Bang Sem
MEMACU sedan dalam kecepatan tinggi, bukan hal baru untuk Jeffy. Tapi, kali ini berbeda. Tol jagorawi tiba-tiba terasa seperti jalur pacu balap mobil. Kemarahan menguasai dirinya. Matanya merah. Hatinya bergelora. Tak banyak hal bisa diketahui, kecuali kabar burung: Jeffy sedang terluka. Hatinya bagai tertoreh sembilu. Pasalnya? Alisha, sang kekasih berambut panjang berwajah tirus, amat mengecewakannya. “Alisha ingkar janji,” keluhya.
Ah,... sebenarnya, bukan soal besar benar. Pasal amat sederhana: Jeffy sudah sejak jauh-jauh hari ingin memperkenalkan Alisha kepada kedua orang tuanya. Tapi, berkali-kali gagal. Alisha berjanji akan datang bersama Jeffy kali ini. Dengan segenap perasaan sukacita, ia mengabarkan kembali kepada orang-tuanya. Selepas itu, Jeffy mengunjungi rumah Alisha. Ternyata yang didapatnya hanya kehampaan. Jangankan datang bersama untuk berjumpa kedua orang-tuanya, berjumpa pun tidak.
Lama Jeffy menunggu. Sejak pagi, Alisha pergi ke Bandara mengantar Shara, temannya yang akan kembali ke Yogyakarta. Jeffy berusaha mengontak Alisha, tapi tak ada jawaban. Hanya pesan suara yang mengabarkan, dia sedang tak bisa dihubungi. Jeffy geram dan mengekspresikan kemarahannya dengan menendang angin. Ia tak membayangkan, bagaimana Zyanna, ibunya, akan sangat kecewa.
Ia runtuk dengan presumsinya sendiri. Belia keren, ini tak bisa membayangkan, bagaimana kedua orang-tuanya yang sangat sibuk, itu telah meluangkan waktu untuk menerima kehadiran Alisha. Celakanya, orang-tua Jeffy berpraduga, Alisha tidak menghormati dan telah mengabaikan mereka. Padahal, keduanya sudah berusaha meluangkan waktu untuk menerima sang calon menantu.
Kemarahan Jeffy, bisa dipahami. Bila di hari-hari kemarin, ia bisa memaklumi dan memaafkan Alisha, kali ini tidak lagi. Dengan kemarahan yang masih membara, dia memacu sedannya dan mengunjungi ibunya. meminta ma’af. Matanya berkaca-kaca. Zyanna, sang ibunda, tak tega hati. lalu, ia berusaha menenangkan belianya, agar bisa juga bersabar hati. Jeffy berniat memutuskan hubungan cintanya dengan Alisha, hanya karena malu pada ibunya.
Apa yang dialami Jeffy, tak boleh terjadi, ketika hubungan cinta sedang dipelihara. Sikap Alisha yang lebih mementingkan Shara, dan mengabaikan Jeffy, tentu bisa menjengkelkan. Sikap seperti itu, ibarat memercikkan air di ujung jemari. Padahal, esensi cinta adalah rasa saling menghormati. Pada rasa dan sikap saling menghormati itulah, cinta tersemai, kemudian tumbuh dan berkembang. Meranggas dalam pesona keindahan harmoni. Intinya adalah komitmen yang kudu dipegang dan dipelihara.
Akal sehat, juga tak bisa menerima ekspresi kemarahan Jeffy yang bisa berakibat fatal: mencelakakan dirinya. Karena bagaimanapun juga, ia pasti akan mendapat cara penyelesaian yang baik. Terutama untuk menghapus kekecewaan hati kedua orang-tuanya. Keluhuran hati dan kedalaman cinta seorang ibu, pasti akan mampu mengalirkan kema’afan. “Seorang ibu adalah samudera ma’af, tempat anak akan memperoleh aktualisasi cinta yang sesungguhnya,” nasihat Bu Banin, dosen konselor Jeffy.
Kisah hubungan cinta Jeffy – Alisha yang terluka, tentu tidak mungkin akan menghilangkan dimensi kedalaman cinta ibunya.
“Di situlah misteri cinta bisa diselami,” jelas Bu Banin, ketika Jeffy berkonsultasi.
Jadi?
“Bercintalah laksana sepasang belalang di ujung tangkai bambu. Lentur..,” lanjut Bu Banin. Zyanna sendiri berharap, tak ada belia seperti Jeffy, puteranya yang masih sedemikian rentan dalam mengelola emosi. Duh ! |