Kotoranmu Mulutmu

| dilihat 2586

LING marah besar. Dia pergi meninggalkan Lung. Dia minggat ke rumah Babah.  Meski sudah dinasihatkan segera pulang, Ling bertahan di rumah babahnya.

“Biar bah.. Ling di sini aja.. Lung, biar urus dirinya,”ujar Ling.

Babah lumayan geram, begitu tahu, minggatnya Ling ke rumah dia, lantaran tak sanggup mendengar omongan Lung. Dia memaki dengan kata-kata yang sangat tak pantas.

“Coba babah bayangin, dari kecil gak pernah Ling dapet omongan kasar dan jorok. Lung menyebut Ling dengan nama kotoran,” kata Ling.

Ling meminta Memeh, sepupunya untuk bercerita, bagaimana Lung tetap menggunakan kata-kata yang tak pantas, itu walaupun Memeh sudah coba memintanya mengganti dengan bahasa yang lebih halus. Lung bukannya sadar, malah balik bilang pada Memeh, “Lu aja bego mau nanya-nanya persoalan gua ama Ling.

Babah menarik nafas. Dia bergegas ke rumah Lung. Tapi rumah itu terkunci. Babah menyusul Lung ke tokonya di pasar. Dia dapati Lung sedang mengekspresikan kemarahannya menggunakan kata-kata kasar yang biasa dipakai menyebut kotoran manusia atau hewan.

Babah menggebrak. Lung tersentak kaget. Babah menyoal perkataan Lung. Tapi Lung malah ngotot. “Kalo babah mao ngesoal omongan gua, babah pergi aja. Babah juga sama aja dengan Ling,”ucap Lung sambil menyebut kata pengganti kotoran manusia dan hewan yang sangat kasar itu.

Babah tak tinggal diam. Dia buka jurus kuntaw dan langsung menghajar kening Lung. Lung terhuyung, kemudian jatuh di pojok kios. Babah langsung menghantam Lung dengan pukulan a la dewa mabok menghajar badai. Lung terhenyak. Babah menginjak kepalanya.

Lung marah. Dia merasa injakan kaki babah di kepalanya adalah penghinaan dan penistaan. “Babah jangan injek kepala gua. Ini penistaan,”teriak Lung. Babah sekali lagi menginjak kepala Lung.

“Penistaan ini gak seberapa dibandingkan dengan kata-kata lu menista, menghina dan melukai hati Ling,”ungkap babah.

Para pedagag dan pembeli di pasar itu segera berkerumun. Babah bergegas ke kios penjual ayam potong. Dia mengambil kotoran ayam dari got dekat kios itu. Memasukkannya ke ember, dan dengan marah bergegas mengejar Lung.

Kotoran ayam itu segera dia sebor ke muka Lung. Lung gelagapan.

“Lu kayak ini. Jadi lu pantes mandi ginian. Tahu?” ujar babah sambil tak lupa menghajar Lung sekali lagi dengan kakinya. “Jangan mentang-mentang berkuasa lu kagak tahu sopan santun,”ujar babah.

Pasar heboh. Orang-orang pada blingsatan ketika Lung bangun dan buru-buru ke wc umum. Kotoran ayam yang menempel di sekujur badannya bececeran di sepanjang jalan. Kong Gow Hok mendatangi Babah dan menasehati, supaya babah bijaksana menghadapi Lung.

Babah memandang Gow Hok. “Kong, hanya dia yang mengenal orang lain dengan bijaksana kita perlakukan bijaksana, kalau Lung harus diperlakukan kayak bwegitu.”

Kong Gow Hok tertegun. Babah ngomong lagi, Lung sudah keterlaluan, dia tidak lagi kenal dirinya, karena itu dia gelap kayak kotoran ayam, kotoran sapi, kotoran kita.

“Orang yang merasa besar karena punya kekuasaan selalu cenderung mengalahkan orang lain. Dia terbang ketika disanjung, tapi limbung ketika melambung. Orang ini tidak boleh dibiarkan,”ujar babah.

Babah diam, ketika Kong Gow Hok mengutip ajaran Lao Tse, “Hanya dia yang mampu mengalahkan dirinya sebagai orang kuat yang sesungguhnya.”

Babah tak kalah siak, dia balas omongan Kong Gow Hok, “Kong jangan lupa, “Kesopanan dalam berkata-kata menciptakan keyakinan bahwa orang itu berpikir tentang kedamaian, dengamn budi pekerti kita berbagi kebaikan dan kebajikan. Bukan dengan kata-kata kotor untuk meyakinkan orang lain tentang kebenaran.”

Kong Gow Hok terdiam. Dia sadar, orang yang terbiasa menggunakan kata-kata kasar untuk meyakinkan orang bahwa dirinya benar, adalah petaka buat masyarakat.... “Mulut Lung dan kotoran ayam, sama,” kata Babah, terus ngeloyor| 

Editor : Web Administrator
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 715
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 872
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 823
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 430
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 1016
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 238
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 714
Momentum Cinta
Selanjutnya