Renungan Ramadan

Momentum Cinta

| dilihat 743

Bang Sèm

Shaum Ramadan adalah ibadah cinta insan beriman kepada Al Khaliq, Sumber segala Mahadaya Cinta. Ibadah yang diawali dengan terbukanya pintu rahmat, tergelarnya titian maghfirat dengan segala pengampunan atas dosa, dan diakhiri dengan gerbang hikmat menuju pembebasan insan dari petaka: itqum minan naar.

Karenanya, ibadah shaum Ramadan ditandai dengan ikatan kuat kesadaran untuk menjalani hidup dan kehidupan yang konsisten (istiqamah) menjalankan seluruh ihwal yang menjadi hak Allah -- terutama dipatuhi dan ditaati -- dengan sebersih-bersih tauhid, ilmu pengetahuan, dan siyasah (cara hidup). Diperkuat oleh sikap konsekuen untuk menjadikan seluruh dimensi waktu sebagai ajang fastabiqul khairat -- kompetisi dan kontestasi dalam berbuat kebajikan.

Selama masa itu -- sebagai bekal bagi proses menjalankan hidup di masa-masa kemudian -- shaum Ramadan adalah hamparan luas tempat bertemunya cinta Ilahiah dengan cinta insaniah.

Di hamparan padang luas itu hikmat dan inayat disediakan untuk menmeput rahmat, maghfirah, dan buah cinta Ilahi yang tiada sanding tiada banding: itqum minan naar. Maka tak ada alasan sedikitpun untuk mengabaikannya.

Setiap insan bertaqwa, para shoimin dan shoimat, mengolah daya dan cara melalui prinsip dasar cinta kepada Allah : aqidah,  syari'at wal ibadat (reguler dan khas: qiyamul lail, infaq, sadaqah, dan zakat), mu'amalah, dan akhlaq.

Pertemuan Cinta Ilahiyah dan Cinta Insaniah

Makna hakikinya adalah dalam ibadah shaum Ramadan, cinta Ilahiyah (khuluqiyah dan rububiyah) - dimensi kreatorial dan pemeliharaan antara Allah al Khaliq dengan ciptaan-Nya - membuka ruang pertemuan mesra dengan cinta insaniah (penghambaan, ketaatan, penyerahan diri).

Pada pertemuan tersebut nampak dan terasakan dengan jelas kesadaran paripurna dalam laku hubungan manusia yang dilakoni secara antusias dalam manifestasi simpati, empati, apresiasi, respek, dan kasih sayang. Terjalinlah dengan indah hubungan manusia dengan Allah (hablum minallah), manusia dengan manusia (hablum minan naas) dan manusia dengan semesta (hablum minal alam).

Hubungan cinta dalam keseluruhan konteks triangle of life tersebut, dalam ibadah shaum Ramadan, menghadirkan suatu pemahaman hakiki tentang konsistensi dan konsekuensi cinta yang membentuk watak mulia manusia berupa sikap tawaddu' - kesahajaan --, istiqamah -- konsistensi -- sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Di atasnya tegak keadilan dalam keseluruhan konteks ekuitas dan ekualitas yang dilakoni dengan kesadaran utuh tentang amar ma'ruf nahi munkar. Mendiseminasikan perbuatan baik dan penolakan yang kuat terhadap kemunkaran.

Wujudnya, antara lain adalah keteguhan dalam menegakkan kejujuran - menolak kecurangan, menegakkan kebenaran - menolak kebatilan, memelihara dan menghidupkan segala keberanian mewujudkan keseimbangan antara kewajiban dan hak asasi sebagaimana ditunjukkan melalui firman dan ayat-ayat Allah dalam Al Qur'an sebagai pegangan hidup bagi umat manusia, yang diturunkan pada bulan Ramadan.

Sebagai pegangan hidup, Al Qur'an memberikan petunjuk sekaligus pembeda antara yang haq dan yang bathil. Sekaligus sebagai sumber informasi shahih yang berfungsi sebagai isyarat (peringatan), rakhmat, kabar sukacita, panduan hukum, dan rakhmat dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Amar Ma'ruf Nahi Munkar

Al-Qur’an juga memandu kita untuk memanifestasikan laku hidup sepenuh cinta dan kasih sayang antar sesama (insan dan alam) sebagai modal utama dalam kehidupan yang rukun dan damai. Suatu tata kehidupan yang memandu umat manusia untuk menjadi pribadi utama dalam menebar nilai-nilai Islam yang menghadirkan keteduhan, kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan.

Karenanya bulan Ramadan merupakan momentum cinta. Prinsip amar ma'ruh nahi munkar dilakoni sebagai bagian dari cara dan upaya nyata untuk membersihkan cinta dalam kehidupan pribadi dan sosial dari sifat dan watak buruk, seperti curang, zalim, khianat, inkonsisten, termasuk syahwat kuasa yang sengaja atau tidak sengaja merampas hak manusia lain. Tanpa kecuali hak untuk memperoleh pemimpin dan pelayan umat yang tepat dan benar.

Pemimpin yang kita maksudkan adalah bagian dari kaum yang diisyaratkan dalam Al Qur'an (QS At Taubah (9): 71):  "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan beroleh rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."

Membiarkan siapa saja berbuat kemungkaran (khasnya yang melakukan kecurangan dan ketidak-adilan) akan berdampak buruk bagi umat keseluruhan, Rasulullah Muhammad SAW bersabda (HR Ibn Majah dari Abu Bakar, hadits no 3995) : “Sesungguhnya manusia apabila melihat kemunkaran, lantas mereka tidak mengubahnya dikuatirkan Allah akan meratakan adzab-Nya kepada mereka.” 

Karenanya perkuat kesadaran untuk memaknai shaum Ramadan sebagai kesadaran memaknai momentum cinta yang sepenuh-penuhnya, tidak terkontaminasi oleh kejahilan yang merusaknya. |

Bait al Hikmah, 16/3/24

Editor : delanova | Sumber : Ilustrasi khas.
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1192
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Energi & Tambang