Bahasa Asia Tenggara

| dilihat 2495

JAKARTA, AKARPADINEWS.com- Bagi saya Indonesia-Malaysia bukanlah dua bangsa serumpun.  Dari aspek etimologi – bahasa – kedua negara ini merupakan dua negara sebatih.  Lalu, penjajah Belanda dan Inggris memisahkannya berdasarkan asas teritorial.

Bahasa yang dipergunakan sebagian terbesar rakyat di dua negara ini, berasal dari bahasa ibu yang sama : bahasa melayu. Karena pengguna rakyat Indonesia merupakan pengguna bahasa ibu dengan populasi sangat besar, saya sepakat dengan Dr. Dato’ Seri Utama Rais Yatim, Rektor Universitas Islam Antara Bangsa – Malaysia, yang menyebut: bahasa melayu Indonesia – Malaysia layak sebagai bahasa Asia Tenggara (ASEAN).

Kini, diperkirakan lebih dari 400 juta penduduk di kawasan ASEAN ( meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Singapura) menggunakannya.

Indonesia sejak 28 Oktober 1928, melalui Sumpah Pemuda, sudah menyatakan dengan tegas, bangsa Indonesia berbahasa satu: Bahasa Indonesia. Secara konstitusional, bahasa Indonesia kemudian dinyatakan sebagai bahasa nasional. Lalu, bahasa Indonesia disebut juga sebagai bahasa persatuan. Dan Presiden Republik Indonesia Dr. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berteguh sikap, menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi – dalam kedudukannya sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan – di forum-forum internasional.

Karena Indonesia – Malaysia merupakan bangsa sebatih, bermuasal sama: Champa, serta mempunyai rumpun etnis yang bermuasal sama: Aceh, Melayu (Sumatera Utara dan Riau), Minang, Banjar, Kutai, Bugis, dan Jawa) ditambah China, India, Arab, dan Eropa, maka sangat wajar bila muncul gagasan, menjadikan bahasa melayu Indonesia sebagai bahasa Asean.

Dalam berbagai dialog dengan sejumlah sahabat di Malaysia, Vietnam, Thailand (Selatan), dan Filipina, berkembang pemikiran yang sama. Memadukan gagasan besar negara-negara di Asia Tenggara menghidupkan kembali bahasa melayu Indonesia sebagai bahasa internasional. Berpijak lagi pada realitas sejarah peradaban Nusantara, ketika bahasa Melayu menjadi bahasa komunikasi pergaulan. Baik dalam konteks komunikasi sosial dan politik. Bahkan dalam melakukan transaksi ekonomi

MENGACU pada pandangan Presiden SBY, mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad, Menteri PKK Malaysia Dr. Rais Yatim, kita memandang, menjadikan bahasa melayu Indonesia sebagai bahasa Asean merupakan keniscayaan. Indonesia – Malaysia sebagai dua negara sebatih, melalui berbagai forum yang kerap digelar Dewan Bahasa – Pustaka Malaysia, serta sastrawan Nusantara (melalui Masera – Majelis Sastrawan Nusantara), memainkan peran sangat penting sebagai pelopor.

Benar apa yang dikatakan Datuk Johan Ja’afar, mantan Ketua Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia (kini chief executive officer Prima Media Bhd), bermula dari bahasa, kekariban hubungan kedua negara: Indonesia – Malaysia dapat terus dikukuhkan.  Putera Johor berbahasa Ibu Melayu Riau, ini lebih dari tiga dasawarsa bersama rekan sejawatnya dari Indonesia, tak henti mengukuhkan harmoni hubungan Indonesia – Malaysia.

Melalui jalur etimologi yang berkembang melalui adat istiadat dan tradisi, kita yakini akan terus berkembang kesepahaman dalam mengelola kembali hubungan dua negara sebatih. Dengan cara demikian, termasuk dimensi nilai agama, kita berharap harmonitas hubungan dua negara: Indonesia – Malaysia, tak mudah goyah oleh infiltrasi pihak ketiga yang memicu friksi dan konflik.

Bahasa menunjukkan bangsa, bahasa menghidupkan budaya, bahasa daya indah peradaban.  Terus berkembang. Bahkan  di bibir para politisi muda, kosakata kian ramai. Apalagi di Malaysia, para politisi muda melayu yang tergabung di Partai UMNO, kerap menyerap istilah baru yang ramai dipergunakan politisi Indonesia. Sampai-sampai Johan Ja’afar pernah menulis: “Kadangkala mendengar para pemimpin UMNO berbahasa, kita tidak tahu siapa yang lebih layak duduk di DBP (baca: Dewan Bahasa dan Pustaka)” – Nota Kaki, 2010.

Jadi? Kuatkan bahasa sebagai melayu Indonesia, perekat dua negara, lagi sebagai bangsa sebatih.

Editor : Nur Baety Rofiq
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 166
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 336
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 364
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 332
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1095
Rumput Tetangga
Selanjutnya