Cantik

| dilihat 2225

NOORA

KAPAN Anda merasa cantik? Pertanyaan ini kutujukan kepada Aida yang datang senja itu. Ia sakit hati ketika Marilyn mengolok-oloknya. “Jelek banget sih kamu? Jadi asisten CEO koq kumal.”

Tak hanya sekali Marilyn melontarkan kata-kata yang melukai Aida. Kali ini, Aida sakit sekali.

Aida tercenung menerima pertanyaan saya. Dia menunduk. Bulir airmatanya jatuh. Ia menatap saya dengan mata berkaca-kaca. Lalu menggeleng.

“Setiap kali Marilyn menistamu jelek, setiap kali itu juga kamu cantik,” kataku.  Aida menatap mata saya. Saya ulangi pernyataan saya, “Setiap kali Marilyn menistamu jelek, setiap kali itu juga kamu cantik.” Aida tersipu.

Aida memang cantik. Tak hanya cantik rupa. Ia juga elok budi. Meski tak berdandan (karena memang kurang suka berdandan) pesona personanya sebagai perempuan memang cantik.

Dalam usianya yang belum genap 25 tahun, Aida sudah beroleh kesempatan berkarir yang bagus sebagai asisten CEO (chief executive officer) perusahaan. Firman, sang CEO memilihnya menjadi asisten bukan tanpa sebab. Bos yang baru berusia 35 tahun, itu memilih Aida tak semata-mata karena parasnya cantik. Tapi lebih karena faktor kecantikan lain yang melekat pada diri Aida.

Dibanding Marilyn yang senang berdandan, penampilan Aida memang sangat berbeda. Aida sangat sederhana. Dia berdandan ala kadarnya sebagai perempuan. Tapi, dia cerdas, segar, dan antusias setiap kali diberikan tugas. Pada saat berbicara di forum rapat atau dalam kesempatan lain, dia nampak menonjol. Wibawanya nampak kuat.

Tak heran bila Firman diam-diam juga jatuh hati kepadanya. Seringkali Firman memuji Aida secara terbuka. Aida sendiri tak begitu suka dipuji Firman di hadapan khalayak. Apalagi, pujian itu membuat Marilyn kian gencar menistanya.

Marilyn yang merasa perempuan paling cantik dan paling seksi di kantornya sangat kecewa, karena Firman memilih Aida menjadi asistennya. Bahkan, belakangan justru nampak jatuh cinta.

Seringkali Marilyn berulah, bahkan secara terbuka menyerang Aida di hadapan Firman. Situasi itu membuat Firman kian menaruh simpati pada Aida.

Kepada saya, Aida mengatakan, apa yang dikatakan Marilyn mungkin benar. “Saya tidak cantik dibandingkan dia. Saya hanya perempuan biasa yang tak begitu kenal dengan aneka rupa kosmetik. Paling-paling saya hanya mengenakan bedak biasa yang dibuatkan ibu dari tepung beras. Saya memanggunakan lipstick untuk memulas bibir saya. Itupun lipstick oleh-oleh yang diberikan Pak Firman setiap kali beliau pergi ke luar negeri,” ungkap Aida. Dia belum yakin dirinya cantik.

Meski tak merasa cantik, tak seorangpun lelaki di kantor yang menganggap Aida jelek. Dia memang cantik. Terutama karena budinya yang memang cantik. Kecerdasan dan kesantunannya membuat Aida selalu tampak cantik dan kecantikannya terlihat menjadi pesona persona yang mengundak decak lelaki.

Aida bagai kembang yang kerap dikunjungi kumbang, meski belum satu pun kumbang yang berhasil memikatnya, apalagi menjadi pemiliknya untuk mendapatkan sarimadunya. |  

Editor : Web Administrator
 
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 429
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 1008
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 237
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 713
Momentum Cinta
Selanjutnya
Energi & Tambang