HAWANA 2022 Momentum Historis Wartawan Malaysia

| dilihat 514

Catatan Bang Sém

Dunia media atau pers Malaysia diharap akan memasuki langkah baru  dalam merumuskan hakikat kemerdekaan pers di negeri jiran itu.

Kemerdekaan media yang mengintegrasikan kebebasan berekspresi, kecerdasan budaya (intelektual - emosional - spiritual), tanggungjawab sosial (social obligation) dalam satu tarikan nafas.

Tak hanya dalam konteks peran dan fungsi media sebagai tonggak demokrasi keempat dalam suatu negara bangsa, jauh dari itu juga dalam memainkan peran media sebagai telangkai kepentingan publik (rakyat) di satu sisi dan kepentingan negara (kerajaan - pemerintah) di sisi lain.

Kalangan praktisi media, khasnya wartawan di Malaysia, memerlukan waktu lebih dari 40 tahun untuk sampai pada satu titik betrsejarah, momentum kesadaran tentang perlunya kemerdekaan media (pers) secara paripurna.

Yaitu, ketika kali pertama, secara resmi digelar pelancaran Hari Wartawan Nasional (HAWANA) yang diselenggarakan pada 11 April 2018 di Pusat Eksibisi dan Perdagangan Konvensyen Matrade, Kuala Lumpur. Karenanya, HAWANA merupakan momentum historis wartawan Malaysia.

Majelis Pelancaran HAWANA tersebut dihadiri oleh Muhammad Najib Tun Razak - Perdana Menteri Malaysia ketika itu -- beberapa hari sebelum turun kuasa -- karena partainya (Barisan Nasional) dikalahkan Pakatan Harapan dalam Pilihan Raya Umum.

Ketika itu diwawar, HAWANA ditetapkan akan berlangsung pada tanggal 29 Mei, setiap tahun. Tanggal 29 Mei dipilih sebagai HAWANA,  untuk mengingat tanggal pertama terbit surat kabar Utusan Melayu, 29 Mei 1939.

Penetapan itu, menurut Najib kala itu, dimaksudkan sebagai pengakuan atas peran wartawan dalam seluruh proses perjuangan kemerdekaan dan pembangunan Malaysia.

Akan halnya wartawan ulung Malaysia yang juga menyandang penghormatan sebagai Wartawan Negara, Tan Sri Johan Jaaffar memandang penting HAWANA, dalam keseluruhan konteks ikhtiar sadar mengembangkan dan meningkatkan kualitas  profesionalisme dan indepedensi wartawan.

Baik dalam menyampaikan masalah serta suara rakyat kepada berbagai kalangan penyelenggara negara dan khalayak, serta dalam menyampaikan pandangan kritis terhadap penyelenggaraan negara. Termasuk mengkritisi para politisi dan wakil rakyat di parlemen.

Terutama, ketika Malaysia dihadapkan oleh dua pilihan perubahan besar: transformasi (perubahan dramatik) yang bergerak dinamis - cepat dan reformasi (perubahan yang memenatkan) yang bergerak dinamis - lambat.

Peran wartawan menjadi sangat penting dan strategik, karena transformasi yang salah urus akan bergerak menjadi revolusi; dan transformasi yang salah urus akanm bergerak menjadi deformasi.

Dalam suatu program temu bual (talkshow) Bicara Rakyat di TV1 (RTM1) Malaysia, beberapa tahun lalu, Tan Sri Johan Jaaffar, Allahyarham Tarman Azzam, dan saya sama mengingatkan pentingnya kemerdekaan pers (media dan jurnalis).

Tidak hanya dari tindakan pembatasan dan represif negara - pemerintah, melainkan juga dari kalangan orang-orang kaya beruang yang masuk ke dalam industri media, sebagai pemilik modal (investor berkuasa).

Pemerintah dan investor sebagai kalangan yang mempunyai otoritas besar dan luas dalam menentukan arah industri media, terutama menjelang tiba Society 5.0 era dengan budaya digital, yang serta-merta menawarkan dimensi sosio budaya singularity, kesenjangan antara keterampilan dengan social value (ethic), transhumanity.

Juga menawarkan cabaran baru: membalikkan kemiskinan (reverse poverty), menaklukkan pandemi, paradigma politik ekonomi berorientasi people centric,  menyelamatkan bumi akibat menurunnya kualitas ekologi, disorientasi manusia dalam konteks religi, kesadaran tentang rancang peradaban baru, dan lainnya.

Menghadapi cabaran-cabaran tersebut, wartawan sebagai bagian integral dari kaum intelektual mesti memainkan peran dan fungsinya lebih besar dan nyata.

Seperti pernah disampaikan Tan Sri Johan Jaaffar, untuk menghadapi cabaran tersebut diperlukan kemerdekaan media (pers) yang terjamin oleh negara.

