Lukisan Parlemen Beruk dan Katak dan Rasa Humor Satir Sultan Selangor

| dilihat 1040

Apa yang terjadi bila monyet, kera, beruk, dan katak bersidang di palemen? Apa boleh jadi, meski persidangan itu dipimpin oleh speaker, pemimpin sidang yang kepemimpinannya kerap diabaikan politisi.

Gaduh! Inilah kata yang paling pas dipakai untuk menggambarkan sikap dan laku politisi, wakil rakyat di parlemen.

Kebiasaan politisi Malaysia bergaduh di Dewan Rakyat memancing rakyat jelak, muak, atau mual. Muaranya adalah rakyat tidak percaya kepada wakil rakyat.

Dalam sidang Dewan Rakyat (Senin, 11.04.22), Mat Sabu (Kota Raja), ketika membahas rancangan undang-undang tentang 'lompat parti,' menyatakan, rakyat sudah tak percaya kepada partai politik dan wakil rakyat di parlemen.

Sikap dan pandangan tidak percaya kepada para politisi, wakil rakyat di parlemen diekspresikan dengan beragam cara oleh berbagai kalangan. Terutama seniman.

Tahun 2009 di Inggris, seorang pelukis jalanan, Banksy membuat lukisan satir yang sangat sarkastik, bagaimana monyet, kera, dan beruk bersidang di gedung parlemen.

Belakangan hari, seorang pelukis Malaysia yang tak disebutkan namanya, membuat lukisan sejenis. Dalam lukisan tersebut, tergambar bagaimana monyet, kera, beruk, dan katak berada di ruang sidang Dewan Rakyat dalam persidangan yang dipimpin speaker.

Lukisan itu menarik perhatian khalayak ramai, ketika Selasa (12.04.22) dalam akun resmi (facebook, instagram, twitter) Royal Selangor mengabarkan, bahwa Sultan Sharafudin Idris Shah Alhaj telah membeli lukisan satir sarkastik, ini. Sultan Selangor mempunyai sense of humor yang tinggi dan satir.

Lukisan itu seolah-olah mengekspresikan suara diam mayoritas rakyat Malaysia terhadap perilaku politisi dan wakil-wakil rakyat - yang juga mewakili partai politik di parlemen.

Lukisan tersebut kini menghias ruang baca - perpustakaan pribadi si istana Sultan Sharafudin. Postingan akun resmi twitter, facebook, dan instagram Kesultanan Selangor tersebut, segera mendapat reaksi dan komentar netizen.

Jagad maya Malaysia pun gempar. Sultan Sharafuddin, sebagaimana dikabarkan dalam info resmi akun instagram kesultanan, berkeinginan, kelak akan melelang lukisan tersebut, untuk kepentingan amal - sosial bagi rakyat.

Lukisan tersebut juga dipandang sebagai potret reflektif keadaan sebenarnya. Dalam konteks parlemen Malaysia sejak empat tahun terakhir, lukisan tersebut memantik beragam pertanyaan ihwal perilaku politisi - partisan maupun bebas.

Di sisi lain, laku atau pola anggota parlemen memantik pandangan, bahwa apa yang berlaku di parlemen hanyalah repertoar pantomim, tableu, sandiwara bangsawan, bahkan opera sabun para politisi.

Sidang-sidang di Dewan Rakyat cenderung diasumsikan sebagai pentas pergelaran (show) kisah-kisah absurd dalam drama seri tanpa peduli apakah rakyat suka atau tidak suka. Pergelaran yang hanya membuat syoor di sendiri para politisi.

Keputusan Sultan Selangor Syarafuddin Idris Shah al-Haj pun membeli lukisan tersebut, memberikan isyarat, bahwa selama ini, Sultan mempunyai pendapat yang sama dengan mayoritas diam rakyat.

Komedian Malaysia Harith Iskandar, merespon postingan Royal Selangor dengan komentar singkat dan padat, "Brilian. Daulat Tuanku."

Netizen lain memandang Sultan Selangor mempunyai sense of humor politik yang sangat tinggi dengan membeli lukisan tersebut. Sekaligus sebagai wujud lain pernyataan dan sikap politiknya selama ini, yang kerap mengkritisi politisi, anggota parlemen. Hal yang sama juga dilakukan oleh Sultan Perak, Raja Nazrin Shah ibni Raja Azlan Shah, tak terkecuali Sultan Pahang, Al-Sultan Abdullah ibni Sultan Ahmad Shah yang kini menyandang amanah sebagai Yang Dipertuan Agong Malaysia, serta beberapa Sultan Negeri lain.

Sikap dan keputusan Sultan Selangor membeli dan memiliki lukisan itu dipujikan beberapa netizen, sebagai cara edukatif untuk membangunkan dan menghidupkan kesadaran politisi, khasnya anggota parlemen, untuk kembalu berkhidmat sepenuhnya kepada rakyat.

Lukisan penuh makna dan menyimpan pesan tanpa kata tentang dinamika politik Malaysia mutakhir, itu dipandang sebagai isyarat, bahwa Sultan Selangor sangat paham dan mengerti nurani rakyat. Lukisan tersebut sebagai bentuk lain dari resonansi suara hati Sultan atas suara hati rakyat.

Hal tersebut juga tercermin dari respon cepat Sultan Selangor untuk membeli dan memiliki lukisan satir sarkastik tersebut, begitu Sultan melihatnya.

"Begitu melihat lukisan tersebut, Sultan setuju untuk membelinya, kemudian menggantungnya sebagai hiasan di ruang baca pribadinya," ungkap kalangan Kesultanan Selangor di akun Instagram dan Facebook Istana Selangor hari ini. | May Sharia

Editor : delanova | Sumber : berbagai sumber