Catatan Firdaus
Kota Jambi dihangatkan sinar mentari, seperti biasa, pagi itu. Jum'at (11.08.23). Halaman Rumah Dinas Gubernur Jambi dipenuhi sejumlah kaum ibu dan anak-anak muda. Lantas melantunkan salawat nabi, ditingkah irama hadhrah. Mereka menyambut kedatangan Presiden Lajnah Tanfidziah - Pimpinan Pusat Syarikat Islam (SI), Dr. Hamdan Zoelva (Ketua Mahkamah Konstitusi 2013-2015), Ketua Dewan Pusat SI Achmad Ferial, dan sejumlah pemimpin organisasi Islam modern pertama di Indonesia itu.
Pagi itu, di auditorium Rumah Dinas Gubernur Jambi, Hamdan melantik dan mengambil sumpah Pengurus LT Syarikat Islam Wilayah Provinsi Jambi, yang dipimpin oleh Muhammad Husyairi (CekGu) - Ketua; Adi Yuliandri, S.PT - Wakil Ketua; Ahmad Taufiq, M.Pd - Sekretaris; Hadi Kurniawan, S,Pd.I - Wakil Sekretaris; Alpadli Monas, S.Kom - Bendahara; Novrita Amelya, S.Pd. - Wakil Bendara beserta pimpinan Dewan Wilayah, dan para Ketua dan Wakil Ketua Bidang.
Pelantikan dihadiri dan disaksikan Gubernur Jambi, Dr. H. Al Haris, S.Sos., M.H. -Datuk Mangkubumi Setio Alam.
Gubernur Al Haris menyerap dan merespon baik pelantikan pengurus wilayah SI yang sedang melakukan konsolidasi intensif dan memusatkan perhatian pada Dakwah Ekonomi, Pendidikan, dan Kaderisasi Kepemimpinan mulai dari tingkat desa dan kalangan profesional, serta saudagar itu.
Ketika menyampaikan sambutan, Gubernur Al Haris menyatakan, Syarikat Islam (SI) berkomitmen membangun ekonomi umat di Indonesia terutama di Provinsi Jambi. Dikatakannya, dakwah ekonomi SI merupakan aksi kesadaran untuk mengangkat ekonomi dan persatuan umat.
"Insya-Allah, ke depan Pemerintah Provinsi Jambi siap bersinergi dengan Syarikat Islam terutama dalam mengangkat ekonomi Jambi. Mulai dari peningkatakan kapasitas dan pengembangan usaha kreatif mandiri," katanya.
Dakwah ekonomi tersebut menunjukkan konsistensi SI, sebagai organisasi Islam modern tertua di Indonesia, yang awalnya didirikan sebagai wadah perkumpulan dan pergerakan bagi para pedagang muslim pribumi guna mengimbangi monopoli pedagang Tionghoa yang mendapatkan perlindungan penguasa Hindia Belanda.
Al Haris menyatakan, “Walaupun kita ketahui bersama bahwa Syarikat Islam ini telah beberapa kali mengalami metamorfosa, namun tetap konsisten dalam cita-citanya untuk menyatukan seluruh penduduk Indonesia sebagai suatu bangsa yang berdaulat atau Merdeka,” ujarnya.
Gubernur Al Haris menyampaikan bahwa Pemerintah Provinsi Jambi siap membantu Syarikat Islam dalam membangkitkan ekonomi umat dengan menyandingkan Program Dumisake Jambi Mantap yaitu Program UKMM.
“Kami punya program yang namanya Usaha Kreatif emak-emak, dimana ini juga dapat mengintervensi kemiskinan, dimana sehingga emak-emak kita ini bisa membantu ekonomi keluarga," katanya.
Terhadap para pengurus yang dilantik, Al Haris berharap, dapat menjalankan tugas yang diamanahkan oleh organisasi dengan sebaik-baiknya, serta mewujudkan visi dan misi organisasi dengan baik, mengedepankan kepentingan umat dan menjadi mitra pemerintah.
"Saya berharap kepada pengurus yang baru dilantik agar nantinya mampu membina dan merangkul baik seluruh pengurus khususnya maupun umat pada umumnya," tutup Gubernur Al Haris.
SI, memainkan peran sangat strategis dalam proses perjuangan kebangsaan, keislaman, dan keumatan, sejak masih bernama Syarikat Dagang Islam (1905) oleh H. Samanhoedi, saudagar Batik di Laweyan, Solo. Kemudian berubah menjadi Sarekat Islam di bawah kepemimpinan HOS Tjokroaminoto, setahun kemudian, meskipun baru disahkan akta perubahannya oleh pemerintah Hindia Belanda pada 1911.
Hal tersebut diungkapkan Hamdan Zoelva dalam sambutannya. "SI sudah berdiri, ada dan beraktivitas sebelum Boedi Oetomo didirikan oleh dr. Soetomo tahun 1908, sebagai perhimpunan Kaoem Bangsawan Jawa dan Madoera," ungkap Hamdan. Pada masa itu, SI satu-satunya organisasi berskala nasional dan mempunyai perwakilan di seluruh Nusantara.
Program perjuangan SI, ungkap Hamdan, sejak berdiri adalah Persatuan Umat dan Kemerdekaan Umat, Membangun Pemerintahan sendiri (zelfbestuur), memprioritaskan kepentingan dan suara-suara rakyat berdasarkan dinul Islam dan Membangun Kemerdekaan Ekonomi. Perjuangsan SI adalah perjuangan keumatan bertumpu pada kemandirian, untuk memperoleh kemenangan dan mengambil alih kekuasaan dari penjajah bagi kemerdekaan bangsa Indonesia.
Inti pencapaian perjuangan SI yang dicanangkan HOS Tjokroaminoto dan kemudian digerakkan bersama Haji Agus Salim dan kawan-kawan adalah pencapaian kemerdekaan sejati dan persamaan derajat umat manusia. Karena itu, selain dakwah ekonomi, pendidikan, kesejahteraan dan kebahagiaan umat menjadi prioritas perjuangan, sampai kini.
Akan halnya Achmad Ferial, yang memberi sambutan sebelumnya menegaskan, bahwa HOS Tjokroaminoto dikenal mendidik sejumlah kaum muda yang kelak menjadi pemimpin bangsa ini, seperti Bung Karno, Hamka, Abikusno, dr. Abdul Muis, AM Sangaji, dan lain-lain.
Karenanya, Ferial berharap, SI Jambi memberikan kontribusi bagi upaya-upaya dan ikhtiar pembangunan di Jambi. Bersinergi membangun Jambi. Acara pelantikan SI Wilayah Jambi, selain dibuka dengan Tari Persembahan adat Melayu Jambi dan Sambutan Ketua Pengurus Wilayah Muhammad Husairy seorang aktivis dan dikenal sebagai penyair - budayawan Jambi, juga diisi studium general oleh budayawan N. Syamsuddin Ch. Haesy yang populer dipanggil Bang Sem.
Pada sesi studium general tersebut, Bang Sem mengungkap SI dan bangsa ini, khusunya generasi baru menghadapi tantangan Abad XXI, mulai dari menyelamatkan bumi, membalik kemiskinan, mengendalikan demografi yang stabil, mencapai gaya hidup berkelanjutan (sustainability life data-style), mencegah perang, merancang globalisma berbasis kearifan dan kecerdasan lokal - keseimbangan keterampilan berbasis kecerdasan dengan kecerdasan budaya, melindungi biosfer, menolak terorisme, menghidupkan budaya kreativitas berbasis sains dan teknologi, menaklukan penyakit, memperluas potensi manusia, menghadapi risiko eksistensial, menjelajahi treanshumanisma, dan merancang peradaban baru.
Titik beratnya adalah melakukan reaktualisasi ajaran Islam sebagai pilar peradaban, dengan menggali keunggulan dan keandalan yang diwariskan para pendahulu. Khusus di Jambi, menurut Bang Sem, telah diwariskan sejak berabad lampau. Sekurang-kurangnya pada abad ke XI melalui pergerakan Orang Kaya Hitam sampai bergeraknya Kesultanan Jambi dengan koneksi nasional dan internasionalnya pada paruh pertama abad ke 16 yang seirama dengan pergerakan syi'ar Islam.
Pada awal abad 16 tersebut, sejumlah ulama dan cendekiawan Jambi, seperti Qadi Haji Muhammad Thaiyib, Qadi Muhammad Saman Yamani, Qadi Abdul Ghani, dan Qadi Nasaruddin sudah melakukan proses kaderisasi. Menyemai dan merawat benih kesadaran perjuangan (ghirah dan gairah) kemerdekaan yang berlanjut terus.
Pada abad ke 17 sampai 19, gerak perjuangan melalui jalan agama, pendidikan, budaya dan siyasah diteruskan oleh Sayid Husin Baraqbah, Haji Ishak bin Karim – Mufti Jambi, Kemas Haji Muhammad Zein bin Kemas Haji A. Rauf Al-Jambi As-Syafi’i Al Asy’ari An Naqsabandi, Pangeran Penghulu Noto Sgomo, Syekh Mohammad Syafe’i Bafadhal, Sayyid Alwi Al-Baithi, Al-Qadhi Abd. Ghani bin Haji Abdul Wahid, dan KH Abdul Majib bin H. Moh Yusuf Karamat. Karya intelektual dan peradaban yang mengemuka masa itu adalah kitab Qurrotu al'ain.
Perjuangan tersebut berlanjut melalui ulama-ulama cendekiawan, antara lain Zainuddin Ahmad bin Abdul Aziz Al-Ma’bari Al-Malibari Al-Fannani, Syekh Ali bin Abdullah bin Mahmud bin Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, dengan karya intelektualnya, kitab I'anah Ath Tholibin. Pada paruh pertama abad XX sebagai era modernitas, di Jambi berdiri organisasi, Perhimpunan Tsmaratul Insan, mengawali berdirinya sejumlah institusi pendidikan Nurul Iman, Saadatu Daren - desa Tahtul Yamen, Jauharen, Nurul Islam, dan Al Khairiyah. Nurul Iman terpelihara hingga kini sebagai pondok pesantren di Seberang Batang Hari, sebagaimana halnya Jauharen.
Institusi-institusi pendidikan ini dianggap ancaman oleh penjajah Belanda dan berhadapan secara head to head dengan sekolah-sekolah western school yang mereka bangun, termasuk volkschool yang dikenal sebagai sekolah desa atau sekolah rakyat. "Ini adalah modal insan Jambi sebagai tanah pusako," jelas Bang Sem.
Investasi budaya, ungkap Bang Sem, pun berkembang seirama. Berpijak pada nilai dan norma sebagaimana tergambar dalam catatan sejarah Melayu seperti Bustanussalatin, Tajussalatin, Syair Muko-muko, Tarikh Perak, Tarikh Kedah, Tarikh Trengganu. Alaam budaya, keadaban dan peradaban Melayu Jambi, lantas menjadi bagian khas dari Tamaddun Melayu.
Nilai dan norma tersebut terpumpun dalam adat resam budaya Melayu yang mengemuka dalam Seloko Jambi. Inilah platform nilai yang menjadi landasan penting orientasi budaya Jambi yang memberikan ruang bagi pengembangan sikap demokratis, toleran, inklusif, adaptif, visioner, ekuit dan ekual.
Dalam paparannya yang singkat dan terkesan 'terkurung waktu' tersebut, Bang Sem juga menyinggung investasi ekonomi dan politik Jambi terhadap bangsa ini. Khasnya perjuangan Sultan Thaha Syaifuddin, Abdul Wahid (Raja Batu), Sarekat Islam Jambi yang dipimpin Haji Agus dan Sarekat Abangan. Gerak perjuangan tersebut selaras dan paralel dengan perjuangan kemerdekaan yang diinisiasi oleh Syarikat Islam.
Sinkronitas perjuangan SI dan perjuangan rakyat Jambi, menurut Bang Sem beririsan dalam trilogi Sebersih-bersih tauhid, ilmu pengetahuan (plus teknologi) dan siyasah, dengan platform nilai Seloko : Alim sekitab cerdik secendikio, betino semalu jantan basopan, seibat bak nasi, setuntun bak gulai, salah hukum penghulu pecat, tidak dihukum penghulu pecat. Khasnya dalam mencapai tujuan mencapai negeri aman makmur sentosa dalam lindungan dan ampunan kasih sayang Allah SWT.
Setarikan nafas hal tersebut mesti mewujud dalam gerak aksi mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara, ditopang konstitusi untuk mencapai kesejahteraan kolektif dalam keragaman dan persatuan bangsa. Tanpa kecuali dalam konteks melayari perubahan menjemput zaman baru.
Pelantikan SI Jambi, saya pahamkan sebagai upaya kembali membentang layar perjuangan SI (ke-Indonesia-an, ke-Islam-an, ke-Ilmu-an) dari Batang Hari untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan umat dan bangsa mewujudkan kemerdekaan sejati. Pun demikian halnya dengan kunjungan Hamdan Zoelva sebagai Presiden SI ke Pondok Pesantren Ar Ridho yang digerakkan Tuan Guru A.S Ardiansyah dibawah asuhan KH Yumni, pada hari yang sama. Pesantren Ar Ridho disiapkan sebagai rumah persemaian kader SI dan kader bangsa. |
Penulis adalah Sekrtetaris Jendral DPP GERTASI