Pada majelis pelancaran HAWANA 2018, Tan Sri Johan Jaaffar lantang mengatakan, "berikan peluang kepada wartawan untuk bekerja dengan bebas, tanpa takut dan ragu ketika menjalankan tugas di lapangan, termasuk dalam menyuarakan kritik."

Karenanya, dalam keseluruhan konteks membina kondisi kemerdekaan pers yang proporsional dan berperan menjadikan demokrasi sebagai cara mencapai harmoni kebangsaan, perlu penyempurnaan institusi kewartawanan itu sendiri.

Tan Sri Johan Jaaffar menyebut perlunya Majlis Media Malaysia (MMM), semacam Dewan Pers di Indonesia.

MMM diharapkan sebagai lembaga yang menyelia ketika terjadi sengketa antara kalangan media dengan khalayak, pemerintah dan negara.

Artinya, MMM menjalankan fungsi sebagai telangkai sekaligus simpul kendali agar negara, media, wartawan, dan masyarakat (publik) tetap terpelihara dan terjaga muru'ah, fungsi, dan kemerdekaannya.

Karenanya, MMM juga yang menjadi institusi yang mempunyai otoritas dalam mengontrol pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik (Journalistic code of ethic) dan aturan-aturan hukum yang diatur oleh Undang-Undang.

Ahli (anggota) MMM meliputi berbagai kalangan yang mewakili masyarakat, ulama, budayawan, akademisi, wartawan, industri media, dan pemerintah (kerajaan)

Saya bergembira, ketika Kamis (21 April 2022) beroleh kabar dari ISWAMI (Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia Indonesia) - Malaysia, bahwa HAWANA 2022 akan berlanmgsung di Malaka, 29 Mei 2022 mendatang.

Perdana Menteri Malaysia Dato Seri Ismail Sabri Yakob, memastikan akan hadir dan membuka perhelatan tersebut. Pernyataan itu konsisten dengan janjinya dalam dialog dengan para pemimpin redaksi dan jurnalis senior Indonesia yang dikoordinasi Asro Kamal Rokan (Presiden ISWAMI Indonesia) dan Datuk Mochtar Hussain (Presiden ISWAMI Malaysia) di Jakarta.

Kepastian ini disampaikan Perdana Menteri (PM) Ismail Sabri Yaakob, dalam pertemuan dengan pengurus Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia-Indonesia (ISWAMI) di Putra Perdana - Putrajaya, Malaysia, Kamis (21/04/22).

Presiden ISWAMI Malaysia Datuk Mokhtar Hussain, Pemangku Ketua Pegawai Eksekutif (chief executive officer) BERNAMA, Roslan Ariffin, bersama Penasihat ISWAMI Datuk Zakaria Abdul Wahab, Ketua Pengarang UtusanTV, Datuk Zulkefli Hamzah dan Ketua Pengarang Astro Awani Ashwad Ismail, mewakili kalangan media Malaysia, berbincang khusus tentang HAWANA dengan PM Ismail Sabri Yaakob.

Dari Perdana Putra yang menjadi 'lambang' kekuasaan eksekutif pemerintah federal Malaysia, itulah perhelatan wartawan Malaysia akan digelar, dari satu ibu negeri ke ibu negeri lainnya.

ISWAMI dan Pertubuhan Berita Nasional Malaysia (BERNAMA) akan menjadi penggerak utama pelaksanaan HAWANA 2020 itu, yang turut melibatkan agensi, lembaga dan praktisi  media yang lain.

Datuk Mokhtar menjelaskan, terkait dengan HAWANA itu, penyelenggara  akan mengundang 17 pemimpin utama media dari Indonesia termasuk ISWAMI Indonesia, untuk turut hadir pada program berkenaan, seperti ketika HAWANA 2018 digelar.

Sejalan dengan itu, ISWAMI Malaysia juga akan mengundang 20 editor muda dari pelbagai agensi media di Indonesia pada program lawatan muhibbah pada Jun 2022, dalam usaha mengukuhkan lagi kerjasama strategik media Malaysia dan Indonesia, selain mengukuhkan terus hubungan dua arah kedua-dua negara.

HAWANA 2022 dapat pula menjadi momentum untuk menegaskan hakekat profesionalisme kalangan jurnalis Malaysia dalam konteks kebebasan yang bertanggung jawab atas kemerdekaan media.|

Editor : delanova | Sumber : iswami malaysia dan dokumentasi
 
Polhukam
05 Mar 24, 04:23 WIB | Dilihat : 243
Tak Perlu Risau dengan Penggunaan Hak Angket DPR
05 Mar 24, 08:18 WIB | Dilihat : 422
Anak Anak Abah Menghalau AI Generatif
22 Feb 24, 11:50 WIB | Dilihat : 317
Jalan Terjal Perubahan
18 Feb 24, 05:52 WIB | Dilihat : 272
Melayari Dinamika Kebangsaan dan Demokrasi
Selanjutnya
Ekonomi & Bisnis
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 275
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 138
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya