Biografi

Nota Hidup Seorang Politisi

| dilihat 321

Catatan Sém Haésy

Setiap orang mempunyai kisah dan jalan hidupnya sendiri-sendiri. Dari situ pengalaman dan pengetahuan hidup bertemu. Suka duka berinteraksi, kepedihan dan kenyamanan hidup berpilin. Peristiwa dalam fase-fase kehidupan menjadi titik temu segala hal.

Ketika beragam kisah perjalanan hidup yang amat bermakna dituliskan menjadi biografi atau otobiografi, kisah dan jalan hidup tersebut menjadi semacam gambar potret diri.

Biografi tak hanya ungkapan fakta dan informasi jalan hidup seseorang, karena perjalanan hidup merupakan proses pembelajaran yang secara aksentuatif menawarkan nilai. Termasuk dimensi kedalaman insaniah subyek sekaligus obyek biografi atau otobiografi.

Ketika biografi dimaknai sebagai kisah hidup seseorang yang ditulis secara mendetail dari sudut pandang orang lain, atau ketika otobiografi dituliskan dengan jarak subyektivitas - obyektivitas, daripadanya akan mengalir informasi dasar. Tak terkecuali, relasi korelasi subyek dengan beragam lingkungan sosial. Termasuk pencapaian nilai hidup.

Dari sudut lain, biografi atau otobiografi ditulis untuk maksud khas, berbagi pengalaman dan pengetahuan, juga proses interaksi yang memantik inspirasi baru tentang berbagai dimensi kedalaman insaniah. Semacam ekspresi suara batin. Termasuk luah kehidupan yang menggambarkan pencapaian pengalaman dan pengetahuan, sehingga menjelma atau hadir sebagai nota hidup.

Di dalamnya tersimpan pesona persona yang dilengkapi ilmu khas --yang tak pernah dipelajari di ruang kelas pendidikan -- yakni 'ilmu tahu diri.'  Inilah yang saya dapatkan kala membaca buku biografi Darul Siska, politisi Partai Golkar, yang akan 'mengakhiri' kiprah politiknya sebagai anggota DPR RI, 30 September 2024 mendatang. Biografinya bertajuk 'Kepedihan Berbuah Senayan,' diluncurkan pada Sabtu (8/9/24) di Jakarta.

Konsistensi dan Ketekunan

Buku biografi Darul Siska yang ditulis Hasril Chaniago dan Fathorrahman Fadli menggunakan bahasa jurnalis dengan sentuhan prosa di sana sini. Naratif dengan pilihan-pilihan diksi yang sebagian besar mencerminkan watak Darul. Disiplin, akseleratif dan achieveable, result oriented dengan kepatuhan pada proses, unique (karena sering memadupadan ketegasan dan kearifan), ligat - lincah dalam mengerjakan sesuatu (meski sering low profile).

Di balik anasir-anasir wataknya yang sedemikian, anak Talawi yang selalu tampil rapi sejak muda dengan pesona personanya yang 'memikat,' sehingga memungkinkannya bergaul dengan berbagai kalangan. Darul juga sosok yang kaya inisiatif yang konsisten dan konsekuen memperjuangkan gagasannya menjadi kenyataan.

Karena berteman sejak sama sebagai aktivis mahasiswa dekade 1970-an dan melihat bakatnya sebagai politisi sudah bertumbuh masa, itu -- termasuk gah kepemimpinan dan ketangkasannya berorganisasi -- apa yang terungkap dalam buku ini seperti memotret dirinya secara profilik.

Lelaki saleh yang taat beribadah, menempatkan istri dan anak sebagai tanggung jawab insaniahnya kepada Tuhan, sehingga menempatkan cinta sebagai muara dari simpati, empati, apresiasi, dan respek.  

Hal sedemikian itu juga yang mengalir dalam memanifestasikan tanggung jawab wakil rakyat dalam bentuk layanan sosial. Ia sungguh hadir di tengan konstituennya. Termasuk dalam menghadapi perubahan situasi dan dinamika politik pasca reformasi yang sangat pragmatis dan terkontaminasi oleh politik transaksional. Karenanya, wajar ketika Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo saat menyampaikan kesannya mengatakan, Darul sebagaimana tertulis dalam buku ini, memberi aksentuasi pada pentingnya konsistensi dan ketekunan dalam berpolitik, sekaligus komitmen pada tujuan mulia dalam melayani rakyat dan negara.

Bambang Soesatyo mengemukakan pula, merujuk pada judul buku, "Rasanya kita tidak akan salah memaknai pemikiran dan pesan yang tersirat dalam buku Bung Darul, bahwa kesuksesan dalam berpolitik bukanlah hasil instan yang didapatkan secara serta merta. Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Kesuksesan hanya berpihak kepada orang yang memiliki kesungguhan, keyakinan, dan totalitas dalam berusaha."

Loyalitas dan Kepercayaan Rakyat

Bambang Soesatyo lantas mengemukakan,  perjalanan politik Darul Siska, khususnya di Partai Golkar, tidak sekedar panjang, namun juga berliku. Panjang, karena Darul bukan baru kemarin sore menjadi kader Partai Golkar. Tetapi meniti karir setahap demi setahap dengan penuh kesabaran, melintasi dinamika zaman dari sejak Orde Baru hingga era Reformasi. Berliku, karena begitu banyak onak dan duri dalam perjalanan karir politiknya, dan sebagai manusia biasa, juga pernah merasakan kegagalan.

Tepat, kala Bambang mengungkapkan, "Rangkaian pengalaman hidup yang pahit dan getir, seperti kehilangan ibu pada usia muda, kesulitan-kesulitan yang dihadapi di masa kecil, telah menempa dan membentuk karakter Darul Siska sebagai sosok yang tangguh dan pantang menyerah. Dan berkat konsistensi, ketekunan, serta keteguhan komitmennya untuk mengabdi pada kepentingan rakyat, pada akhirnya mengantarkan kesuksesan demi kesuksesan dalam karir politik Darul Siska.

Tak keliru juga, ketika dia mengemukakan, Darul Siska merupakan sosok yang loyal pada partai. Pada saat Golkar mengalami masa-masa sulit, Darul tidak tergoda menjadi 'kutu loncat', tapi tetap teguh pendirian mempertahankan dan membangun Partai Golkar. Loyalitasnya pada partai, juga mendorongnya terlibat dalam merumuskan 'Paradigma Baru Partai Golkar,' yang menjadi tonggak transformasi partai Golkar dari warisan Orde Baru menjadi partai yang lebih demokratis.

Saya dan beberapa rekan, mengaminkan, apa yang dikemukakan Bambang Soesatyo kemudian, bahwa keberhasilan Darul Siska terpilih sebagai Anggota DPR selama empat periode, merupakan pencapaian yang luar biasa. Karena di balik pencapaian itu, kepercayaan yang terus diberikan oleh konstituennya tersimpan sebagai buah dari kesetiaan terhadap partai dan keteguhan komitmen pada Sumatera Barat, daerah pemilihan yang diwakilinya.

Selain itu, pencapaian tersebut juga pertanda, Darul Siska berhasil membangun kepercayaan dari lingkungan terdekat (istri) yang secara psikologis paham betul profesi suami. Lantas saling menmguatkan dalam mendidik anak yang kini juga berhasil sebagai profesional.

Buku biografi ini dan realitas yang tampak selama bertumbuh sejak muda, juga mengungkap bagaimana Darul Siska merupakan sosok yang menguasai ilmu tahu diri. Darul berhasil menyeimbangkan posisi dan fungsi dalam tanggung jawab, perilaku, dan pemikiran. Termasuk berpijak pada tempat di tengah proses perubahan.

Mengenali Tantangan

Sebagai nota pengalaman dan pengetahuan seorang politisi, biografi ini relatif lengkap dalam menelangkai proses perjalanan karir politik, menegaskan pegangan nilai dan norma dalam melakukan siyasah. Khasnya dalam mempertemukan praktik politik dalam dimensi pragmatisma di satu sisi dan idealisma di sisi lain.

Dari pengalamannya yang tak mudah menjadi politisi untuk mencapai posisi sebagai wakil rakyat di era Orde Baru dan di tengah disorientasi politik berbasis materialisma yang kapitalistik, sebagaimana terungkap dalam buku ini, banyak pelajaran yang bisa dipetik. Tanpa kecuali dalam konteks arus perubahan arah reformasi yang bergerak menuju deformasi.

Menurut saya, buku biografi ini perlu dibaca kalangan muda yang punya minat terjun ke dunia politik. Khasnya kalangan aktivis mahasiswa yang belakangan hari terjebak dalam kubangan fantasi. Termasuk olah alih daya relasi 'kanda - yunda.' Sesuatu yang kerap menjebak siapa saja hanya menjadi politisi semata, tanpa daya hidup negarawan.

Hal lain yang menarik dari perjalanan hidup Darul Siska sebagaimana terurai dalam buku ini adalalah fakta 'alam takambang jadi guru.' Pengalaman Darul memberi gambaran bagaimana mengubah kepedihan menjadi daya. Mengenali tantangan, melihat cermat peluang, (dengan ilmu tahu diri) mengenali kelemahan, sehingga dapat merusmuskan kekuatan apa yang diperlukan untuk sukses.

Buku ini juga mengungkap pengalaman dan pengetahuan menarik tentang bagaimana integritas diri ditopang oleh sikap egaliter dan kosmopolit, supaya terhindar dari kondisi, "terkurung di luar, terhimpin di atas." Karenanya, penting wanti-wanti Darul, sebaiknya Ketua Umum partai politik tidak menjadi eksekutif - khasnya menteri dalam kabinet. Tempat politisi adalah di parlemen. Termasuk bagaimana partai mesti mendidik dan mengelola kader, sehingga rakyat terdidik secara politik.|

 

Editor : delanova
 
Seni & Hiburan
Sporta