Di Sela Sarapan dengan Tok Mail

| dilihat 583

Catatan Bang Sèm

Jakarta basah pagi itu, Ahad 12 Februari 2023. Di ruangan tak cukup luas kantin salah satu apartemen di bilangan Tanah Abang, Jakarta -- kurang lebih satu kilometer dari bekas kediaman allahyarhamah Junaedah, istri pertama allahyarham P. Ramlee -- kami (Asro Kamal Rokan, Arifin Asydad, Nur Hasan Murtiaji, dan saya) sarapan. Menikmati buah-buahan (semangka dan pepaya), brét jém brét (roti panggang berselai).

Lelaki yang nampak sederhana, namun fashionable, itu duduk di depan saya. Dato' Seri Ismail Sabri Yaakob, namanya. Perdana Menteri (PM) Malaysia ke 9 (2021-2022).

Ia menggantikan Tan Sri Muhyiddin Yassin, PM ke 8 dan digantikan Dato' Seri Anwar Ibrahim Perdana Menteri Malaysia ke 10.

Seperti biasa, tampilannya kalem. Pagi itu, Ismail Sabri yang populer juga disebut Tok Mail, itu menikmati sekeping brét jém brét dan téh panas. Saya menikmati mie goreng Jawa, air suam, dan secangkir kopi.

Anggota parlemen dari wilayah Bera - Pahang, ini bercerita, dia melancong beberapa hari di Jakarta dan sempat bersilaturrahmi dengan Sandiaga Uno - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Jusuf Kalla (Wakil Presiden RI 2004-2009 dan 2014-2019), koleganya.

"Kunjungan balasan," katanya. "Silaturrahmi yang menyenangkan," lanjutnya.

Dengan Jusuf Kalla dan Sandiaga Uno, suami Datin Seri Muhaini Zainal Abidin kelahiran Temerloh (18 Januari 1960) ini, saling bertukar informasi tentang isu mutakhir dua negara.

Asro dan saya, kali mutakhir bertemu dan berbincang dengannya di Bera, saat kampanye Pilihan Raya Umum (PRU) ke 15, November 2022. Sebelumnya, kami bertemu dan berbincang dengannya di Perdana Putera - Kantor Perdana Menteri Malaysia di Puterajaya, sambil menikmati durian lepas tengah hari.

"Dah lama kita tidak santap durian.. Kita boleh nikmati lagi durian di Kuala Lumpur," katanya sambil tersenyum.

Ayah empat anak, putera penderas getah, ini politisi Malaysia cerdas dan teguh pendirian yang konsisten dengan konstitusi (partai dan negara), pertama kali terpilih sebagai anggota parlemen pada usia 44 tahun (2004), selepas PRU 11. Saya mendengar namanya pertama kali dari Allahyarham Tan Sri Zainuddin Maidin - bekas Menteri Penerangan Malaysia - saat kampanye PRU 12 (2008) di Sungai Petani.

Ihwal UMNO

Pada PRU 12, UMNO (United Malay Nation Organization) - yang memimpin koalisi Barisan Nasional (BN) mengalami guncangan pertama, ketika kursi parlemen di 5 (lima) negeri, direbut pembangkang Pakatan Rakyat (Partai Keadilan Rakyat - PKR, Partai Aksi Demokratik - DAP, dan Partai Islam se Malaysia - PAS). Kondisi ini menyebabkan Perdana Menteri Malaysia ke 5 (Tun Abdullah Badawi) meletakkan jabatannya sebagai Presiden UMNO/BN. Tok Mail berhasil mempertahankan kursinya di wilayah Bera.

Pada PRU 13 (2013) di bawah kepemimpinan Dato Seri Najib Tun Razak - yang kini dalam penjara - UMNO/BN masih memenangkan mayoritas kursi di Dewan Rakyat dan membentuk pemerintahan, meskipun mengalami degradasi di wilayah perkotaan. Tok Mail masih kokoh sebagai anggota parlemen.

Bahkan, pada PRU 14 (2018) ketika UMNO/BN tumbang setelah enam dekade memerintah, Tok Mail masih kokoh sebagai anggota parlemen dari Bera. Lulusan Fakultas Hukum - Universitas Malaysia, ini lantas menjadi Ketua Pembangkang di parlemen. Lewat PRU ke 14 yang dimenangkan Pakatan Harapan (PH) ini, Tun Dr. Mahathir Mohammad menjadi Perdana Menteri ke 7 (untuk kedua kalinya). Atas kekalahan UMNO/BN dengan jantan, Dato' Seri Najib mengundurkan diri dari posisinya sebagai Presiden UMNO/BN dan digantikan Dato Seri Zahid Hamidi yang ketika itu Timbalan PM / Menteri Pertahanan.

Belum genap dua tahun memerintah, Tun Mahathir meletakkan jabatannya. Pemerintahan PH tumbang, karena Muhyiddin Yassin berkolaborasi dengan Azmin Ali (Wakil Presiden PKR) dan Tuan Guru Haji Hadi Awang (Presiden PAS) bersekutu. Kali ini, Ismail Sabri bersama Hishamuddin Onn dan Khairi Jamaluddin mengambil peluang kembalinya UMNO ke dalam pemerintahan dalam pemerintahan Muhyiddin. Tok Mail pun diangkat sebagai Timbalan Perdana Menteri. Setahun kemudian, pemerintahan Muhyiddin tumbang. Anggota parlemen memberi dukungan kepada Ismail Sabri Yaakob, sehingga Yang Di Pertuan Agong Malaysia ke 16, Al-Sultan Abdullah Ri’ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah melantiknya sebagai Perdana Menteri ke 9.

Sejak 2008, Tok Mail mengemban berbagai amanah sebagai Menteri Belia dan Sukan, Menteri Perdagangan Dalam Negeri, Koperasi dan Kepenggunaan, Menteri Pertanian Dan Industri Asas Tani, Menteri Kemajuan Luar Bandar dan Wilayah, dan Menteri Pertahanan merangkap Timbalan Perdana Menteri.

Kala menjalankan amanah PM ke 9 atas nasihat Yang Di Pertuan Agong Malaysia, Tok Mail menempuh langkah strategis melakukan stabilisasi politik untuk mengatasi pandemi Covid 19 yang mendera dan membuat negara oleng oleh krisis kesehatan dan ekonomi.

Tok Mail membuka dialog dengan pembangkang (Anwar Ibrahim, Lim Guan Eng, dan Mat Sabu).  Sepanjang sejarah politik Malaysia, inilah kali pertama pembangkang menandatangani kesepakatan (Memorandum of Understanding) dengan pemerintah untuk tidak mengganggu jalannya pemerintahan. Mereka bersepakat untuk mendukung pengesahan undang-undang budget (pendapatan dan belanja negara) dan pengesahan undang undang anti lompat partai. Sekaligus bersepakat mengusung tema sentrak Keluarga Malaysia yang menegaskan demograsi sebagai cara mencapai harmoni kebangsaan.

'Pak Turut' dan 'Mak Turut'

Yang mengejutkan adalah selama masa pemerintahannya yang tak henti merongrong justru dari kalangan partainya sendiri, khasnya Zahid Hamidi - Presiden UMNO/BN dan puaknya, yang menjadi sumber kisruh internal partai. Zahid ingin menjadikan Tok Mail sebagai petugas partai, laiknya PDIP di Indonesia memperlakukan Presiden Joko Widodo.

Meski Tok Mail menempatkan politisi UMNO/BN dalam jumlah yang banyak dalam kabinetnya, Zahid Hamidi cum suis tak berhenti melakukan tekanan dan mengganggu Tok Mail. Termasuk mendesak Tok Mail membubarkan parlemen dan segera menyelenggarakan PRU 15. Berulang kali Tok Mail menjelaskan, bila PRU 15 diselenggarakan lebih awal dari masa yang seharusnya, UMNO/BN akan kalah. Justru pembangkang yang meminta Tok Mail menyelenggarakan PRU 15 sesuai masanya, Juli 2023.

Tok Mail -- atas persetujuan Agong -- akhirnya membubarkan parlemen dan memerintahkan Suruhan Jaya Pilihan Raya (SPR - di Indonesia Komisi Pemilihan Umum) menyelenggarakan PRU 15 - November 2022. Hasilnya? Rakyat menghukum seluruh partai dan 'menghabisi' BN/UMNO yang hanya beroleh 30/26 kursi di parlemen. Sepanjang sejarah Malaysia pula, PRU 15 menyebabkan terjadinya 'hang parliament.'

Kekalahan tersebut, antara lain disebabkan keputusan Zahid sebagai Presiden UMNO menggusur sejumlah petinggi yang berpengaruh kuat di berbagai wilayah parlemen, seperti Annuar Musa, Noh Omar, Shahidan Kassim, Tajudin Abdul Rachman, dan memindahkan Khairy Jamaluddin dari Rembau ke Sungai Buloh.

Celakanya, atas kesalahan yang menyebabkan UMNO sangat terpuruk tersebut, Zahid bukan mengundurkan diri, malah menuding 10 petinggi UMNO yang sebagian besar menteri dalam pemerintahan Tok Mail, sebagai penghianat. Sebagaimana diduga sebelumnya, Zahid bersiasat mempertahankan posisinya dan mengambil langkah 'menelan kembali ludah terjatuh di tanah' dengan berkongsi kuasa dengan PH (Anwar Ibrahim, guru politiknya). UMNO pun berkongsi dengan PH untuk memperoleh 5 (lima) jabatan menteri, termasuk jabatan Zahid sebagai Timbalan Perdana Menteri / Menteri Kemajuan Desa dan Wilayah.

Tok Mail tak buka suara selama ini. Ia tak hendak menambah gaduh UMNO yang mengalami persoalan internal, terutama akibat tindakan Zahid memecat Annuar Musa, Noh Omar, Khairy Jamaluddin, dan Shahril Sufian Hamdan. Sekaligus 'menggantung' (skors) keanggotaan Hishamuddin Hussein. Tapi, karena dirinya terus didera dengan beragam kecurigaan yang tak beralasan, akhirnya dia bicara. Tok Mail tak menafikan, di dalam tubuh UMNO terdapat puak yang hanya menjadi 'Pak Turut' dan 'Mak Turut.'

