bawahnya. Bahkan publikasi survei sealu menempatkan pasangan AMIN paling rendah.

Desak Anies dan Slepet Imin

Hasil survei yang dipublikasi dan gempuran  massif alat peraga kampanye (APK) membuat pasangan AMIN dan Ganjar - Mahfud memilih jalan 'turun padang,' menjumpai langsung konstituen, sejak peluit kampanye terbuka ditiup hari pertama.

Pasangan AMIN memilih manuver -- yang dari strategi militer -- mengandalkan prinsip: keberanian mencari terobosan merupakan salah satu kunci keberhasilan yang penting. Selain menggunakan siasat 'sambung gagasan - sambung rasa' dengan lingkungan ideologis, juga dengan menghadirkan kampanye dialog terbuka dan merdeka. Rakyat boleh menantang gagasan kandidat secara terbuka dengan beragam ekspresi, termasuk satire. Inilah strategi 'maju tak gentar.'

Program Desak Anies dan Slepét Imin yang dengan format dialogis merupakan cara kampanye yang menghidupkan kesadaran tentang tanggung jawab kolektif rakyat sekaligus menguji ketahanan kandidat dalam membumikan visi, misi, program dan rencana aksi yang melibatkan rakyat dalam konteks desain kebijakan.

Model kampanye begini memang tidak ringan, menguras pikiran, dan memerlukan alih format dan formula dari sesuatu yang telah berlangsung lama, menjadi sesuatu yang baru. Namun menghidupkan pengalaman baru baru bagi rakyat dalam proses menghidupkan simpati, empati, apresiasi, respek dan cinta antara rakyat dengan pemimpinnya secara timbal balik.

Manuver semacam ini menjadi penting untuk menunjukan suatu komitmen Capres - Cawapres membuka kesadaran rakyat tentang perlunya melakukan perubahan dalam tata kelola pemerintahan, pembangunan, dan penguatan posisi rakyat.

Pasangan AMIN secara sadar menggunakan media sosial (khasnya tiktok live) untuk menguatkan sambung rasa, sekaligus memberikan aksentuasi atas gagasan dan rencana aksi mereka, khasnya kepada konstituen  Generasi Millenial dan Generasi Z (Gen Z) - termasuk pemilih pemula -- yang populasinya memainkan peran sebagai penentu (60 persen pemilih). Tanpa kecuali melakukan pendekatan khas kepada kaum perempuan lintas generasi dan profesi.

Debat Capres Hanya Reminder

Pendekatan psikografis semacam ini menjadi sesuatu yang nampaknya dipertimbangkan secara masak oleh pasangan AMIN, tanpa mengabaikan pertimbangan geografis. Termasuk melibatkan keluarga kandidat untuk menghidupkan resonansi.

Pasangan Ganjar - Mahfud melakukan aksi sejenis dengan format yang berbeda dengan keseriusan menggunakan seluruh platform media sosial. Antara lain dengan melakukan transfer pesan politik mereka secara penetratif hipodermis. Boleh disebut sebagai stgrategi 'Sat Set Gercep.'

Beranjak dari hal tersebut, pasangan AMIN dan pasangan Ganjar - Mahfud nampak terencana, sistematis, dan hipodermis menghampiri konstituen penentu dengan sama menggunakan ajang kampanye sebagai medium pendidikan politik. Dua pasangan ini dengan caranya masing-masing berusaha masuk ke ruang nalar, naluri dan nurani konstituen.

Pasangan AMIN dan Ganjar - Mahfud dengan dukungan tim pemenangan masing-masing terlihat mempunyai pandangan yang clear dan fokus atas konstituen dan terus menerus meningkatkan pemahaman tentang need, want, dan interest konstituennya.

Pasangan AMIN yang menghadapi kendala dukungan finansial untuk melakukan aksi tebar alat peraga kampanye, sangat menyadari perlunya diseminasi melalui media sosial, dan menjadikan Debat Capres-Cawapres hanya sebagai reminder atas berbagai pesan yang mereka kirimkan melalui Debat Anies, Slepét Imin, Silaturrahmi Santri, dan berbagai ajang tatap muka.

Pasangan ini berhasil menganggit gairah dan ghirah 'perjuangan perubahan' dan berbuat aksi konstituen 'Spanduk Rakyat.' Ganjar - Mahfud merawat resonansi dengan menghidupkan watak gerak cepat, 'Sat Set' dengan penampilan sosok mereka lewat alat peraga kampanye sebagai pekerja keras dan cepat dalam memberikan solusi atas persoalan bangsa. Juga menjadikan Debat Capres - Cawapres hanya sebagai ajang reminder bagi konstituen.

Mengambil Risiko

Secara visual, pasangan AMIN menghadirkan sosok konsisten laiknya pasangan Presiden dan Wakil Presiden, sekaligus menghadirkan visualisasi performa sebagai penggerak perubahan dengan pola rancang busana yang kompatibel dengan konstituen muda. Demikian pula halnya dengan pasangan Ganjar - Mahfud.

Berbeda dengan keduanya, pasangan Prabowo - Gibran dengan tampilan visual yang berbagai: kartun, pakaian resmi lengkap dengan Jas - Dasi - Kopiah (Prabowo) dan pakaian casual biru muda. Boleh jadi, konsultan komunikasi bagi pasangan ini menganggap gambar kartun terkoneksi dapat menghidupkan resonansi dengan konstituen penentu.

Namun melalui siaran televisi dan media sosial (khasnya youtube) yang mengemuka adalah sosok-sosok (terutama Ketua Umum partai pendukung) yang mewakili generasi tua dan generasi belia. Di sisi lain, ajang Debat Capres-Cawapres mereka siapkan untuk mendapat kesan unggul dan menang, namun abai mempertimbangkan aspek psikologis yang rentan dan justru mendapat reaksi yang berbeda.

Apalagi, kemudian, dengan aksi sejumlah pendukung yang terlihat 'mengemas' Gibran untuk momen-momen tertentu (terutama dalam aksi kampanye tatap muka) justru tak nampak sinkron dengan citra yang hendak dibangun.

Meminjam pandangan Clemon terkait dengan 'strategi militer,' terbayang apa yang dilakukan pasangan AMIN dan Ganjar Mahfud laiknya komandan tempur yang menggunakan informasi dan data sesuai dengan keperluan 'pertempuran' dalam keseluruhan konteks perhitungan 'peperangan.'

AMIN dan Ganjar - Mahfud menggunakan data dan informasi sebagai sumber daya untuk memperoleh modal awal dalam melakukan manuver. Sekaligus menunjukkan ketahanan dan integritas diri untuk mengambil tindakan, meskipun ada data yang tidak meyakinkan. Bagi dua pasangan ini, nampak kuatnya keyakinan perlunya mengambil risiko dengan perhitungan matang menggempur relasi pasangan Prabowo - Gibran dengan konstituen.

Tak Ada 50 Persen Plus Satu

Akan halnya pasangan Prabowo - Gibran lebih terkesan mempertahankan suatu posisi, serta mengambil potensi manfaat dari posisi tersebut, tanpa memperhitungkan risiko yang melemahkan. Boleh jadi karena berbagai hasil survei dan merasa berada dalam posisi yang kokoh, sehingga agak abai, tidak cukup mendalami sekaligus membuat perkiraan. Atau informasi yang ada mungkin menyarankan pendekatan yang hati-hati.

Situasi ini memberi peluang bagi pasangan AMIN dan Ganjar - Mahfud melakukan serangan laiknya serangan amfibi Jenderal Douglas MacArthur di Inchon pada tahun 1950 selama Perang Korea, yang dianggap sebagai serangan paling berani dalam sejarah militer modern. Karena tantangan yang ditimbulkan oleh medan yang dihadapi, menganggap Inchon sebagai lokasi terburuk untuk pendaratan amfibi. Akibatnya, Korea Utara menghabiskan sumber daya untuk mempertahankannya.

Dalam konteks perang  manuver dalam Pilpres 2024, terlihat pasangan AMIN memilih jalan melakukan 'pendaratan' di medan sulit dengan merangsek ke buhul pertahanan. Pasangan ini berhasil. Serangan dalam Debat Capres, ternyata memantik berbagai hal yang melemahkan, yang kemudian memindahkan 'medan perang manuver' ke berbagai lokasi.

Ganjar - Mahfud memainkan peran yang pas mendulang manfaat simpati dan empati, ketika pasangan AMIN bertarung dengan pasangan Prabowo - Gibran. Ganjar - Mahfud terkesan berhasil melakukan isolasi gerakan Prabowo - Gibran kala terlihat mengirimkan pesan 'keseiramaan.' Pada Debat Capres (8/1/24) pasangan Ganjar Mahfud berhasil memanfaatkan situasi dan membuka ruang kolaborasi dengan pasangan AMIN.

Pasangan AMIN dan pasangan Ganjar - Mahfud ditopang oleh tim yang punya daya tahan bergelut dengan situasi, Masing - masing tim mempunyai kemampuan mengendalikan diri dan menghitung cermat target kemenangan tidak dalam satu putaran. Termasuk dalam menghitung berbagai kemungkinan beranjak dari tantangan, peluang, kelemahan, dan kekuatan yanmg harus dimiliki. Bukan perhitungan yang berawal dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan.

Pasangan AMIN dan Ganjar Mahfud boleh jadi, masing-masing, menghitung pencapaian puncak perolehan suara sekitar 40 persen. Artinya pertarungan Pilpres 2024 pada putaran pertama tak akan ada yang mencapai 50 persen plus satu (1). Dengan demikian kolaborasi dan sinergi dua pasangan ini dapat terjadi pada putaran kedua. |

Editor : delanova
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1194
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Ekonomi & Bisnis
03 Apr 24, 04:18 WIB | Dilihat : 256
Pertamina Siap Layani Masyarakat Hadapi Lebaran 2024
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 427
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 273
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya