Salawat Tarhim

| dilihat 629

Haédar Mohammad

Subuh menjelang. Adzan syahdu itu belum lagi terdengar. Sesayup sampai, yang terdengar adalah suara tarhim dari masjid di kaki bukit. Mengalun lirih, diterbangkan angin, hingga terdengar ke kamar ini.

Ash-shalâtu was-salâmu ‘alâyk. Yâ imâmal mujâhidîn yâ Rasûlallâh./ Ash-shalâtu was-salâmu ‘alâyk. Yâ nâshiral hudâ yâ khayra khalqillâh./ Ash-shalâtu was-salâmu ‘alâyk. Yâ nâshiral haqqi yâ Rasûlallâh. // Ash-shalâtu was-salâmu ‘alâyk.// Yâ Man asrâ bikal muhayminu laylan nilta mâ nilta wal-anâmu niyâmu. Wa taqaddamta lish-shalâti fashallâ kulu man fis-samâi wa antal imâmu. Wa ilal muntahâ rufi’ta karîman. Wa ilal muntahâ rufi’ta karîman wa sai’tan nidâ ‘alaykas salâm. // Yâ karîmal akhlâq yâ Rasûlallâh Shallallâhu ‘alayka wa ‘alâ âlika wa ashhâbika ajma’în.

Lirik syahdu yang teramat menggugah, berisi pujian rindu kepada Rasulullah Muhammad SAW, itu pertama kali dikumandangkan Syekh Mahmoud Khalil Al Husshari (1917–1980), seorang qari' ternama lulusan Al Azhar, yang memimpin Jam’iyatul Qurra’ wal Huffadz (organisasi para penghafal Alquran) di Mesir.

Secara bebas, lirik Tarhim bisa dipahami seperti ini:

Shalawat dan salam semoga tercurahkan padamu, duhai pemimpin para pejuang, ya Rasulullah. / Shalawat dan salam semoga tercurahkan padamu duhai penuntun petunjuk Ilahi, duhai makhluk yang terbaik./ Shalawat dan salam semoga tercurahkan atasmu, duhai penolong kebenaran, ya Rasulullah.// Shalawat dan salam semoga tercurahkan padamu.// Wahai Yang Memperjalankanmu di malam hari./ Dialah Yang Maha Melindungi Engkau memperoleh apa yang kau peroleh sementara semua manusia tidur/ Semua penghuni langit salat di belakangmu dan engkau menjadi imam./ Engkau diberangkatkan ke Sidratul Muntaha karena kemulianmu dan engkau mendengar suara ucapan salam atasmu.//Duhai yang paling mulia akhlaknya, ya Rasulullah./ Semoga shalawat selalu tercurahkan padamu, pada keluargamu dan sahabatmu.//

Syeikh Mahmoud Al Husshari, kelahiran desa Syibran Namlah - Gaza, pada bulan Dzulhijjah 1335 H (17 September 1917) dijuluki sebagai insan utama dan paling baik tajwidnya dalam menderas Al Qur'ar dengan sangat tartil - teliti dan tepat. Ia telah menghafal 30 juz al Qur'an pada usia 8 tahun.

Al Husshari menempuh pendidikan berjenjang, hingga akhirnya menjadi mahasiswa jurusn al Qur'an di Universitas al Azhar - Kairo, lembaga pendidikan tinggi Islam tertua, dan memperoleh ijazah qira'at sepuluh atau al-Qira-at al-‘Asyr.

Sejak tahun 1944 suara merdunya  membaca al Qur'an dengan fasih, dinikmati umat Islam di Mesir (dan kemudian di dunia). 13 tahun kemudian, Al Husshari terpilih sebagai penyeleksi para qari’ di Mesir. Lalu beroleh amanah mengoreksi cetakan-cetakan mush-haf Alquran di Al-Azhar (1960) di bawah lembaga Alquran wa al-Hadits bi Jam’i al-Buhuts al-Islamiyah.

Tahun 1960 itu juga, Al Husshari diangkat sebagai guru besar bagi para qari’ di Mesir, dan menjadi tokoh penting dalam pelaksanaan  kebijakan dan usaha luar biasa menyebarkan ilmu-ilmu Alquran Kementerian Wakaf Mesir.

Suaranya membaca al Qur'an secara lengkap (30 juz) lalu direkam (1961) dan selama sedasawarsa, merupakan satu-satunya qari yang mempunyai rekaman suara. Termasuk bacaan murratal.

Rekaman suaranya membaca 30 juz al Qur'an sekaligus memperluas pemahaman para qari' di seluruh dunia tentang dengan riwayat Warasy ‘an Nafi,’ Qalun ‘an Nafi,’ dan ad-Dauri ‘an Abi Amr.

Masyarakat muslim Indonesia pertama kali mendengarnya seputar awal dekade 1960-an, kala Syekh Mahmoud Al Husshari berkunjung ke Indonesia. Lantas diminta merekam sholawat tarhim di studio Lokananta, perusahaan rekaman milik negara, di Solo. Rekaman itu, kemudian dikumandangkan Radio Republik Indonesia (RRI) dan Radio Yasmara (Yayasan Masjid Rahmat) di Surabaya.

Salawat Tarhim dikumandangkan pada mulanya hanya menjelang subuh, tujuannya untuk menggugah umat Islam yang sedang lelap tertidur, untuk segeras berjaga,  menyiapkan diri untuk salat tahajjud, juga salat subuh.

Khas di bulan Ramadan, ditujukan untuk menggugah kaum muslimin agar terjaga untuk menyiapkan sahur dan bersiap salat subuh.

Belakangan hari, tarhim juga dikumandangkan sebelum adzan waktu salat berkumandang, mengalun dalam irama spiritual di cakrawala - jagad raya.

Secara essensial dan maknawi, salawat Tarhim, juga dapat dipahami sebagai isyarat untuk agar umat Islam tidak terlelap dalam tidur dan 'tidur.' Selalu memelihara kesadaran personal dan kolektif senantiasa ingat dan sadar untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Isyarat untuk menguatkan aqidah, konsisten dan konsekuen mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, dalam mengharungi dinamika kehidupan muamalah yang diutopang oleh akhlak mulia.

Pesan dalam lirik salawat Tarhim jelas, mengingatkan hakikat seorang muslim sebagai pejuang yang tak pernah lelah menjadi insan terbaik, sebagai rahmat atas semesta.

Insan terbaik itu adalah, insan yang selalu mampu menegakkan kebenaran dan keadilan untuk insan sesama dan semesta secara ekologis

Pejuang tangguh bagi penegakan ajaran Ilahi yang memandu manusia menuju kehidupan damai tenteram dan sentausa di dunia dan akhirat, kehidupan yang terbebas dari petaka.

Karenanya, setiap muslim adalah pejuang untuk mencegah terjadinya petaka, dengan penguasaan dan pemanusiawian sains dan teknologi, sebagai bagian dari strategi kehidupan yang teguh dalam menegakkan dimensi nilai dasar kemanusiaan.

Dalam konteks perjuangan hidup yang multidimensi, Tarhim juga mengandung makna, sebagai isyarat untuk merapatkan barisan, dan memilih pemimpin terbaik yang mengacu kepada sosok Rasulullah Muhammad SAW. Pribadi tangguh yang diposisikan Allah SWT sebagai solusi dan bukan sebagai masalah dalam kehidupan.

Pribadi yang terus berikhtiar mencapai derajat sebagai insan kamil, manusia dengan kemuliaan, karena ketaqwaan, kecerdasan, kearifan, dan kesungguhan sebagai pemimpin di atas muka bumi.

Salawat Tarhim, juga merupakan isyarat, agar setiap muslim selalu menjadi inisiator kebajikan, pejuang tangguh dalam komunitas, khalayak, dan bangsa dalam mewujudkan kehidupan insaniah terbaik. Tak terkecuali dalam menegakkan amar ma'ruh nahyi munkar dalam mewujudkan baldah thayyibah (negara - bangsa) berkualitas - terbaik, wa rabbun ghafuur :dalam pemeliharaan Allah nan Maha Pengampun. |

Editor : delanova | Sumber : berbagai sumber
 
Polhukam
19 Apr 24, 19:54 WIB | Dilihat : 35
Iran Anggap Remeh Serangan Israel
16 Apr 24, 09:08 WIB | Dilihat : 228
Cara Iran Menempeleng Israel
14 Apr 24, 21:23 WIB | Dilihat : 245
Serangan Balasan Iran Cemaskan Warga Israel
Selanjutnya
Energi & Tambang