Ia mengkritisi kepemimpinan Zahid Hamidi dan Tok Mat (Mohammad Hasan) - Menteri Pertahanan kini -- Presiden / Timbalan Presiden UMNO yang dengan siasatnya menghalangi Perhimpunan Agung (Kongres) UMNO 2022 -- populer juga dengan sebutan PAU -- membuka ruang kontestasi jabatan Presiden/Timbalan Presiden, dan hanya membuka ruang kontestasi untuk jabatan Naib Presiden Partai, yang salah satunya kini dijabat Tok Mail.

Keluarga Malaysia

Sebetulnya, sejak PRU 14, Tok Mail sudah menyiapkan dirinya rehat dari politik arus utama (mainstream politic). Kalaupun masih diperlukan, dia hanya ingin menjadi senator. Tapi takdir menentukan lain. Dia dilantik sebagai PM ke 9. Tok Mail yang hanya 42 hari menjabat Timbalan Perdana Menteri tersebut, risau melihat perilaku pemimpin UMNO kini, yang menurutnya bukan mengambil prioritas untuk melakukan konsolidasi partai.

Membuang sejumlah kader partai yang penting dan berpengaruh akan membuat UMNO terus terpuruk. Tugas pemimpin, menurut Tok Mail adalah menciptakan soliditas partai, bukan malah melemahkan dengan melanggar konstitusi partai. Membuka peluang pemilihan Presiden / Waklil Presiden UMNO, menurutnya merupakan salah satu cara konsolidasi.

"Zaman sudah berubah. Pemilih-pemilih generasi muda berbeda karakter dan orientasi politiknya, bahkan pemilih konvensional pun sudah berubah, akibat perkembangan sosial media," ungkapnya. Bila kalangan muda dan mereka yang mempunyai akar kuat di kalangan rakyat tidak diberi peluang dan digusur, ia yakin kalangan pemula yang akan mendukung UMNO akan terus berkurang. Bahkan, sangat mungkin, yang sudah ada di dalam akan keluar.

Tok Mail menghormati keputusan PAU, kecuali lembaga ROS (Registrar of Societies) memutuskan lain yang berkaitan dengan aduan dua anggota UMNO terkait dengan pelanggaran konstitusi UMNO. Ia menaruh harapan, ROS yang berada di bawah kuasa Menteri Dalam Negeri yang kini dijabat Syarifuddin Nasution -- yang kalah dalam PRU 15 tapi diangkat sebagai Senator sehingga bisa dilantik sebagai menteri -- dapat menyelidiki dan mengambil keputusan obyektif melihat kasus kisruh di dalam UMNO.

Tok Mail tertawa ketika disinggung pasal kemungkinan dia ikut dalam kontestasi posisi Presiden atau Wakil Presiden UMNO jika peluangnya dibuka. Tok Mail tak menanggapi dengan sepatah kata pun. Ia mengalihkan pembicaraan ke sejarah terjadinya nepotisme dan demokrasi era khulafa'ur rasyidin setelah masa khalifah Sayyidina Abu Bakar Shiddiq dan Sayyidina Umar bin Khattab. Lantas menghirup teh hangatnya.

Sebagai orang hukum dan politisi yang taat konstitusi, yang menjadi concern Tok Mail adalah konsistensi dalam menegakkan konstitusi dan platform partai, serta sungguh memahami secara asasi cara terbaik dalam melakukan konsolidasi partai. Seluruh proses pengambilan keputusan, menurutnya, harus mengikuti prosedur dan ketentuan hukum dalam konstitusi partai.

Selebihnya, ia lebih memusatkan perhatian kepada perlunya penyegaran dalam kepemimpinan partai yang mampu membaca, memahami, dan mengakomodasi aspirasi rakyat, terutama generasi baru, kaum muda yang mulai bertumbuh. Partai mesti melakukan proses kaderisasi. Bila tidak, partai UMNO akan memasuki masa yang kelam.

Perbincangan tentang dengan Tok Mail saat sarapan lebih banyak bicara ihwal perkhidmatan tentang anak-anak yatim piatu yang ditinggalkan orang tua mereka akibat pandemi Covid 19 lampau. Ia hendak mendirikan Yayasan Keluarga Malaysia untuk menyantuni anak-anak yatim tersebut. Juga mengatasi berbagai masalah asasi terkait dengan kehidupan rakyat terkait pendidikan, kesehatan, dan pemampuan ekonomi berbasis keluarga. Ia tertarik dengan gagasan tentang pengembangan gagasan Keluarga Malaysia ke depan. "Mari kita matangkan gagasan ini sambil menikmati durian lagi," ujarnya sambil tersenyum.|

 

Editor : delanova
 
Energi & Tambang
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 248
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 472
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 465
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 437
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya